KELICIKAN

Mia mulai menertawakan dirinya sendiri. Air mata seakan berkumpul di di matanya, dan sekali kedipan akan membuatnya turun membasahi pipinya.

Aku tak akan menangis. Mia!!! jangan menangis! bukankah kamu sudah berjanji pada dirimu sendiri bahwa kamu tak akan menangis lagi.

Mia mengambil tissue dan menempelkan ke matanya. Ia tak akan membiarkan air matanya jatuh. Ia segera mengambil tas dan pergi ke tempat latihannya.

"Kak Angel!" sapa Mia.

"Mia! Hi!" Angel membalas sapaan Mia. Ia sedang mengangkat barbel bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri, sambil menghembuskan nafas dari mulutnya.

Mia mendekati sebuah wooden dummy yang menjadi latihan wing chun. Ia memang tidak memilih secara spesifik bela diri apa yang ingin ia dalami. Ia akan menggunakan semua fasilitas yang ada di sana.

Sebelum memulai, Mia melakukan pemanasan dan peregangan pada tubuhnya. Ia melatih keseimbangannya, terutama gerakan yang dinamakan one stop body movement / hang ma. Mia sudah pernah berlatih gerakan ini sebelumnya dan ia ingin melatihnya kembali.

Mia melatih kuda kuda, kemudian memulai gerakan pukulan ke arah wooden dummy. Ia menghabiskan waktu sekitar 45 menit, setelah itu ia beristirahat, sampai akhirnya ia kembali berhadapan dengan sebuah sand bag untuk kembali melatih pukulannya.

"Kak Angel sudah mau pulang?" tanya Mia.

"Ya. Aku harus bekerja."

"Apa aku boleh ikut?" Mia ingin mengalihkan perhatian dan pikirannya dari Azka. Ia tak ingin terjebak dalam hal hal yang menyakitinya.

"Kamu mau ikut? tapi ....," Mia memohon kepada Angel, yang pada akhirnya membuat Angel mengiyakan permintaan Mia.

Mia ikut ke tempat Angel bekerja setelah sebelumnya ia membersihkan diri di tempat latihan bela diri. Di tempat latihan tersebut memang disediakan kamar mandi untuk para member mereka membersihkan diri sebelum mereka pulang.

"I-ini .... kakak bekerja di sini?"

"Ya, karena itu sebaiknya kamu pulang. Tempat ini tidak cocok untukmu," ucap Angel. Mia melihat ke arah Angel dan akhirnya pergi dari sana. Ia tak ingin merepotkan Angel bila ia tetap berada di sana.

*****

Sejak ia melihat Azka dan Lucia di televisi, Mia tak pernah lagi membalas pesan Azka. Saat Azka meminta maaf dan sering mengiriminya pesan, Mia pada akhirnya membalas. Setelah itu mereka akhirnya sering saling berkirim pesan. Namun, sekarang tak ada gunanya ia membalas. Ia tak ingin dianggap sebagai seseorang yang merusak hubungan orang lain.

Ia sangat tahu seperti apa Lucia dan ia tak ingin mencari masalah dengan gadis itu. Lebih baik Mia menghindari hal hal yang mungkin menyakitinya seperti dulu.

Mia semakin fokus pada pada kuliahnya. Ia juga harus mulai mencari tempat untuk kerja praktek sebelum ia mengambil skripsi.

📩 Apa kamu merindukanku? - Azka.

Mia yang sedang sibuk mengurus surat surat persiapannya pun mengabaikan pesan itu. Ia menyelesaikan beberapa hal sebelum ia mengambil surat referensi dari administrasi kampus.

Suara ponselnya berbunyi, Mia langsung mengangkatnya ketika melihat nama Uncle Bima di sana.

"Halo Uncle. Baiklah, aku akan ke sana hari ini," Mia memutus sambungan ponselnya dan kembali dengan kesibukannya.

Ia mengepak beberapa pakaian karena Uncle Bima memintanya untuk menginap di kediaman Argantara. Mia pergi ke kampus untuk menyerahkan surat untuk kerja praktek, setelah itu ia langsung menuju kediaman keluarga Argantara.

"Miaaa!!" sapa Karla.

"Halo, Aunty," balas Mia sambil memeluk Karla.

"Kamu semakin cantik saja, sayang. Sepertinya Aunty sudah lama tidak melihatmu," Karla sedikit menyindir Mia yang tak pernah mengunjunginya sejak mereka kembali ke Munich.

"Maafkan Mia, Aunty. Mia sedang sibuk mengurus rencana kerja praktek untuk semester depan. Sampai saat ini Mia belum mendapatkan rumah sakit untuk kerja praktek."

"Tenang saja, aunty akan membantumu," Karla tersenyum sambil mengambil ponselnya. Ia terdengar menghubungi seseorang, dan setelahnya ia kembali berbicara pada Mia.

"Apa kamu tahu Rumah Sakit Royal Munich?" Mia mengangguk. Itu adalah salah satu rumah sakit besar yang ada di Kota Munich.

"Mereka menerimamu untuk melakukan kerja praktek di sana."

"B-bagaimana mungkin?" tanya Mia heran.

"Adik iparku adalah pemilik Rumah Sakit itu. Ia dengan senang hati menerimamu di sana, sayang," Karla mengelus rambut Mia.

"Terima kasih, Aunty. Maaf aku selalu merepotkan kalian," Mia merasa sudah beberapa kali merepotkan keluarga Argantara. Ia merasa tak enak hati.

"Tidak, sayang. Kamu tidak pernah merepotkan kami. Kami sudah menganggapmu seperti putri kami sendiri. Aunty akan lebih senang lagi jika kamu mau menjadi menantu Aunty," ucap Karla.

deggg ...

"Menantu?" tanya Mia sekali lagi.

"Hmm ...," Karla tersenyum, "Apa kamu mau menjadi pada Ronald dan Rosa nanti," Karla terkekeh melihat Mia yang terlihat bingung.

"Aunty ... T-tapi aku ...," ucap Mia terbata.

"Kamu bisa belajar untuk dekat dulu dengan Billy. Aunty merasa kalian cocok. Jangan terlalu dipikirkan, kalau jadi pun Aunty akan menunggumu hingga lulus," ucap Karla.

Mia tak berani menjawab ataupun berkata kata lagi. Ia tak ingin hal ini menjadi panjang. Baru saja ia berpikiran ingin membalas budi, Aunty Karla langsung mengatakan menginginkannya menjadi menantu. Apakah ini akan menjadi jalan hidupnya?

Jika Billy menginginkannya juga, mungkin Mia akan memikirkannya kembali, meskipun ia tidak mencintai Billy sama sekali. Ia hanya menganggap Billy sebagai kakaknya, sama seperti Abigail. Namun, ada 1 hal lagi yang mengganjal di pikiran Mia ... Ia tak ingin menjadi beban bagi keluarga Argantara dengan penyakit yang ia derita saat ini.

Malam pun datang, mereka menyantap makanan bersama sama sebagai satu keluarga. Mia cukup tegang jika sampai Karla mengatakan rencananya untuk menjadikan Mia menantu, tapi untungnya hal itu tidak terjadi. Mereka makan dengan tenang dan lancar tanpa ada gangguan apapun.

Sementara itu di dalam sebuah kamar,

Azka menatap ponselnya berkali kali. Sudah hampir 2 minggu Mia tak pernah membalas pesan yang ia kirimkan. Sementara Informan yang ia minta untuk mengawasi Mia mengatakan kalau Mia melakukan aktivitasnya seperti biasa.

tringggg ....

Sebuah notifikasi pesan masuk kembali ke ponsel Azka. Ia segera meraihnya, berharap itu adalah balasan dari Mia.

📩 Az, aku merindukanmu. Bagaimana kalau malam ini kamu ke rumahku? Daddy sedang pergi, aku sendirian ...

Azka membanting ponselnya ke atas tempat tidur. Bukan Mia, tapi Lucia yang mengiriminya pesan. Seseorang yang ia harapkan justru tidak membalas pesannya.

Azka kembali mengambil ponsel dan melihatnya, kemudian membalas pesan tersebut.

📨 Maaf, aku tidak bisa. Aku masih berada di kantor untuk belajar mengelola perusahaan.

Azka terpaksa harus mendekatkan diri pada Lucia karena ia melihat kejanggalan pada laporan keuangan yang diberikan oleh perusahaan Ayah Lucia. Ia ingin mendapatkan beberapa bukti dengan mendekatkan diri pada Lucia.

📩 Apa kamu tidak lelah? istirahatlah di sini, bersamaku. Bukankah sudah ada Daddy dan Uncle yang akan membantumu? Mereka akan mengelola semuanya.

"Ckkk ...," Azka berdecak kesal. Ia sedang mencari cara untuk membongkar kelicikan keluarga Lucia. (si Azka lupa kali dia punya Black Alpha. Sekali jentik jari bisa ketemu tuh bukti kelicikannya.)

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

iya,,aneh ngapain juga pake dia yg deketin lucia,,tinggal suruh anak buahnya aja kn beres 🤦‍♀️🤦‍♀️

2024-04-26

2

Han Metta Eka

Han Metta Eka

💔💔💔

2024-04-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!