Episode 10

Safira masih duduk di meja makan, sudah lima belas menit dia di sini, sambil memperhatikan pria itu di ruang tamunya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Wanita itu marah, sangat marah sejak pria itu muncul dalam hidupnya. Seharusnya saat ini dia mengusir pria itu, tidak membiarkannya tinggal lebih lama bersama.

Namun ternyata, tanpa sadar Safira tidak ingin pria itu pergi. Safira nyaman bersamanya, meski mengingat bahwa pria ini adalah penghancur masa depannya.

Safira berdiri, memasuki kamarnya tanpa suara. Dia merasa gerah karena belum mandi sesiang ini. Hari ini adalah hari minggu, biasanya setiap hari minggu dia akan pergi ke butik agak siangan.

Safira masuk ke dalam kamar mandi, dan melaksanakan ritual mandinya dalam lima belas menit. Wanita itu melakukan kegiatannya tanpa kewaspadaan sama sekali. Safira keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Dia lupa di apartemennya ada predator yang siap menerkamnya setiap saat.

Dan benar saja, ketika handuk yang menutupi tubuh putih mulusnya terjatuh di lantai, sepasang mata yang telah dipenuhi kabut gairah menatapnya kelaparan. Safira tidak menyadari kehadirannya, tetap memakai pakaiannya dengan santai.

Namun, sebelum tubuhnya tertutupi sepenuhnya, sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang. Safira terkesiap, membelalakkan matanya ketika telapak tangan Dave mengelus perutnya dengan lembut.

"Kau! Apa yang kau lakukan! Menyingkir dariku!" sentaknya, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman predator berbahaya itu.

Tetapi sia-sia, seperti yang sudah-sudah, Dave memaksakan keinginannya pada Safira. Pria itu menggodanya, meruntuhkan kekuatan Safira untuk menolaknya.

Safira menggigit bibirnya kuat-kuat, ******* kenikmatan hampir lolos dari bibir mungilnya. Tidak mungkin. Ini salah. Bagaimana mungkin dia menikmati suasana ini.

Safira mengingatkan dirinya bahwa pria ini adalah pria brengsek yang telah menghancurkan hidupnya, agar dia tidak lengah dan akhirnya masuk dalam perangkapnya.

****

Alice memarkirkan mobilnya di lobi gedung apartemen sahabatnya, Safira. Wanita itu terlihat senang, terlihat dari bibir mungilnya tersenyum sambil melantunkan sebuah lagu kesukaannya.

Alice masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke lantai sebelas, dimana sahabatnya berada. Lift berhenti setelah sampai di lantai yang dia tuju.

Gadis itu akan keluar, tetapi ketika melihat seseorang yang sangat dikenalinya berdiri tepat di depan lift. Alice cukup kaget, tetapi rasa senang mendominasi karena dia bertemu sosok yang sangat dia cintai tersebut.

"Dave... kau di sini?" Alice terlonjak senang, segera memeluk calon suaminya tersebut.

"Al... kau sedang apa di sini?" Dave membalas pelukannya.

Alice melepas dirinya, senyum lebarnya menunjukkan betapa dia sangat mencintai pria di hadapannya ini.

"Aku ingin menemui Safira, dia tinggal di sini. Dan kau, apa yang kau lakukan di sini?" tanya gadis yang tengah jatuh cinta itu.

Dave menyelipkan anak rambut Alice ke balik telinganya, pria itu sangat manis, hingga membuat hati gadis itu berbunga-bunga.

"Ayah berencana akan membeli gedung ini. Jadi aku di sini sedang memantau apakah gedung ini pantas untuk dijadikan proyek berikutnya." pria itu berdalih, dan bodohnya Alice percaya begitu saja.

"Aku mengerti. Emm.. by the way, kau masih sibuk tidak? Aku ingin mengenalkanmu dengan sahabatku." pinta Alice penuh permohonan.

Dave diam, tidak menjawab, "Hanya sebentar saja. Kamarnya ada di ujung koridor sana." menunjukkan pintu kamar eksklusif tersebut.

Namun, ketika Alice menunjukkan kamar tersebut, rupanya sudah ada sosok cantik yang tengah berdiri di sana. Menatap keduanya dengan nanar.

"Safira." Alice tersenyum sambil mendekatinya. "Kebetulan sekali kita bertemu." Alice menggamit tangan sang sahabat, menuntunnya mendekat pada pria bajingan itu.

"Kau sangat ingin bertemu calon suamiku bukan? Sekarang dia ada di hadapanmu, tapi aku mohon jangan membunuhnya." bisik Alice dengan nada jenaka.

Safira tidak menggubris candaan itu, matanya sedari tadi fokus menatap tajam pria di hadapannya. Pria itu pun sama, menatap Safira penuh arti.

"Ayolah Safira, jangan menatapnya begitu. Kau membuat Dave takut." Alice salah sangka.

"Dave, ini Safira, sahabatku. Yang sering aku ceritakan." ujar Alice, tetapi sama saja, Dave juga tidak menggubris ucapan Alice.

"Dave?" Alice bingung. Merasakan sesuatu yang aneh antara kedua orang tersebut.

"Senang bertemu denganmu,.... Safira." tiba-tiba Dave mengulurkan tangan kanannya di hadapan Safira. "Aku mendengar banyak tentangmu dari Alice. Aku turut prihatin dengan musibah yang menimpamu." ucap pria itu tanpa tahu malu sama sekali.

Keringat di kening wanita yang tengah berbadan dua itu semakin mengucur membasahi keningnya. Perasaan marah, hancur dan putus asa menyatu dalam hatinya yang rapuh.

Penglihatan wanita itu menggelap, sebuah kejutan yang baru saja terkuak membuatnya hampir tidak bisa lagi menopang tubuhnya. Wanita tumbang, kehilangan kesadarannya.

Terpopuler

Comments

oyen

oyen

bener " kamprett bastard

2022-03-20

0

𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵

𝓙𝓪𝓷𝓲𝓮 🍵

pasti safira bakal mengalah demi sahabatnya 🤔

2022-02-20

1

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

V_nee ' wife Siwonchoi ' 🇰🇷

Hey Dave Pengecut

2022-02-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!