MENGAWASI

Mia yang sampai di Jerman, langsung merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara Jerman. Kota Munich menjadi pilihan Mia. ia memilih University of Munich untuk menempuh kuliah kedokterannya.

Tidak sembarangan Mia menetapkan Munich sebagai pilihannya. Hal itu dikarenakan mereka memegang konsep "knowledge creates cure".

Dengan konsep tersebut, para mahasiswa bisa melakukan penelitian dengan leluasa berdasarkan hasil riset bagaimana merawat pasien. Jadi mereka bisa belajar menyembuhkan pasien berdasarkan hasil riset tersebut.

Mia berjalan menuju lobby luar bandara. Papinya sudah memberikan alamat sahabatnya yang tinggal di Jerman. Namun, sebuah suara memanggil namanya dan Mia pun menoleh. Seorang pria muda tengah membawa sebuah kertas yang bertuliskan namanya dan mengangkatnya tinggi tinggi.

"Mia!!"

"Kamu?" tanya Mia karena ia tak mengenal pria itu.

"Kenalkan namaku Billy, aku putra Bima Argantara," ucap Billy memperkenalkan diri.

"Aku Mia," Mia tersenyum sambil menjabat tangan Billy, tanda perkenalan mereka.

Ronald Pranata adalah sahabat Bima Argantara saat mereka kuliah bersama di Jakarta. Setelah lulus, keduanya berpisah karena Bima harus ikut dengan kedua orang tuanya yang memutuskan untuk pindah dan menjalankan bisnis di Jerman.

Billy mengambil alih koper Mia, kemudian mendorongnya menuju tempat parkir dimana mobilnya berada.

"Apa kamu juga kuliah?" tanya Mia membuka pembicaraan.

"Ya, tapi aku sudah tahun terakhir."

"Wahhh senangnya," Mia tersenyum sambil menangkupkan kedua tangannya. Tanpa sadar tangan Billy langsung mengusap pucuk kepala Mia.

Mereka sampai di kediaman Argantara, Billy memarkirkan mobilnya ke halaman rumah. Rumah keluarga Argantara sama besarnya dengan kediaman keluarga Pranata di Jakarta, bedanya hanya di sini banyak sekali tanaman bunga dan terlihat begitu sejuk dan homy.

"Mom, Dad!" panggil Billy saat ia memasuki rumah.

"Kamu sudah kembali, sayang. Apakah ini Mia?" Karla Argantara mendekati Mia dan mengangkat tangan gadis itu.

"Halo, Aunty," sapa Mia.

"Apa kamu tidak mengingat Aunty?" tanya Karla, membuat Mia mengernyit.

"Mana mungkin dia mengingatmu, honey. Kita bertemu dengan Mia saat ia masih berumur 1 tahun," goda Bima yang baru saja berjalan mendekat.

"Halo, Uncle," sapa Mia pada Bima Argantara.

"Bil, antar Mia ke kamarnya. Ia pasti lelah setelah perjalanan jauh. Aku akan menghubungi Ronald terlebih dahulu," Bima tersenyum pada Mia, kemudian pergi menuju ruang kerjanya.

"Istirahatlah dulu, sayang. Aunty akan memasak makanan dulu. Nanti kita makan bersama," ucap Karla.

Billy membawa koper Mia dan mengantarnya ke kamar tamu yang telah disiapkan oleh keluarga Argantara. Untuk sementara Mia akan tinggal di sana, sampai Mia mendapatkan apartemen yang dekat dengan kampusnya nanti.

"Ini kamarmu, beristirahatlah," ucap Billy sambil meletakkan koper Mia.

"Terima kasih, Kak," ucap Mia dan Billy sekali lagi mengusap kepala Mia tanpa sadar.

*****

Azka mondar mandir di dalam kamarnya. Sejak kepergian Mia, ia merasa apapun yang sedang ia kerjakan pasti salah.

"Cewe rese itu benar benar menggangguku. Jika ia ada di dekatku, ia menggangguku dengan segala tingkahnya. Tapi saat dia tak ada ia malah mengganggu pikiranku. Argghhh!!!" teriak Azka kesal.

Tak mungkin Azka meminta pada Daddynya untuk pindah kuliah ke luar negeri. Ia tak punya alasan saat ini. Apalagi dulu ia yang selalu bersikeras tak akan kemana mana karena ingin selalu menjaga keluarganya. Jika saat ini ia yang meminta pergi, bukankah akan terasa aneh?

Azka yang saat ini sudah berusia 17 tahun, sudah diizinkan oleh Axelle dan Vanessa untuk membawa mobilnya sendiri. Dengan cepat, ia mengendarai mobil menuju markas Black Alpha.

"Tuan Azka?" sapa salah satu anak buah Axelle yang terlihat heran karena kedatangan Azka yang tiba tiba. Biasanya ia jarang datang dan kalau datang pun pasti bersama dengan Axelle.

"Aku butuh bantuanmu," ujar Azka sambil masuk ke dalam markas Black Alpha.

Di dalan ruangan,

"Aku ingin kalian mencari semua informasi apapun tentang gadis ini dan aku juga meminta kalian mengawasinya 24 jam," ucap Azka tegas.

Wajahnya yang terkesan dingin membuat para anak buah Black Alpha tak berani banyak bertanya. Ini adalah permintaan pertama Azka pada mereka dan sebagai putra Tuan mereka, maka mereka wajib menjalankan perintah Azka.

Setelah itu, Azka berdiri dan hendak keluar. Namun ia memutar tubuhnya dan berbicara sekali lagi, "Malam ini aku sudah harus tahu apa yang ia kerjakan hari ini."

Deghhh ....

Beberapa orang anak buah Black Alpha hanya bisa mengangguk, kemudian menatap satu sama lain. Sepertinya rencana mereka untuk pergi bersenang senang hari ini sudah gagal sebelum di mulai.

"Kurasa kita tidak akan pernah bisa tidur nyenyak jika Tuan Azka yang memimpin Black Alpha."

"Benar, meskipun wajahnya 11 12 dengan Tuan Axelle, tapi sifatnya berbeda jauh. Ia terlihat lebih kejam ... terutama pada kita," salah satu anak buah Black Alpha mulai menampakkan wajah sendunya.

Pletakkk ....

"Hei!!! kamu mau menangis? Menangislah dan akan kukeluarkan kamu dari Black Alpha sekarang," ucap salah seorang anggota Black Alpha senior. Mereka langsung bangkit dan pergi menjalankan perintah Azka.

*****

Malam itu juga, sebuah pesan masuk ke dalam email Azka. Azka langsung membukanya karena itu adalah email dari Black Alpha. Sudah sejak tadi pagi ia uring uringan menunggu kabar.

Azka mendapatkan beberapa informasi, yakni tempat dimana Mia akan kuliah, jurusan yang ia ambil. Bahkan semua nama dosen dan jadwal kuliahnya ia dapatkan dengan mudah. Namun, ketika ia melihat foto foto yang dikirimkan, hatinya langsung memanas.

"Baru sampai di sana saja dia sudah langsung mendekati pria lain. Dasar cewe gampangan!" teriak Azka sambil menutup laptopnya. Ia memegang kepala dengan kedua tangannya dan kembali berteriak.

Bukankah seharusnya ia senang. Bukankah memang dia yang menginginkan agar Mia tidak berada di dekatnya, berada sejauh mungkin dari dirinya. Tapi kenapa sekarang dia merasa marah jika gadis itu benar benar melakukan semua yang ia mau?

Sejak malam itu, setiap hari Azka mendapatkan informasi mengenai Mia. Para anggota Black Alpha mengirimkan foto, bahkan video Mia padanya. Senyum, tawa, dan tingkah laku Mia yang dulu sangat ia benci, kini menjadi teman dalam ia menjalani hari harinya.

Ia merindukan gadis itu ... Mia Pranata. Hanya dengan sekali makian, gadis itu pergi dan menjauh darinya. Bukankah gadis itu menyukainya, atau bahkan mencintainya, tapi mengapa dengan mudahnya ia menyerah begitu saja?

Senyum, tawa, dan tatapan matanya yang selalu ia berikan pada Azka, kini beralih. Ia tertawa dengan teman teman barunya, bahkan ia tinggal serumah dengan keluarga Argantara. Azka mendapatkan informasi bahwa Mia pernah tinggal selama 2 minggu di kediaman keluarga Argantara sebelum akhirnya ia pindah ke apartemennya sendiri, yang tidak jauh dari kampusnya.

Apa aku harus menemuinya?

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

cinta gk harus bodoh kan masih harus dg logika,,gk mgkin setelah di caci dn hinaasih ttep bertahan,,mgkin hati akan sulit berpaling tp utk ttep disisi mu ya mikir lg kali 🤣

2024-04-26

1

Asma

Asma

hmmm

2022-02-17

1

Maryani

Maryani

Azka ky cewek lagi PMS 😀😀😀uring-uringan

2022-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!