Delavar dan Dariush memberikan penerangan pada gudang tersebut menggunakan lampu flash ponsel keduanya yang diletakkan pada tumpukan barang-barang yang tak dipakai di dalam gudang. Jika menunggu esok hari, sudah dipastikan anak ketiga keluarga Dominique itu sangat penasaran dengan kebusukan yang sudah orang tua Amartha lakukan.
Tubuh Papa Max masih terkulai lemas dan belum sadarkan diri. Delavar menepuk pipi yang sudah keriput dan lebih cocok sudah bau tanah itu dengan setengah tenaga. Ingin menampar, tapi yang dia hadapi adalah orang tua wanita yang ditaksir. Tapi jika didiamkan, pasti akan melakukan rencana keji lainnya pada Amartha.
Delavar merasa serba salah sendiri karena ada kerisauan jika wanitanya akan membencinya kalau tahu perbuatannya yang menyekap Papa Max. Tapi masa bodo, dia bukan ingin melukai. Hanya memberikan sedikit pelajaran saja agar tak berani macam-macam dengan keluarga Dominique.
“Dia pingsan, tidur, atau mati? Sedari tadi ku bangunkan tetap tak membuka mata,” gerutu Delavar.
“Kau membangunkannya seperti membelai pipi anak gadis, tentu saja dia tak akan terganggu,” balas Dariush. Dia membawa satu kursi kayu ke tengah-tengah gudang itu.
“Ya bagaimana lagi, dia orang tua Amartha. Kalau mengadu pada wanitaku jika aku menyiksanya, bisa-bisa dia membenciku dan gagal sudah aku mendapatkannya,” sahut Delavar. Tangannya melingkar di sela ketiak Papa Max dan mengangkat tubuh yang sudah berumur tua itu untuk di dudukkan ke atas kursi kayu.
“Halah, kau itu banyak berpikir. Pak tua ini sampai berniat menjebak Amartha, sudah dipastikan hubungan mereka tak bagus.” Dariush terus menanggapi ucapan kembarannya seraya mencari tali untuk mengikat tubuh Papa Max agar tak bisa bergerak dengan leluasa.
“Tetap saja statusnya adalah orang tua Amartha. Kalau aku menikah dengannya, siapa yang akan mengantarkan ke altar?” balas Delavar sembari menerima tali tambang dari kembarannya.
Dariush dan Delavar saling bekerja sama untuk mengikat Papa Max dengan simpul yang tak beraturan dan pastinya sangat sulit untuk dilepaskan jika tanpa bantuan.
“Apa kau tak pernah berpikir kemungkinan Amartha bukan anak kandungnya?” Dariush terus mengajak Delavar mengobrol, bukannya fokus untuk membuat Papa Max bangun.
“Ck! Kau pikir hidup Amartha seperti telenovela atau cerita fiksi yang tersiksa karna bukan anak kandung,” decak Delavar seraya menoyor kepala kembarannya.
“Bisa jadi, mana ada orang tua yang tega sekali menjebak anak sendiri dengan obat perangsang yang entah tujuannya untuk apa.” Dariush tetap yakin dengan pemikirannya walaupun belum tentu benar juga.
“Sudahlah, lebih baik kita bangunkan saja pak tua ini. Dan tanya langsung padanya. Kalau memang benar Amartha bukan anak kandungnya, cukup mudah untukku membuangnya ke tengah laut.” Delavar kembali menepuk pipi Papa Max dengan tenaga yang seperti tadi setelah selesai mengikat tubuh pak tua tak tahu diri itu hingga menyatu dengan kursi kayu.
“He! Sudah ku katakan jangan terlalu lembut, dia tak akan bangun. Obat bius yang dia pakai untuk membuat Amartha tak sadarkan diri cukup kuat.” Dariush menyingkirkan tubuh kembarannya agar memberinya ruang untuk membangunkan Papa Max.
Dariush sudah mengangkat tangannya ke udara, hendak melayangkan sebuah tamparan dengan sepenuh tenaga. Namun Delavar mencekal.
“Jangan gunakan kekerasan pada pak tua itu. Dia tak menyakiti kita, maka kita jangan menyakitinya terlebih dahulu. Kau akan melanggar peraturan yang dibuat oleh Daddy,” tegur Delavar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
π!!
delavar kebanyakan cincong langsung sikat aja
2023-05-28
1
Ney Maniez
👍👍
2023-05-18
0
Sela Defi
ngebangunin pak tua aj bingung bnget kalian... knpa daddy davis ga di ajak aj td biar lebih cept...
2022-12-22
0