Amber sangat antusias ketika Lorie akhirnya membuka matanya. Ia langsung melompat ke dalam pelukan wanita itu dan bergelung dengan nyaman.
“Hey, ada apa ini? Sejak kapan kamu bangun?” tanya Lorie dengan suara serak. Ia mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi dengan cahaya matahari yang menembus kaca jendela.
“Aku bangun sejak pukul lima, tidak bisa tidur lagi, tapi juga tidak berani membangunkanmu, Aunty,” jawab Amber sambil menyeringai lebar. “Aku sangat patuh, bukan?”
“Mm-hm. Pukul berapa sekarang?”
“Sudah hampir waktunya untuk sarapan. Aunty tidak ingin bangun?”
Lorie mendesah tak berdaya. Memang energi bocah cilik dan wanita yang menjelang kepala tiga seperti dirinya ini benar-benar berbanding terbalik. Padahal semalam mereka sama-sama tidur saat sudah hampir tengah malam, tapi gadis kecil ini tetap bangun dengan penuh semangat dan vitalis hidup, sementara dirinya sendiri masih ingin memejamkan mata dan tidur beberapa menit lagi.
“Tidurlah sedikit lagi,” gumam Lorie seraya menarik selimut untuk menutupi tubuh Amber. “Ini akhir pekan, tidak perlu bangun pagi untuk ke sekolah, ‘kan?”
Amber menggeleng dan menjawab, “Tidak, tapi aku tidak mengantuk.”
“Aunty masih mengantuk, kamu keluarlah dan bermain dengan kedua kakakmu.”
“Tidak mau. Aunty, apa benar kamu tidak akan kembali ke Dubai?”
Lorie mendesah lagi. Ia membuka matanya dan menatap Amber yang juga sedang memandangnya dengan penuh harap.
“Anak kecil, bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu semalam? Aku bahkan sudah mengulanginya puluhan kali. Aku tidak akan kembali ke Dubai, akan menetap di sini dan menemani kalian. Puas?” ujar Lorie sambil berpura-pura kesal.
Amber meraup wajah Lorie dan menciuminya berulang kali.
“Sangat puas, Aunty! Aku sangat puas!” serunya seraya tertawa lebar.
Lorie menimpa tubuh Amber dengan kaki kanannya, kemudian meraih pinggangnya dan menggelitikinya.
“Benarkah? Apa kamu puas? Katakan dengan jelas, kamu puas tidak?” tanya Lorie tanpa melepaskan Amber sama sekali.
Gadis cilik itu terkikik hingga air mata membanjiri wajah bulatnya. Ia meminta ampun dan memohon, tapi Lorie tidak mau melepaskannya sama sekali.
“Bukankah ini yang kamu tunggu? Ingin diberi pelajaran, bukan?” tanya Lorie sambil menciumi wajah Amber bertubi-tubi.
Amber tertawa hingga hampir kehabisan suara. Ia menggeleng dan meronta sambil meracau, “Tidak! Tidak mau lagi! Ampun! Aku salah. Maafkan aku. Aku menyerah. Aunty, hentikan!”
Lorie terkekeh dan melepaskan kuncian di kedua tangan Amber. Rambut gadis itu berantakan dan air mata masih mengalir di pipinya yang kini bersemu merah muda. Lorie mengulurkan tangan untuk merapikan rambut gadis kecil itu.
“Pergi mandi. Aunty akan menunggumu di ruang makan. Oke?”
“Oke!” jawab Amber dengan cepat. Ia sudah tidak memiliki tenaga untuk bercanda lagi.
Lorie tersenyum puas saat melihat Amber masuk ke kamar mandi dengan patuh. Ia pun keluar dari kamar itu dan pergi ke kamar yang sudah disiapkan untuknya. Ia juga ingin mandi dan bersiap. Daniel sudah mengatakan akan berkunjung hari ini saat menelepon semalam. Tampaknya pria itu bersungguh-sungguh ingin membuka kantor cabang EON’s Company di Broocklyn. Karena hubungan di antara mereka sudah jelas, Lorie juga tidak ingin menghindari atau menjaga jarak dari pria itu. Lagi pula, sepertinya sekarang Daniel sudah mengganti target mangsanya yang baru.
“Dasar playboy,” gumam Lorie seraya menggelengkan kepala dan tersenyum tak berdaya. "Aku harus memperingatkan Ana."
Sejak awal ia sudah bisa menebak bahwa Daniel hanya merasa penasaran saja terhadap dirinya. Atau jika memang benar ada sedikit cinta atau ketertarikan dalam rasa penasaran itu, pastinya perasaan itu masih sangat dangkal. Bukan jenis perasaan yang sudah mengendap selama bertahun-tahun ... seperti rasa yang ia miliki untuk Raymond Dawson.
Memikirkan pria itu membuat senyuman di wajah Lorie semakin dalam dan lebar. Ia mengambil ponsel dan mengirim pesan singkat kepada Raymond.
Daniel akan datang ke mansion siang ini.
Setelah mengirimkan pesan itu, Lorie ingin pergi mandi. Akan tetapi, baru saja ponselnya menyentuh permukaan meja, sudah masuk pesan balasan dari Raymond.
Aku ke sana sekarang!
Lorie terpana untuk beberapa saat sebelum akhirnya terbahak dan berjalan ke kamar mandi. Ia terlalu malas untuk menanggapi kekasihnya yang tidak masuk akal itu.
Ha! Direktur rumah sakit apanya? CEO apanya? Sangat santai hingga bisa berkeliaran ke sana kemari untuk mengejar wanita.
Lorie memarahi Raymond dan Daniel dalam hati sambil berendam dalam bathtub.
Dasar orang kaya!
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Orie Oliv
hahaha Ray cemburu am Daniel,pdhl Daniel kn skr suka nya am dokter ana
2022-05-08
1
VS
menuju bab berlumur madu, gak sabar baca
2022-04-29
2
NaMika
💚
2022-03-17
1