Saat tiba di pelataran Blue Eyes, cahaya matahari senja menyambut mereka berdua di depan pintu masuk. Saat itu pula Raymond baru menyadari bahwa Alex, Billy, dan Dokter Ana tidak ada di mana-mana. Meski begitu, ia juga tidak ingin menanyakannya kepada Lorie. Terlalu ramai sangat memusingkan, apalagi dengan kehadiran Billy yang tampaknya masih memusuhi dirinya .Lebih bagus jika hanya ada dirinya dan Lorie saja.
Raymond membuka pintu mobil dan mempersilakan Lorie untuk masuk.
“Kamu ingin pergi ke mana?” tanya Raymond setelah membantu memasangkan sabuk pengaman untuk Lorie.
“Tolong antar aku ke Spring Mountains,” pinta Lorie.
“Baik, Nona.”
Raymond menyalakan mobil dan mengemudikan kendaraan itu menuju jalan raya. Untungnya arus lalu lintas sedang tidak terlalu padat sehingga meski Raymond menjalankan mobil dengan kecepatan sedang, mereka tiba di kediaman Keluarga Smith sedikit lebih cepat. Penjaga gerbang mempersilakan Raymond untuk mengemudi ke kediaman utama ketika melihat Lorie duduk di kursi penumpang.
Para pelayan yang menyambut di depan pintu cukup terkejut saat melihat Lorie turun dari mobil disusul oleh Raymond. Bukankah kehadiran pria itu terlarang di The Spring Mountains selama beberapa bulan terakhir? Bagaimana bisa sekarang Nona Lorie satu mobil dengannya? Meski dipenuhi tanya, para pelayan pun tetap menyambut kedua orang itu dengan sopan.
“Silakan, Nona Lorie. Tuan Alex sudah meminta kami menyiapkan kamar khusus untuk Anda,” ucap salah seorang pelayan seraya membungkuk dengan hormat.
“Kamar khusus?” tanya Lorie seraya mengernyitkan keningnya. “Bukan kamar yang aku tempati sebelumnya?”
Pelayan itu menggeleng dan menjawab, “Tidak, Nona. Kondisi tubuh Anda belum sepenuhnya pulih.Tuan meminta kami menyiapkan kamar di lantai bawah agar tidak perlu naik turun tangga. Itu juga memudahkan bagi kami untuk menyiapkan keperluan Anda.”
Lorie ingin membantah, tapi Raymond sudah lebih dulu membalas, “Bagus. Di mana kamarnya?”
“Raymond?” tegur Lorie.
Ia menatap pria di hadapannya dengan mata memicing, tapi pria itu tidak terlihat terpengaruh sama sekali.
“Kondisi tubuhmu memang masih lemah. Untuk apa keras kepala? Cepat pergi istirahat,” ucap Raymond saat melihat Lorie sudah akan protes.
“Tidak mau pergi? Ingin aku menggendongmu?” tanya pria itu lagi.
“Kamu semakin menjengkelkan,” gerutu Lorie sebelum berjalan ke arah lorong di sisi barat ruangan.
“Nona, Tuan melarang Anda untuk pergi ke sana!” seru seorang pelayan dengan panik ketika menyadari ke mana Lorie akan pergi.
“Coba saja hentikan aku,” balas Lorie seraya melirik tajam ke arah pelayan itu.
Ucapan itu berhasil menghentikan seluruh gerakan dan protes yang akan dilayangkan oleh para pelayan. Mereka hanya bisa saling menatap dengan ekspresi tak berdaya.
“Kamu mau ke mana?” tanya Raymond sambil berlari kecil untuk menyejajarkan langkahnya dengan Lorie.
Wajah Lorie tampak muram. Ia tidak menjawab pertanyaan Raymond, hanya terus berjalan menyusuri selasar, lalu berbelok ke arah kebun belakang. Lorie berhenti sebentar di depan rumpun mawar merah yang sedang mekar, memetik dua tangai yang paling besar, kemudian kembali berjalan di ke arah sisi kanan istal kuda.
Raymond mengernyit ketika langkah kakinya menapaki lapisan rumput yang terhampar rapi hingga deretan pohon pinus yang berjajar rapi di depan sana. Walaupun sangat penasaran, ia tidak bertanya lagi atau memaksa Lorie untuk memberi tahu ke mana mereka akan pergi. Ia hanya terus berjalan di sisi wanita itu, menapaki bukit kecil yang berada di antara batang-batang pinus yang menjulang tinggi.
Aroma rerumputan bercampur dengan udara lembab yang menyisakan sedikit bau getah yang memberi sentuhan melankolis, dan itu entah bagaimana membuat hati Raymond terasa tidak nyaman. Nalurinya memberi dorongan agar ia menggenggam jemari Lorie semakin erat. Ia bisa merasakan bahwa tempat itu mempunyai nilai sentimental bagi Lorie.
Saat melihat nisan marmer yang berkilau tertimpa cahaya jingga, Raymond baru tersadar. Itu adalah makam Kinara Lee. Genggaman tangannya semakin erat, tapi langkah kakinya terasa semakin berat. Ada sebuah nisan kecil yang berada di sisi makam Kinara.
Apakah itu ....
Diam-diam Raymond melirik ke arah Lorie. Hatinya terasa masam saat melihat mendung di wajah wanita itu. Sepertinya tebakannya benar. Kalau tidak, Lorie tidak mungkin akan bersikap seperti sekarang ini.
Saat tiba di sana, Lorie melepaskan tangan Raymond langsung berlutut di depan makam kecil. Tangannya sedikit gemetar ketika meletakkan setangkai bunga mawar di atas nisan. Kemudian tanpa suara, tanpa peringatan, air matanya menetes begitu saja.
Napas Raymond tercekat saat ia berjongkok di sisi Lorie. Kelopak matanya terasa panas, membuat pandangannya mengabur. Di kehidupan ini, ia berutang kepada Lorie dan kepada anaknya yang tidak sempat melihat indahnya dunia. Itu adalah satu-satunya utang yang tidak akan pernah bisa ia tebus meski menggunakan nyawanya sendiri.
***
Jangan lupa like yaa...
thank you❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Elsa Pasalli
Ternyata makam baby Lory berdampingan dengan Kinara Lee, Alex benar benar mengganggap Lorie keluarga. Tersanjung aq thor. 😍😍😍😍😘😘😘
2023-04-30
1
malam minggu
aku ulang baca lagi dri awal thor...
berharap author mau terusin kisah cerita ini...
2022-05-25
1
malam minggu
makam Kinara Lee... msih belum move on aku sama wafatnya Kinara Lee... saking cintanya sama Kinara...
2022-05-25
3