Pada akhirnya, Raymond tidak bisa datang ke The Spring Mountains untuk bertemu dengan Lorie siang itu, ada rapat pemegang saham di rumah sakit yang harus ia hadiri. Lorie tidak mempermasalahkannya karena ia juga sibuk menemani Amber membaca buku cerita, mewarnai, dan melakukan apa pun yang gadis itu inginkan.
Jangan tanya bagaimana berterimakasihnya Aslan dan Aaron karena Lorie telah menyemaltkan mereka dari kekacauan yang ditimbulkan oleh saudari mereka. Kedua pria kecil itu memanfaatkan waktu libur mereka dengan menyusun lego raksasa. Permainan itu tidak akan pernah selesai jika Amber berada di sekitar mereka dan terus mengganggu.
Saat Lorie dan Amber baru saja menyelesaikan puzzle, seorang pelayan masuk dan memberitahukan bahwa Daniel menunggunya di ruang tamu.
“Oke, Gadis Kecil, Aunty akan pergi menemui Paman Daniel. Kamu bermain bersama kedua kakakmu dulu, ya,” pamit Lorie.
Bibir Amber mengerucut. Ia memutar bola matanya dan menggerutu, “Mereka tidak mau bermain denganku. Lagi pula mereka sangat membosankan.”
Lorie tertawa mendengar jawaban gadis konyol itu. Apa dia tidak tahu kalau kedua kakaknya tidak mau mengajaknya bermain karena tingkahnya yang sewenang-wenang dan suka menindas itu? Karena merupakan putri satu-satunya dan memiliki wajah yang sangat mirip dengan Kinara, Alex lebih cenderung membela Amber. Dan hal itu membuat kedua kakaknya semakin jengkel terhadapnya.
“Berusahalah untuk tidak mengganggu mereka, atau merusak apa pun yang sedang mereka mainkan, sudah pasti mereka tidak akan menjauhimu, dasar perusuh,” ucap Lorie seraya mengacak rambut Amber dengan gemas.
Amber meleletkan lidahnya dan membalas, “Baiklah, aku akan berusaha menjadi anak yang manis dan patuh.”
“Sangat bagus. Kalau kamu menepati ucapanmu, Aunty akan meminta izin kepada ayahmu agar besok kita bisa pergi jajan es krim dan permen kapas. Deal?”
“Deal!” seru Amber dengan bersemangat. Ekspresi muramnya dalam sekejap menghilang, digantikan oleh tatapan mata yang berbinar dan penuh harap.
Lorie terkekeh, mengacak rambut bocah itu sekali lagi sebelum pergi ke ruang tamu untuk menemui Daniel.
“Apa aku menganggu waktumu?” tanya Daniel saat melihat Lorie berjalan menghampirinya.
“Apa kamu akan pergi jika aku menjawab iya?"
“Eng. Tidak.”
“Dasar tidak tahu malu.”
Daniel tertawa, lalu berdiri dan memeluk Lorie. Ia sudah terbiasa dengan mulut pedas wanita itu. Lagi pula, ada yang lebih bermulut pedas daripada Lorie. Dan sepertinya ia harus membiasakan diri untuk menghadapi sindiran tajam selama beberapa waktu ke depan.
“Bagaimana kondisimu?” tanyanya setelah kembali duduk di tempat semula.
“Sudah semakin baik. Obat dari Ana sangat mujarab.”
“Bagus kalau begitu.”
Lorie menatap Daniel sambil mengulum senyum. Pria itu jelas terlihat sedikit kikuk dan tidak nyaman, tapi masih berpura-pura tenang dan santai. Sebenarnya, Daniel Hill bukannya sangat tidak tahu malu, dia hanya keras kepala dan pantang menyerah sampai kadang terlihat sangat tidak tahu aturan.
“Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu? Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Daniel saat menyadari Lorie menatap lekat ke arahnya.
“Ya. Ada sesuatu di wajahmu.”
“Apa?” Daniel buru-buru mengusap wajahnya beberapa kali, tapi tidak menemukan apa pun saat menatap telapak tangannya.
“Kamu mempermainkan aku?” tanyanya lagi sambil menatap Lorie dengan mata memicing.
Lorie menyeringai lebar dan menjawab, “Ada di sana, kamu hanya tidak menyadarinya saja.”
Daniel tertegun. Apa Lorie sedang menyindirnya? Mengapa ucapannya terdengar sangat ambigu?
“Sudahlah. Aku tidak akan menggodamu lagi. Sekarang mari kita bicarakan mengenai bisnis,” ucap Lorie setelah puas melihat wajah kebingungan Daniel yang tampak konyol.
Daniel berdeham dua kali dan membetulkan posisi duduknya sebelum membalas, “Mengenai kerja sama, aku sudah menyerahkan proposal kepada Alex. Dia memintaku untuk berbicara langsung denganmu.”
“Ya. Tuan Alex sudah berdiskusi denganku tadi pagi.”
“Lalu?”
“Lalu?” Lorie mengangkat alisnya dan menampilkan ekspresi tak berdaya. “Bukankah kamu belum memutuskan akan membangun kantor cabang yang bergerak di bidang apa?”
“Mm-hm. Aku menyerahkan itu sepenuhnya kepadamu. Aku yakin kamu bisa membuat kerja sama ini mendatangkan keuntungan maksimal untuk—“
“Bukan begitu cara kerjanya, Tuan Hill,” sela Lorie. “Anda bukannya pendatang baru di bidang ini, ‘kan?”
“Aku tahu. Intinya adalah—“
Ucapan Daniel terhenti ketika tiba-tiba seseorang menerobos masuk ke ruang tamu.
“Lorie? Kamu sedang—”
Ana yang baru saja masuk langsung terpaku satu detik sebelum melambaikan tangannya dan berkata, “... oh, maaf, aku kira kamu sedang senggang. Aku akan kembali lagi nanti.”
Sialan, kenapa tadi ia tidak bertanya apakah Lorie sendirian di ruang tamu atau bersama orang lain? Benar-benar sial.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
wkwkwkw
2024-11-17
0
Orie Oliv
hahaha kikuk tuch ana ktmu am Daniel
2022-05-08
1
VS
Jodohmu di tangan kak Biru, dr Ana
Bisa2nya bikin crita kau muncul saat Daniel bertamu 😶
2022-04-30
2