Siapa yang menyangka pesta megah antara kedua keluarga terhormat di kota Madrid tersebut akan hancur barantakan seperti saat ini. Pengantin pria kini terkapar antara hidup dan mati di hadapan pendeta.
Tidak ada yang berani mendekat, bahkan ayah kandung dari pria tersebut. Semua bungkam dengan perasaan hancur, menyaksikan putra mereka dihajar habis-habisan oleh Bara, pria yang paling ditakuti di hampir setiap negara bagian benua Eropa.
Bara yang sudah puas melampiaskan balas dendamnya, akhirnya pergi melenggang dari sana. Membawa Ibu, istri dan saudara perempuannya dari sana.
Begitu Bara pergi, suasana yang tadinya mencekam kini sedikit mendingin. Tuan Rodriguez serta keluarganya yang lain segera mendekati putra mereka dan menangisi kondisinya.
"Apa yang telah kau lakukan Nak?" tangis sang ibu.
"Mommy, apa yang terjadi?" lirih Alice yang masih berada di pelukan Ilyana. Ilyana menggeleng samar, dia pun sama terkejutnya.
Sementara di sebuah apartemen yang cukup luas, suara Bara masih menggelegar ketika mengadili saudara perempuannya, Safira. Seolah menghancurkan pesta meriah itu belumlah cukup baginya.
"Apa yang ada di pikiranmu Safira? Bisa-bisanya kau membiarkan bajingan itu menikah dan bahagia dengan sahabatmu sendiri? Sementara kau! Lihat dirimu! Kau sangat menyedihkan!" sentak Bara yang masih dipenuhi emosi.
Tangis Safira akhirnya pecah saat itu juga. Davina segera memeluk sang putri, memberinya ketenangan.
"Kak." Rara tidak suka suaminya seperti ini. Wanita itu mengusap punggung Bara, "Jangan membentak Kak Safira lagi. Ini bukan salah Kak Safira, justru dia yang jadi korban di sini." ucap Rara.
Sepertinya memang hanya Rara yang bisa menenangkan Bara dari amarahnya yang berapi-api. Lihat saja, wajah sangar itu berubah menjadi lembut, seolah hatinya yang panas telah mendingin oleh istrinya yang selembut salju.
***
Dua hari berlalu, akhirnya Dave yang sebelumnya divonis tidak akan bertahan lama oleh dokter, rupanya masih diberikan kesempatan untuk bernafas. Pria itu begitu mengenaskan, dengan semua jejak hasil bogeman mentah dari Bara.
Pagi itu Adeline, seorang ibu yang cukup sabar menghadapi kelakuan putranya yang tiada hentinya selalu berbuat ulah. Wanita paruh baya itu tengah menyuapi putra semata wayangnya yang kini babak belur.
Wajah Dave teramat sangat menyeramkan kini. Wajah tampannya menghilang oleh semua bekas yang telah membiru.
"Kenapa kau melakukan itu Nak?" air mata Adeline kembali mengalir, meratapi keadaan putranya.
Dave yang baru saja menelan bubur dengan susah payah hanya bungkam saja. Wajahnya kaku, terasa sakit jika dirinya mencoba bicara. Namun bukan itu yang membuatnya sulit bicara, tetapi memang dia juga tidak tahu mengapa dia tega melakukan hal sebejat itu.
Semua orang sudah tahu kebenarannya, Alice dan seluruh keluarga kedua belah pihak. Mereka mendengar kebenaran itu dari mulut Dave sendiri, yang dipaksa oleh Tuan Rodriguez bicara.
"Cepatlah pulih Dave. Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu. Mommy tidak ingin cucu Mommy terlahir tanpa ayah." pinta Adeline.
Dave masih bungkam, dia pasrah akan keputusan orang tuanya. Tetapi Dave tidak tahu, ada seseorang yang paling tersakiti di sini. Di sana, di ambang pintu ruangan, Alice berdiri dengan tatapan marah.
Dave terpaku, wajah gadis yang biasanya selalu lembut padanya, kini terlihat tidak bersahabat. Terdapat kebencian yang teramat besar di wajah wanita yang selalu memuja-mujanya.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Dian
pawang macan😅
2022-04-09
0
oyen
masih di kasih kesempatan hidup sama si othor
2022-03-20
0
Glegek Jaya
untung blm nikah.. kasian alice
2022-03-03
0