Episode 15

Selama satu minggu ini, Davina, Rara dan Bara masih tinggal di apartemen Safira. Mereka akan kembali ke kediaman Pramana yang bernotabene di Jerman, setelah menghadiri pernikahan Alice.

Sebagai keluarga yang sangat menjunjung tinggi etika dan nilai moral, kini Davina meluluhkan hatinya. Dalam kasus Safira, sudah seharusnya itu adalah aib bagi keluarga mereka. Karena itu akan berimbas pada kehormatan mereka jika sampai orang lain tahu bahwa putri kedua Pramana rupanya hamil di luar nikah.

Tetapi Davina sudah berubah, Ibu dari empat anak itu belajar dari kesalahannya dulu kala ia memperlakukan Rara dengan buruk.

Davina tidak ingin hal yang sama terulang kembali. Dia ingin menjaga dan merawat anak-anaknya tanpa aturan itu.

Seminggu tidak terasa, tepat hari ini pernikahan Alice dilangsungkan. Alice pengantin wanita yang akan menjadi ratu hari ini sudah wara-wiri di sebuah kamar hotel bintang lima.

Sudah ada Safira di sana, yang Alice paksa menginap di hotel kemarin malam. "Semoga bahagia dengan pernikahanmu." meski dadanya terasa sesak, Safira tetap mendoakan yang terbaik untuk sang sahabat.

"Terima kasih sahabatku. Aku menyayangimu."

"Kau juga harus merias dirimu sayang. Aku ingin sahabat terbaikku juga menjadi sorotan di pernikahanku. Aku ingin semua orang tahu bahwa kamu adalah sahabat terbaikku."

"Calon suamimu akan cemburu jika kau terlalu menempel padaku di pesta." sahut Safira yang dibalas tawa kecil Alice.

Untuk sementara ini, wajah murung yang menghiasi wajah Safira dinetralkan agar terlihat bahagia di depan sahabatnya. Dia tidak ingin Alice malah mengkhawatirkannya di hari bahagianya.

Satu minggu terakhir, Dave tidak pernah lagi menemuinya, hal itu yang membuat Safira gusar. Padahal dia sendiri yang meminta Dave agar tidak menemuinya. Tapi kenapa malah ketidakrelaan muncul dalam hatinya.

"Al..." seoarang wanita paruh baya berperawakan cantik memanggil Alice.

"Iya Mom?" rupanya itu Mommynya Alice.

"Kemari sebentar."

Alice beranjak dengan hati-hati, "Safira, bersiap-siaplah sayang, acara akan segera dimulai." ujar Ilyana pada sahabat putrinya yang juga sudah dianggapnya seperti putri sendiri.

"Iya Mom. Aku akan siap dalam tiga puluh menit." Safira memang terbiasa memanggil ibu sahabatnya dengan sebutan itu.

Setelah Alice pergi, Safira mulai bersiap. Dia tidak ingin dibantu oleh perias yang Alice siapkan. Dia ingin melakukannya sendiri hingga merias wajahnya dengan polesan make up tipis.

Safira mematut dirinya yang terlihat menawan di cermin raksasa. Sekuat tenaga ia menahan sesuatu yang seolah ingin meledak dalam dirinya.

"Tidak apa-apa Safira. Alice bahagia bersamanya. Kau akan bahagia jika Alice bahagia kan?" Safira bermonolog dengan dirinya sendiri.

Wanita yang tengah mengandung satu kehidupan dalam perutnya, memejamkan matanya erat. Entahlah, rasanya dia ingin menangis sekarang.

Sampai sepasang tangan kekar memeluk tubuhnya dari belakang. Safira terkesiap, membuka matanya dalam satu detik.

"Kau!" suaranya yang tadinya begitu lirih kini menggeram penuh amarah.

"Maaf karena telah membuatmu menderita." rupanya sosok itu adalah Dave.

Terlihat begitu gagah dengan setelah tuxedo hitam membalut tubuh kekarnya. Mengingat Alice, Safira mengakui Dave dan Alice sangat serasi.

"Lepaskan aku. Jangan membuat orang menilaiku sebagai perempuan murahan karena telah memeluk calon suami sahabatnya sendiri di hari pernikahannya!" sentak Safira, mendorong Dave menjauh.

"Maaf." hanya itu yang pria itu katakan.

"Aku tidak butuh kata-kata maaf darimu! Karena maafmu tidak akan mengembalikan semuanya seperti semula!"

"Pergi! Dan jangan pernah mencoba menemuiku lagi!" bentak Safira.

Dave masih mencoba menyanggah, tetapi dering ponselnya menggagalkannya.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi dariku Safira. Ingat, kau mengandung bayiku."

"Aku tidak bisa berlama-lama, acara akan dimulai."

Dengan sengaja Dave mencuri kesempatan, mengusap wajah Safira yang langsung memalingkan wajahnya.

"Kau sangat cantik hari ini. Aku terkesima." setelahnya Dave melangkah keluar dari kamar tersebut.

Dave akan menuju tempat pemberkatannya dengan Alice diadakan. Tetapi begitu ia keluar dari kamar itu, alangkah terkejutnya ia, kala melihat seorang wanita paruh baya berdiri di depan kamar.

"Maaf?" Dave bertanya, dia tidak mengenal wanita ini.

"Kau harus bertanggung jawab atas nasib putriku!"

Dave mengerutkan keningnya, "Nyonya, apa aku mengenalmu?"

Terpopuler

Comments

oyen

oyen

apa yang terjadi selanjutnya 🤔🤔

2022-03-20

0

𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵

𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵

pergi yg jauh safira biar dave menyesal

2022-02-21

2

atteu

atteu

lagi thor

2022-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!