Episode 2

"Bagaimana kabarmu?" sapa Safira pada sahabatnya, Alice, setelah mereka tidak bertemu dua minggu ini, karena sahabatnya itu tengah mengurus pernikahannya.

Alice menyambut hangat pelukan sahabatnya itu, kemudian berjongkok sehingga wajahnya bertemu perut Safira yang masih rata.

"Halo keponakannya aunty. Bagaimana kabarmu? Kamu baik-baik di dalam sana kan? Jaga Mommy-mu baik-baik ya, dia sedang tidak baik-baik saja sekarang." ujar Alice mengajak janin sebesar biji kacang merah itu.

Safira menepuk kening Alice kesal, "Hei jangan berkata seperti itu pada anakku."

Alice tertawa, lalu berdiri, "Tapi ucapanku benar kan? Kamu itu adalah wanita lemah yang sedang berpura-pura kuat." segera meninggalkan Safira, masuk menuju butiknya.

Safira mengangkat bibirnya kesal, tak urung menyusul Alice ke dalam. Ya, butik ini milik Alice, tetapi sekarang karena keadaannya yang cukup memprihatinkan Alice memberikan kuasa untuknya mengelola butik ini.

Meski pendidikan dan pekerjaannya dulu berlawanan, tetapi Safira paham dan mampu mengelola butik ini. Sudah hampir satu bulan dirinya bekerja di sini, dan Safira cukup menyukai pekerjaannya ini.

"Bagaimana pernikahanmu? Semuanya lancar bukan?" tanya Safira. Kini keduanya berada di ruang kerja yang sekarang menjadi ruang kerja Safira.

"Lancar." jawab Alice singkat, namun wajahnya seperti tidak senang membahas hal itu.

"Ada apa Alice?" sebagai sahabat yang sudah menemaninya sejak kecil, tentu bisa tau ada sesuatu yang tidak beres.

Alice menatapnya lamat-lamat, kesedihannya yang disembunyikannya semakin terlihat jelas.

"Safira, sepertinya Dave tidak bersungguh-sungguh menikah denganku." ucap Alice dan dalam dua detik air matanya mengucur membasahi pipinya.

Safira mengangkat alisnya, tapi tak urung membawa Alice dalam dekapannya. Alice terisak dalam pelukannya, meluapkan perasaannya yang bahkan tidak bisa ia katakan pada Daddy dan Mommynya.

Safira memegang kedua bahu Alice, mengusap air matanya. "Alice, ceritakan padaku. Kenapa kamu bisa mengatakan kalau calon suamimu tidak bersungguh-sungguh." tanya Safira.

Alice menenangkan dirinya, "Kau tau Safira, sebenarnya di sini hanya aku yang mencintai calon suamiku, tapi dia tidak."

Dan Safira sangat terkejut mendengarnya. Karena dari cerita Alice, seolah menggambarkan kalau keduanya saling mencintai.

"Kita memang sudah lama saling mengenal. Itu pun karena kita sering bertemu di pesta kolega orang tua kami. Aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Orang tua kami sangat dekat, jadi kami sering mengobrol. Aku sangat jelas menunjukkan ketertarikanku padanya. Dia tidak menolak, dan malah membiarkanku berada di sekitarnya. Tapi aku tahu, dia melakukannya hanya untuk menjaga perasaanku." jelas Alice panjang lebar.

"Kau tau, beberapa bulan dia menghilang, tidak pernah lagi ikut saat ada jamuan perusahaan. Namun, tiba-tiba dia muncul, menunjukkan effortnya padaku. Aku sangat senang Safira. Aku pikir dia mulai membuka hatinya untukku." Alice tersenyum hambar.

"Setelah itu kita lebih sering bertemu dan lebih dekat lagi. Sampai akhirnya, dia mengutarakan niatnya untuk menikahiku. Bukan padaku, melainkan pada Daddy dan Mommy."

"Aku pikir dia bersungguh-sungguh dan benar-benar mencintaiku. Tapi setelah aku mendengar pembicaraan Dave dengan Ayahnya, aku akhirnya sadar. Dia tidak benar-benar mencintaiku. Dia hanya memanfaatkanku Safira... Dia menikahiku hanya agar Daddy mau membantu perusahaannya yang hampir bangkrut. Dia memanfaatkanku." tangis Alice kembali pecah, membuat Safira dengan sigap sebagai sandarannya.

Safira tidak tahu harus mengatakan apa untuk menenangkan sahabatnya tersebut. Jujur, dia juga marah pada pria yang telah berani mempermainkan sahabat terbaiknya ini.

Tentu Safira tidak akan tinggal diam. Dia berjanji, jika bertemu dengan bedebah itu, dia tidak akan membiarkannya hidup dengan baik.

Setelah Alice berhenti menangis, Safira mengusap air matanya. "Jadi apa rencanamu selanjutnya? Apakah kau akan melanjutkan pernikahan ini, atau..."

Sebelum Safira selesai bicara, Alice langsung menyela, "Aku akan tetap melanjutkannya." dan itu sanggup membuat Safira membuka mulutnya.

Rupanya sahabatnya ini telah gila oleh cintanya pada pria bajingan itu.

Alice bisa merasakan keheranan dari wajah sahabatnya itu, sehingga dia berucap, "Jangan menatapku seperti itu. Aku yakin setelah kami menikah, aku akan membuatnya jatuh cinta padaku." gadis itu berkata seolah tangisannya baru saja tidak berarti apa-apa.

Safira menyentil kening Alice, agar gadis itu sadar akan cinta butanya.

"Apa yang ada di kepalamu ini? Ingat Alice, bajingan itu hanya memanfaatkanmu. Kamu pikir ini seperti cerita di novel?!" bentak Safira.

"Ya, dan aku berharap cerita dia novel itu terjadi padaku Safira."

Safira kehilangan kata-katanya. Dia merasa Alice adalah gadis yang paling bodoh di dunia ini.

"Alice, bawa aku bertemu bajingan itu!"

"Untuk apa?"

"Aku ingin membunuhnya karena dia telah berani membuatmu jadi gila seperti ini!"

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠

🍾⃝ͩʜᷞεͧrᷠaͣ☠ᵏᵋᶜᶟ✰͜͡w⃠

yaa ampun thor ternyata di sini cerita Safira..
waahh maraton ini mah 🏃🏻‍♀️🏃🏻‍♀️😁

2022-03-27

1

oyen

oyen

orang yang sama... dave

2022-03-20

1

Glegek Jaya

Glegek Jaya

murah mudahan lelaki yg beda

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!