Delavar menaikkan tangannya untuk memanggil pelayan. “Tolong berikan aku bill untuk meja ini!” titahnya. Setelah menatap pria berkemeja putih dan terbalut rompi hitam, matanya kembali memastikan jika Amartha belum pergi terlalu jauh. “Sekalian ku bayar.” Dia memberikan sebuah kartu kredit kepada pelayan tersebut.
“Baik, Tuan.” Pelayan mengambil kartu sakti tersebut dan menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran. Tak berselang lama, dia kembali menemui Delavar dan memberikan sebuah kertas tagihan beserta alat pembayaran milik keluarga Dominique. “Total semuanya lima ratus euro, Tuan,” ucapnya memberikan informasi.
“Tak masalah.” Delavar hanya mengambil kartunya saja, dan segera ke meja tempat keluarganya makan. Dia tak duduk kembali ke kursinya. “Aku pulang dulu, kalian lanjut saja,” ucapnya meminta izin.
“Makananmu belum tersentuh.” Mommy Diora meminta anaknya untuk kembali duduk dan menghabiskan hidangan yang tadi sudah dipesan.
“Bungkus saja, Mom. Nanti ku makan di mansion, aku harus mengantar Amartha pulang dengan selamat,” tolak Delavar. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu hal buruk pada wanitanya. Daripada penasaran, lebih baik memastikan saja.
“Kau itu sudah dito—”
Delavar menginjak kaki Dariush yang hendak membocorkan jika dia ditolak oleh Amartha. “Ayo ikut denganku.” Anak ketiga keluarga Dominique itu menarik paksa kembarannya. Bisa-bisa hilang harga dirinya jika membiarkan Dariush di sana dan mengungkap percintaannya yang tak kunjung berhasil.
“Makanannya dihabiskan dulu!” tegur Mommy Diora lagi.
“Bungkus saja.” Delavar melanjutkan langkah kakinya lebih lebar agar cepat menyusul Amartha yang sudah tak terlihat.
“Kau itu ingin mengejar wanita kenapa harus membawa aku!” omel Dariush seraya menyentakkan tangannya hingga terlepas dari cengkeraman Delavar.
“Kau jangan membocorkan pada keluarga kita jika aku ditolak lagi. Hilang harga diriku sebagai pria tampan tapi harus memiliki nasib cinta yang tragis,” tegur Delavar. Dia menengok ke kanan dan ke kiri saat sampai di basement. Melihat ke mana arah perginya Amartha.
“Yang kau cari pasti sudah pergi, lebih baik kita kembali saja ke atas,” ajak Dariush yang masih merasa lapar.
“Tidak, pasti dia masih di sini, mobilnya ada di sana.” Delavar menunjuk sebuah kendaraan roda empat berwarna hitam keluaran terbaru walaupun bukan yang berharga fantastis seperti miliknya.
Sebagai kembaran yang sama-sama jomblo, Dariush mengikuti langkah kaki Delavar menuju ke arah mobil Amartha. Mengintai isi dalam kendaraan tersebut dari jendela. “Kosong, kau yakin dia turun ke sini? Mungkin dia menginap di hotel.”
“Seharusnya dia ke basement, karena terakhir kali Amartha berpamitan ingin pulang,” ungkap Delavar. Sial, hatinya mendadak resah memikirkan ke mana perginya Amartha. Ditambah tubuhnya mulai merasakan sesuatu yang tak pernah dia rasakan. Sensasi hangat yang mungkin sebentar lagi berubah menjadi panas mulai menjalar pada darahnya.
“Kalau ingin kencing, jangan ditahan. Keluarkan saja, daripada kau terkena penyakit ginjal seperti sepupumu itu!” titah Dariush yang melihat gelagat kembarannya seperti cacing kepanasan.
“Aku tak ingin kencing, tapi tubuhku rasanya sedikit panas,” elak Delavar.
“Kalau begitu, ayo kita ke dokter saja.” Dariush salah mengartikan panas yang dirasakan oleh Delavar. Dia menarik kembarannya untuk ke rumah sakit.
Tapi sekuat tenaga Delavar menolak. “Kita cari Amartha dulu, baru obati tubuhku ini. Firasatku mengatakan ada yang aneh dengannya.”
“Kau kuat menahan panas di tubuhmu?” tanya Dariush yang khawatir dengan kondisi kembarannya.
“Kuat tak kuat harus ku tahan sebelum memastikan bahwa wanitaku memang baik-baik saja!” Delavar sampai mengesampingkan kondisi tubuhnya demi seorang Amartha yang sudah menolak cintanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ney Maniez
🤦♀️🤦♀️
2023-05-18
0
Sela Defi
dag dig dug apa yg akan trjadi selnjut nya
2022-12-22
0
Cattleya
duhh, spagetti Amartha dah di campur afrodisiak sama papa max nih 🔥🔥🔥
2022-10-29
0