TETAP TEGUH

"Uncle!" sapa Azka.

"Az! kamu di sini? bukankah Daddymu yang akan kemari?" tanya Victor.

"Aku menggantikan Daddy, Uncle."

"Baiklah, ayo kita ke ruangan Uncle," Victor mengajak Azka menuju ruangannya.

"Masuklah," sebuah ruangan yang tidak terlalu besar menjadi ruangan Victor. Ia memang tidak menginginkan ruangan besar karena ia merasa lebih baik ruangan itu digunakan untuk kepentingan rumah sakit.

Mereka duduk di sebuah sofa panjang setelah Victor meletakkan beberapa map yang berisi laporan kesehatan pasien di atas meja. Victor adalah seorang ahli bedah saraf. Ia menekuni bidang kedokteran, terutama saraf karena baik ia maupun kakaknya pernah mengalami trauma. Ia tahu bagaimana rasanya dan ia ingin membantu orang lain untuk lepas dari hal itu. Ia sangat ahli dalam menghilangkan memori buruk dari otak, dan ia mempelajarinya cukup lama.

"Daddy memintaku untuk menyerahkan ini pada Uncle," Azka menyerahkan sebuah map berisi proposal rancangan desain rumah sakit terbaru, yang akan dibangun persis di belakang rumah sakit Royal sekarang.

Mata Victor berbinar melihat rancangan tersebut, ia tak menyangka impiannya selama ini akan benar benar tercapai.

"Apa Uncle menyukainya?"

"Tentu saja Az. Ini impian Uncle. Tapi kenapa kamu harus datang kemari? bukankah semua ini bisa kamu kirim via email saja," tanya Victor.

"Ooo aku sekalian berlibur saja Uncle. Lagipula aku tinggal menyelesaikan skripsiku."

"Wah kami hebat Az. Bisa menyelesaikan S1 mu dengan kurun waktu 3,5 tahun saja. Apa kamu akan melanjutkan ke S2?" tanya Victor lagi.

"Aku sedang memikirkannya. Aku belum mengambil keputusan."

"Lalu di mana kamu tinggal?"

"Aku tinggal di apartemen, aku menyewanya," ucap Azka.

"Tinggalah bersama Uncle, Az. Tidakkah kamu ingin bertemu sepupu sepupumu?"

"Nanti aku akan mampir, Uncle. Aku masih 1 minggu lagi di sini. Oya, Daddy meminta Uncle untuk membuat daftar peralatan kedokteran yang dibutuhkan, sehingga kita bisa mulai memesannya dan semua akan siap ketika bangunan itu sudah berdiri."

"Baiklah. Nanti Uncle akan menghubungi Daddymu. Uncle juga menunggumu di rumah untuk makan malam ya."

"Baik, Uncle. Aku pamit dulu. Ada hal yang harus kukerjakan," Azka pun akhirnya pamit.

*****

Azka pergi menuju Universitas tempat Mia kuliah. ia ingin melihat aktivitas yang dilakukan Mia, meskipun ia selalu mendapat laporan dari anak buah Black Alpha setiap hari.

Baru saja ia sampai, ia harus melihat pemandangan yang menyakiti hatinya. Tangannya mengepal dan tatapannya seakan bisa membunuh siapapun.

"Az!" teriak Mia ketika Azka tiba tiba saja menarik tangannya. Mia langsung meminta maaf pada temannya yang terpaksa harus ia tinggalkan.

"Lepaskan aku! kenapa kamu suka sekali menarik tanganku" ujar Mia.

Azka melepaskan tangan Mia ketika mereka sudah sampai di area parkir, "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Mia lagi. ia benar benar kesal karena tidak ada satupun pertanyaannya yang dijawab oleh Azka.

"Masuk!" perintah Azka pada Mia agar gadis itu masuk ke dalam mobil.

"Tidak!"

"Apa kamu tidak bisa mengikuti perintahku sekali saja?" ucap Azka, membuat Mia menatapnya tajam.

"Memangnya siapa dirimu sehingga aku harus mengikuti perintahmu? Bisakah kamu tinggalkan aku sendiri?" ucap Mia sedikit kesal. Azka mengusap wajahnya kasar. Ia tidak menyangka bahwa Mia sepertinya benar benar sudah tidak mau berada di dekatnya.

"Apa aku tidak boleh menjadi temanmu?" tanya Azka.

"Teman? baiklah. Tapi itu bukan berarti kamu boleh memerintahku seenaknya. Ada tugas yang haris kuselesaikan bersama TEMANku yang lain, sebaiknya kamu pulang," ucap Mia dengan sedikit penekanan. Sebelum ditarik Azka tadi, ia sudah berjanji pada teman 1 kelasnya untuk mengerjakan tugas bersama sama. Mereka harus mengumpulkan hasil tugas tersebut esok hari dan Mia tak ingin membebankan semua itu hanya pada temannya.

Mia pun berbalik dan kembali menuju kampusnya. Ia memutar tubuhnya, melihat bahwa posisi Azka sama sekali belum bergerak dari tempatnya.

Maafkan aku, Az. Kamu dan Marcell aku selalu menjadi sahabat pertamaku. Namun aku juga tak ingin menjadi penghalang di antara hubunganmu dengan Lucia. - Mia.

* flashback on

"Apa kamu yang bernama Mia?" seorang wanita berjalan mendekati dan duduk di depannya saat Mia sedang berada di dalam perpustakaan.

"Hmm, kamu?" Mia yang tengah mengerjakan tugas dari salah satu mata kuliah yang diambilnya, melihat ke arah seorang wanita yang kini duduk di sampingnya. Sejak ia mulai kuliah, ia tak pernah melihat wajah ataupun mengenali wanita yang ada di sebelahnya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa aku, yang penting aku tahu siapa dirimu. Aku hanya perlu mengatakan sesuatu padamu," tiba tiba saja tubuh Mia meremang mendengar perkataan wanita itu. Ia yang tadinya sedang menggoreskan tinta di atas kertas, kini tangannya terasa kaku dan tak mampu bergerak.

"Jauhi Azka Abraham atau kamu akan melihat keluargamu mati satu persatu," bisik wanita itu.

Degggghhh ....

"T-tapi aku ....," ucap Mia terpotong.

"Kamu tidak berhak mengatakan apapun saat ini. Yang perlu kamu lakukan hanya mengikuti keinginanku. Atau kamu ingin kakak Abigailmu yang tersayang itu akan menjadi yang pertama mendapatkan sentuhan tanganku," Mia menganggukkan kepalanya. Ia tak tahu ia sedang berbicara dengan siapa, ia tak tahu apa yang tengah terjadi dan apa hubungan semua ini dengan Azka. Namun yang pasti, ia harus selalu melindungi keluarganya.

Wanita itu menggunakan kacamata hitamnya dan menepuk bahu Mia. Ia berjalan keluar dari perpustakaan meninggalkan Mia yang masih berusaha mencerna semua perkataan wanita itu.

Akhirnya Mia menutup semua buku buku yang ada di hadapannya dan segera pergi dari perpustakaan.

* flashback off

Mia mengambil ponselnya dan menghubungi Abigail, "Halo Kak, bagaimana kabarmu?"

"kakak baik, Mi. Bagaimana dengan keadaanmu?"

"Aku baik kak, sangat baik," jawab Mia.

"Oya, kakak punya berita baik. Kakak sedang hamil. Kamu akan segera memiliki keponakan."

"Benarkah? ahhhh!!! Aku senang sekali. Kabari aku jika sudah saatnya melahirkan, aku akan segera pulang."

"Benar ya, kakak akan menunggumu."

"Aku janji, Kak. Bahkan aku akan membantumu menjaganya selama 1 bulan, bagaimana?"

"Awas kalau kamu sampai mengingkari janji, kakak akan menagihnya. Ingat, kakak sudah merekam pembicaraan kita ini."

"Ishhh kakak mah. Kalau begitu, mana foto USG keponakanku? aku ingin melihatnya," pinta Mia.

"*K*akak akan mengirimkan foto keponakanmu nanti. Minggu depan kakak akan menemui dokter."

"Aku menunggu kabar darimu kak," akhirnya Mia memutus sambungan ponselnya setelah ia mendapatkan kabar dari kakaknya. Ia sangat senang mendengar bahwa kakaknya sedang hamil.

Namun, kini ada tambahan nyawa yang harus ia jaga. Ia akan mendahulukan kepentingan keluarganya, bukan hatinya. Mau sekuat apapun Azka kembali mendekatinya, ia akan tetap teguh menghindarinya.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

kirain mata² azka si wanita berkaca mata hitam ,,taunya bkn,,apa suruhannya lucia 🤔🤔

2024-04-26

1

tris tanto

tris tanto

ada blck yg suka ngawasin kn ya kali mereka gk tau kalo ada yg ngancem mia

2023-07-21

0

Asma

Asma

ini musti black alpha tau kan?
Klo tak tau habes lah...

2022-02-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!