Episode 12

"Ibu, Kak Denna dimana? Apa dia tidak ikut?" tanya Safira yang tengah menyandarkan kepalanya di pangkuan sang ibu.

Davina yang tengah mengusap kepala putri keduanya tiba-tiba berhenti. Kesedihan kembali mencuat dalam dirinya kala mengingat putri sulungnya yang kini juga sedang tidak baik-baik saja.

"Denna baik-baik saja sayang. Hanya saja dia lebih sering mengurung diri di kamarnya sejak kau pergi meninggalkan rumah." jelasnya.

Safira mendudukkan tubuhnya perlahan, melihat Davina penasaran, dia yakin Denna tidak baik-baik saja. "Ibu...."

"Setelah kondisimu membaik, pulanglah bersama kami, katakan pada Kakakmu bahwa kau baik-baik saja. Setidaknya itu bisa membuatnya lebih baik dari perasaan bersalahnya." terang Davina membuat Safira menganggukkan kepalanya.

Terdengar suara tawa kecil dari arah sofa, keduanya menoleh, melihat Rara yang tengah asik bercanda dengan Bara, suaminya.

"Mereka sangat lucu." ucap Safira, ikut bahagia pada adiknya tersebut.

Davina mengangguk, "Rara sudah cukup menderita karena kita. Biarkan dia dengan kebahagiaannya sendiri."

***

Tidak butuh bermalam di rumah sakit, Safira sudah diperbolehkan pulang. Safira membawa Ibu dan saudara-saudaranya pulang ke apartemennya.

"Kak, berapa lama kita akan tinggal di sini?" tanya Rara sesaat setelah mobil yang kemudikan oleh Bara melaju.

Safira memalingkan wajahnya ketika Bara menatapnya dari kaca kemudi, "Aku mendapat kabar kalau bajingan itu ada di negara ini. Mungkin kita akan tinggal selama beberapa hari di sini." ujar Bara dengan suara beratnya.

Safira menggenggam erat tangannya sendiri, sebenarnya bisa saja dia memberitahukan bahwa sebenarnya Dave berada sangat dekat dengan mereka. Tetapi entah mengapa hatinya menolak untuk bicara yang sebenarnya.

Safira tahu betul seperti apa saudaranya tersebut, tidak ada ampun jika seseorang menganggu ketenangannya.

"Tahan emosimu Bara. Jangan sampai kau melakukan hal yang tidak diinginkan. Ingat bayi dalam kandungan adikmu, jangan sampai dia terlahir tanpa Ayah." nasihat Davina yang malah mendapat reaksi berlawanan dari Bara.

"Maksud Ibu apa? Aku tidak mengerti. Jangan bilang Ibu ingin bajingan itu menjadi ayah keponakanku."

"Bukankah memang begitu? Bagaimana pun bayi ini adalah anaknya. Tidak ada yang bisa menyangkal itu." jelas Davina membuat Bara memilih bungkam.

Dia tidak akan berdebat dengan Ibunya tentang ini, tetapi dalam dirinya sudah tertanam bahwa dia akan menghabisi orang yang telah mengganggu adik perempuannya tersebut.

Setelah mereka sampai di rumah, Davina dan Rara bekerja sama di dapur untuk membuat makan malam mereka, sementara Safira tengah beristirahat di dalam kamar.

Saat itu juga, Alice datang ke apartemennya. Setelah melihat sahabatnya yang dia tinggalkan di rumah sakit tadi pagi karena ada urusan mendadak.

Alice sangat akrab dengan keluarga ini, jadi dia tidak sungkan saat ikut bergabung menyiapkan makan malam.

Saat mereka tengah sibuk, rupanya Safira bosan di kamar, dan akhirnya memilih duduk di meja makan sambil menonton ketiga wanita itu.

"Bagaimana calon pengantin, Aunty dengar kau akan segera melangsungkan pernikahanmu." tanya Davina disela kegiatan mereka.

Alice tersenyum, "Kebetulan sekali aunty membahas itu. Kedatanganku kemari juga ingin membahas itu. Aku kemari secara khusus mengundang keluarga besar sahabat terbaikku agar datang di hari bahagiaku nanti." ujar Alice dengan wajah berseri-seri.

"Wah benarkah? Aunty merasa terhormat. Kapan sayang?"

"Satu minggu dari sekarang." cetus Alice membuat Davina dan Rara berdecak senang.

Davina memeluk Alice, "Selamat ya sayang. Aunty berdoa agar pernikahanmu diberkati."

"Terima kasih aunty. Alice juga menunggu kado mahal dari aunty." canda Alice.

"Tentu saja. Apapun untuk keponakan kesayangan." balas Davina.

"Selamat ya Kak Al, kami ikut bahagia."

"Terima kasih Rara sayang. Aku tidak mau tau, kau harus datang ke pernikahanku. Kalau suamimu itu melarangmu, aku akan turun dari altar hanya untuk menculikmu dari Kak Bara." selorohnya membuat Davina dan Rara tertawa.

Tetapi, lain halnya dengan wanita yang tengah duduk itu. Dadanya mendadak nyeri setelah mendengar kabar menyakitkan itu. Satu minggu lagi? Safira tidak menyangka akan secepat ini.

"Safira, kamu dengarkan? Sahabatmu ini akan kehilangan masa lajangnya."

Alice mendekat, memperhatikan wajah Safira yang terlihat tidak senang. "Safira, ada apa? Kau tidak senang aku menikah?"

Safira memaksakan senyumnya pada akhirnya, terlepas dari siapa sebenarnya calon suami Alice, Safira menguatkan hatinya. Melihat Alice bahagia sudah membuatnya turut bahagia.

"Tentu saja aku senang. Tapi aku berharap, kau bisa melakukan seperti cerita novel yang kau baca. Buat Dave jatuh cinta padamu."

Alice mengangguk antusias, "Tentu saja. Aku akan membuatnya jatuh cinta."

Terpopuler

Comments

oyen

oyen

hormon kehamilan selalu bikin sang emak pengen deket dengan bapak nya walau kehadiran nya terjadi karena hal buruk

2022-03-20

0

Yunia Afida

Yunia Afida

kasih an safira

2022-02-21

1

Tutur Rohasih

Tutur Rohasih

dasar dev pecundang.thor mbok aku diundang ma bawa samurai buat motong sosisnya si dev 😂😂😂😂

2022-02-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!