Episode 9

Meski malam sudah semakin larut, dan setiap orang di belahan bumi yang tidak mendapat sinar matahari, sudah jatuh dalam mimpi mereka. Namun lain halnya dengan Safira yang masih betah memandangi langit-langit kamarnya.

Biasanya jam segini dia sudah tertidur, apalagi karena sedang mengandung, dia bahkan tertidur lebih cepat dari biasanya. Tetapi, setelah menemukan kartu nama milik ayah dari bayinya, rasa kantuknya hilang dalam sekejap.

Dave Rodriguez, Safira yakin itu adalah nama pria bajingan itu. Tidak ada yang salah dengan nama itu, tetapi sesuatu mengganggu hatinya sejak tadi.

Nama calon suami Alice adalah Dave. Pikiran Safira melayang, terbersit dalam hatinya jika ternyata Dave calon suaminya adalah orang yang sama dengan ayah dari bayinya.

Safira takut jika hal itu benar, tetapi sebisa mungkin Safira berpikir positif. Ada banyak orang bernama Dave di dunia ini. Besok dia akan menanyakan Alice nama keluarga calon suaminya untuk memastikan semuanya.

***

Hari sudah terang, matahari sudah semakin menampakkan cahayanya. Biasanya sebelum matahari seterik ini, Safira sudah bangun dari tempat tidurnya. Tapi sepertinya pagi ini dia terlalu malas untuk bangun. Mungkin karena efek kehamilan, membuatnya menjadi lebih malas bergerak.

Prang...

Safira tersadar, segera bangkit dari tempat tidurnya setelah terdengar sesuatu terjadi dari luar kamarnya. Wanita itu berjalan tergesa-gesa, menuju asal suara keributan itu.

Dan benar saja, betapa terkejutnya wanita itu kala menyaksikan pemandangan di dalam dapur kecilnya. Seseorang bertubuh besar tengah memasak di sana, menggunakan apron miliknya.

"Siapa kau!" Safira sudah bersiap mengambil alat yang bisa dia gunakan untuk menyerang orang asing tersebut.

Sosok itu refleks membalikkan badannya, wajah tampan penuh senyum hangat menyapa Safira.

"Kau sudah bangun?"

"Kau...." Safira terkejut, melihat pria itu ada di apartemennya. Ya, pria itu adalah Dave, masuk ke dalam apartemennya entah datang dari mana. "Bagaimana kau bisa masuk ke sini?"

"Itu bukan hal yang sulit untukku." Dave tersenyum, "Duduklah sayang, sarapanmu akan segera siap." timpalnya.

Kemudian beralih pada kompor yang masih menyala, entah apa yang pria itu masak. Safira masih diam di sana, berdiri dengan segala kebingungan dan kekesalannya.

Seingatnya pintu apartemennya akan terkunci otomatis dan hanya bisa dibuka dengan sandi yang hanya dirinya dan Alice yang tahu.

Cukup lama Safira berdiri di sana, sampai akhirnya Dave selesai memasak dan memindahkan hasil masakannya ke atas piring.

"Kau masih di sana? Tidak lelah berdiri seperti itu?" Dave meletakkan masakannya di atas meja makan mini, kemudian menuntun Safira agar duduk.

"Aku tidak bisa memasak, jadi aku hanya bisa menyiapkan ini untukmu." pria itu memberikan garpu dan pisau makan di atas piring berisi tiga potong sandwich dengan isian telur dan daging, serta beberapa topping lainnya.

Safira mengangkat bibirnya sinis, hampir tidak bisa mengendalikan emosinya. Maniknya menatap tajam pria itu seakan ingin melahapnya.

"Makanlah, kau dan bayiku pasti lapar." ucap Dave.

Safira tidak menurut, wajahnya tidak bersahabat, membuat Dave mengerutkan keningnya.

Pria itu tahu Safira masih marah dan menyimpan dendam untuknya. Yang akhirnya, pria itu mengambil alih, memotong sandwich menjadi potongan kecil, lalu menyodorkan ke mulut Safira.

"Buka mulutmu."

Safira bebal, justru menatapnya penuh menantang. "Aku tidak mau." seperti itulah maksud tatapan itu.

"Safira, jangan buat aku marah. Jika kau tidak ingin makan aku sama sekali tidak peduli, tetapi kau sedang mengandung anakku. Aku tidak ingin dia kelaparan hanya karena keegoisanmu!" sentak pria itu.

Safira marah akan ucapan pria itu, tetapi dia pun sama, tidak ingin bayinya kelaparan. Karena tidak bisa berbuat apa-apa, Safira mendorong tangan Dave menjauh. "Aku bisa sendiri." ucapnya ketus. Meski dengan keterpaksaan, wanita itu memakan makanannya.

Sembari Safira menghabiskan makanannya, Dave telah selesai. Pria itu bangkit dari kursinya, menghilang dari pandangan Safira. Dave sibuk di dapurnya, tapi Safira tidak peduli apa yang Dave lakukan di sana.

Beberapa saat kemudian, segelas susu diletakkan tepat setelah Safira menghabiskan sandwichnya.

"Habiskan. Jangan sampai tersisa." penuh perintah.

Dave masuk ke dalam kamar Safira, mengambil sesuatu dari tas kecil yang diletakkannya tadi pagi di sana. Setelah kembali ke dapur, bibirnya tertarik ke atas, kala melihat Safira menghabiskan susu buatannya dalam sekali tegukan.

"Bagus." ucapnya sambil mengusap kepala Safira. Safira segera menjauh, tetapi Dave tidak membiarkannya.

Dave menarik kursinya lebih dekat dengannya, lalu meletakkan satu botol obat di atas meja.

"Minum ini." memberikan sebutir pil.

Safira mengerutkan keningnya, tentu tidak semudah itu menerimanya. Siapa yang tau jika ternyata pil itu beracun.

Mengetahui isi pikiran Safira Dave berkata, "Jangan berpikir aneh. Ini hanya vitamin khusus untuk wanita sepertimu. Pemarah dan kasar." ujarnya.

"Ambil. Dan cepat minum." tapi Safira masih tidak mau.

"Ayolah sayang. Jika aku ingin mencelakaimu, aku sudah melakukannya dari sejak aku menemukanmu."

Safira diam untuk beberapa saat, dengan ragu mengambil pil itu dan memasukkan ke dalam mulutnya. Perasaan Safira berubah setelah pil itu masuk ke dalam mulutnya, rasanya manis dan itu memang benar seperti vitamin.

"Kau hamil hampir dua bulan, tetapi kau bahkan tidak memiliki susu dan vitamin. Bagaimana nantinya bayiku jika aku tidak menemukanmu sampai dia lahir?"

Terpopuler

Comments

oyen

oyen

nurut juga safira

2022-03-20

0

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Nah Jadi Begini....

2022-02-19

2

Ay Kurniawati

Ay Kurniawati

asli penasaran,lanjut Thor...

2022-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!