Lorie terus tertawa terbahak-bahak setelah kepergian Dokter Ana. Ia merasa sangat puas. Belum pernah merasa sesenang ini selama beberapa bulan terakhir. Mood-nya membaik berkat kekonyolan Daniel dan respon Ana yang terlihat seperti ingin menjejalkan sebuah bom atom ke dalam mulut Daniel Hill agar pria itu lenyap dari muka Bumi.
Hehe ... biarkan saja. Mereka sama-sama sudah dewasa. Karena ia sudah memperingatkan Daniel dan memberitahukannya kepada Ana juga, maka ia tidak merasa khawatir lagi. Jika kedua orang itu benar berjodoh juga sangat bagus. Bertambah lagi satu paket yang menjadi anggota keluarga.
Lorie tersenyum puas dan berbaring di kasur dengan nyaman. Ia memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum pergi bermain dengan Amber lagi. Sambil menatap langit-langit kamar, Lorie memikirkan perkembangan hubungannya dengan Raymond yang secara tidak terduga berkembang sampai di tahap ini.
Drrrt ... drrrt ... drrrt ....
Getaran dari saku celananya membuat Lorie sedikit miring agar dapat mengambil benda itu. Saat melihat nama pemanggil yang tertera di layar, garis bibir Lorie membusur. Pria yang sedang dipikirkannya entah bagaimana tergerak untuk meneleponnya di waktu yang sama.
“Halo. Ada apa?” tanya Lorie setelah menyentuh bulatan hijau di layar ponselnya.
“*Aku merindukanmu*,” sahut Raymond.
Lorie merasa manis dan melayang meski tahu ucapan itu hanya omong kosong belaka.
“Tuan Dawson, Anda semakin pandai merayu.”
Terdengar suara kekehan yang memikat dari speaker ponsel, membuat Lorie membayangkan bagaimana raut wajah pria itu sekarang. Senyuman di wajah Lorie semakin lebar. Ia beringsut bangun dan bersandar di dipan.
Sambil menggenggam dan memainkan rambutnya, Lorie bertanya, “Bagaimana rapatnya? Berjalan lancar?”
“*Hm. Lumayan. Bagaimana dengan dirimu? Apa yang sedang kamu lakukan*?”
“Sedang memikirkanmu.”
Raymond menggeram mendengar jawaban itu. Tak lama kemudian, Lorie melihat pria itu mengalihkan panggilan ke mode *video call*. Mau tak mau ia tertawa keras sebelum menerima panggilan video itu.
“Ada apa?” tanyanya setelah *video call* tersambung.
“Hanya ingin melihat kekasihku yang katanya sedang memikirkan aku,” jawab Raymond seraya menatap lurus ke layar ponselnya. “Aku merasa sangat terharu dan tersanjung.”
Tawa Lorie semakin keras ketika mendapati ekspresi Raymond terlihat seperti anak anjing yng tersesat dan minta dibawa pulang.
“Memasang wajah bodoh begitu untuk memikat siapa?” tanyanya setelah tawanya mereda.
Raymond menatap Lorie dengan sorot lugu. Meski digoda seperti itu, ia sama sekali tidak sakit hati, malah menjawab dengan kalem, “Untuk memikat kekasihku. Aku tidak mau dia melarikan diri lagi.”
“Omong kosong apa? Memangnya kamu tidak ada pekerjaan lagi? Kenapa sangat iseng dan meneleponku seperti ini?” balas Lorie.
“Ya. Pekerjaanku sudah selesai. Aku berencana mengajakmu pulang ke kediaman orang tuaku. Apa kamu ada waktu?”
Dalam sekejap ekspresi wajah Lorie berubah. Ia menyeringai kaku dan membalas, “Bukankah kita sudah membahas ini sebelumnya? Aku belum siap ....”
“Tidak perlu mengatakan bahwa kita sudah berkencan. Bilang saja kamu adalah rekan bisnisku. Bagaimana?”
“Maaf, Ray ... aku benar-benar belum siap ... aku takut akan mengecewakan kedua orang tuamu karena aku—“
“Sssht ... oke ... oke ... aku mengerti,” sela Raymond sebelum Lorie menyelesaikan ucapannya. Ia tidak ingin mendengar wanita itu merendahkan dirinya sendiri. “Kalau begitu bagaimana dengan makan malam bersamaku? Aku akan menjemputmu pukul setengah tujuh. Apakah itu oke?”
“Hanya kita berdua?”
“Hanya kita berdua. Aku janji.”
“Oke.”
“Oke. Kalau begitu ... sampai jumpa nanti malam?”
“Sampai jumpa nanti malam ....”
Lorie melambai ke layar ponsel sebelum memutuskan sambungan telepon. Ia meletakkan tangan di dada, merasakan debaran jantungnya yang melonjak drastis. Masalah status sosial ini ... ia tidak yakin akan berakhir dengan baik untuknya dan Raymond.
Bagaimana kalau kedua orang tua Raymond memperlakukannya seperti Granny memperlakukan Kinara dulu?
Ia pasti tidak akan bisa menahannya kalau sampai seperti itu.
Lorie menghela napas panjang dan kembali berbaring. Diam-diam berharap ia masih mempunyai cukup banyak waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi badai yang mungkin akan datang.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Elsa Pasalli
Kasihan dua sahabat rasa saudara harus mengalami hal yang sama karena status sosial.
2023-04-30
1
Elsa Pasalli
Kasihan dua sahabat rasa saudara harus mengalami hal yang sama karena status sosial.
2023-04-30
1
Anonymous
Thor, gimana kabar granny? Granny uda tau kalau jessica itu yang licik?
2022-04-07
1