TERPESONA

"Pulanglah Az, kakak tidak apa apa."

"Tapi seharusnya Daddy dan Mommy ada di sini untuk mengantar kepergian kakak."

"Daddy dan Mommy hanya ingin melindungi kita, Az. Kamu tahu kan waktu bagaimana kita pernah diculik saat kecil, hanya karena ada yang merasa dendam pada Daddy."

"Kalau begitu seharusnya kakak tidak pergi!"

"Kakak hanya ingin mencari suasana baru, Az. Kakak tidak tahu apa yang ingin kakak kerjakan di sini."

"Belajarlah dengan rajin, Az. Setelah itu bantulah Daddy di perusahaan, karena kakak tidak ahli sama sekali," Amelie tiba tiba tergelak membayangkan dirinya yang lulusan seni diharuskan memimpin perusahaan.

"Jangan memikirkan yang aneh aneh, apalagi membayangkan kakak akan meletakkan peralatan lukis di salah satu ruang di perusahaan."

Amelie kembali tertawa karena apa yang dikatakan Azka adalah benar, membuat Azka mencebik kesal.

ting ... nong .... panggilan untuk ....

"Kakak harus masuk, Az. Sebaiknya kamu pulang."

Azka memeluk Amelie, "Jangan lupa untuk pulang, kak."

"Tentu saja kakak akan pulang. Kakak tidak mau kamu jadi satu satunya anak Daddy dan Mommy," Azka mendengus kesal. Di saat seperti ini, kakaknya ini masih saja bisa bercanda, sementara dirinya begitu takut kehilangan.

"Kapan kapan aku akan mengunjungi kakak."

"Baiklah, tapi pakailah kacamata dan maskermu. Apa kamu tidak lihat sedari tadi kita diperhatikan?"

"Ah masa sih? kakak saja yang ke GR an," kini giliran Azka yang menggoda Amelie.

"Menyebalkan! kakak masuk dulu ya, Az. Titip jaga Daddy dan Mommy. I love u," Amelie melambaikan tangannya ke arah Azka dan menampilkan senyum terbaiknya.

Azka melangkahkan kakinya keluar dari bandara. Sebenarnya ia ingin mengantarkan kakaknya itu langsung ke Italy. Namun, kuliahnya di sini tidak bisa ia tinggalkan. ia harus belajar lebih keras agar bisa segera lulus.

*****

Mia benar benar menjalankan keinginannya. Ia mendapatkan tempat latihan bela diri dengan bantuan Billy. Ia kini sedang berlatih meninju dan menendang udara. Perlahan namun pasti ia terus berlatih.

Ia duduk sebentar di sebuah kursi panjang yang terbuat dari kayu. Ia memandang ke arah jalan di mana orang berlalu lalang. Kursi kayu itu tepat berada persis di sebelah jendela kaca.

Mia harus mengatur nafasnya perlahan. Ia tidak boleh memforsir tenaganya, ia tahu kapasitas paru parunya. Ia tak boleh terlalu lelah atau ia akan merepotkan orang di sekitarnya.

"Kamu kenapa, Mi?" tanya Angel yang merupakan anggota dari tempat latihan bela diri tersebut. Angel sudah berlatih sejak ia berumur 15 tahun, yang artinya sudah 5 tahun ia berlatih.

"Aku tidak apa apa."

"Tidak apa bagaimana? wajahmu pucat, Mi," ujar Angel.

"Aku hanya lelah saja. Beristirahat sebentar pasti aku akan kembali seperti biasa."

"Mi!" teriak Angel ketika Mia tiba tiba saja pingsan. Ia segera membawa Mia ke rumah sakit. Angel sudah berpesan pada bagian administrasi tenpat latihan ,untuk menghubungi keluarga Mia seperti yang tercantum saat pendaftaran.

Billy berlari di koridor rumah sakit setelah sebelumnya ia mendapatkan telepon dari tempat latihan bela diri bahwa Mia jatuh pingsan. Ia membuka pintu kamar tempat Mia di rawat.

"K-kamu?" Mata Billy langsung membulat ketika melihat siapa yang ada di dalam kamar tersebut. Angel, wanita yang pernah menghajarnya hingga babak belur.

"Apa kamu keluarganya?" tanya Angel. Billy pun mengangguk.

"Ia pingsan setelah selesai latihan, Kurasa keadaannya tidak baik baik saja. Aku akan pergi karena kamu sudah di sini," tanpa mempedulikan Billy, Angel langsung keluar dari kamar rawat tersebut. Billy pernah dihajar hingga babak belur oleh Angel karena telah menjadikan dirinya sebagai taruhan.

Billy mendekatkan diri ke brankar, "Mi ..."

Tak lama seorang dokter masuk, kemudian menjelaskan pada Billy bahwa Mia mengalami kelelahan dan pasokan oksigen ke paru parunya berkurang drastis, hingga akhirnya pingsan. Billy juga akhirnya mengetahui bahwa Mia mengalami kelainan pada paru parunya.

Billy menunggu Mia setelah sebelumnya menghubungi keluarganya. Ia sebenarnya tak ingin keluarganya tahu karena mereka akan khawatir, namun Mia adalah tanggung jawab keluarganya juga.

"Bagaimana keadaannya, Bil?" tanya Bima.

"Sekarang sudah tidak apa apa. Tapi ....," Billy menceritakan semuanya kepada Bima dan Karla. Mereka cukup kaget karena Ronald tak pernah mengatakan bahwa putri bungsunya sakit. Jika saja mereka tahu, maka Bima akan meminta pada Ronald untuk membiarkan Mia tinggal bersama mereka.

"Kamu pulanglah dulu, Bil. Biar Daddy dan Mommy yang menjaga Mia di sini."

"T-tapi Mom," Billy melihat ke arah Mia yang masih terbaring memejamkan matanya.

"Setidaknya mandi dan gantilah pakaianmu. Setelah itu makan dan baru kamu kembali kemari," ucap Karla. Billy akhirnya mengikuti permintaan Karla.

Setelah Billy pulang,

"Apa kita harus menghubungi Ronald?" tanya Karla pada Bima.

"Sepertinya tidak. Ia menutupi hal seperti ini, berarti ia berharap kita tak mengetahuinya. Kita bisa menjaga Mia."

"Kamu tahu, honey. Saat aku melihatnya pertama kali aku seperti melihat Brigitta. Seorang gadis yang ceria. Usia mereka juga sama, hanya saja ...," Bima merangkul bahu istrinya

"Sudahlah honey, Brigitta sudah tenang dan bahagia. Kita hanya perlu mengenang segala memori indah tentangnya. Ia juga pasti akan bahagia jika melihat kita bahagia," Karla pun menggangguk mendengar ucapan Bima.

*****

Sejak kejadian itu, Billy selalu menemani kalau Mia pergi ke tempat latihan. Ia yang selalu mengingatkan Mia agar tidak terlalu lelah.

"Aku tidak apa apa, Kak. Sungguh," ucap Mia.

"Jangan memforsir tenagamu, Mi. Atau kamu mau aku menelepon Uncle Ronald?" Billy akhirnya harus sedikit mengancam Mia agar gadis itu menuruti perkataannya.

"Baiklah, baiklah. Aku hanya akan berlatih samsak selama 15 menit saja," ucap Mia.

"Okay. Setelah itu kita pulang!" Billy sudah tidak tahan berada di tempat latihan itu. Apalagi saat ia melihat Angel datang dan melirik sekilas ke arahnya, membuat tubuhnya meremang.

Angel tak pernah mendekati Mia lagi saat mengetahui bahwa ia keluarga dari Billy Argantara. Ia tak ingin lagi berurusan dengan laki laki itu. Padahal dulu saat Mia pertama kali berlatih, ia sangat dekat dengan Mia.

"Kak Angel!" Mia memanggil Angel yang ternyata akan masuk ke dalam ring tinju. Ia akan berlatih dengan salah satu trainer sebelum ia mengikuti kompetisi.

"Hi Mi," memang saat ia masuk ke tempat latihan, ia sama sekali tidak menyapa Mia, "Aku latihan dulu."

Angel langsung masuk ke dalam ring dan memulai sesi latihannya. Mia pun menghentikan memukul samsaknya karena ia selalu terpesona pada Angel saat wanita itu berlatih.

"Pulang sekarang, Mi?" tanya Billy.

"Sebentar lagi, Kak. Aku ingin melihat Kak Angel berlatih," mata Mia tak lepas dari Angel yang berada di atas ring.

Sementara itu, di luar tempat latihan, terlihat seseorang wanita dengan kacamata hitam sedang mengawasi Mia, sambil menyeruput kopinya, kemudian mengetik sesuatu di ponselnya.

*****

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

mata² nya azka ini

2024-04-26

1

Pansy

Pansy

Apa itu suruhan Azka?

2022-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!