“Maaf, Tuan Marvel belum datang,” ujar Amartha memberi tahu keberadaan atasannya. Padahal Delavar belum menyampaikan maksud kedatangan menemui dirinya. Tapi setiap pagi memang anak ketiga di keluarga Dominique itu selalu datang ke sana dengan dalih ingin bertemu dengan Marvel. Sehingga Amartha langsung berinisiatif untuk memberikan sebuah informasi dengan harapan agar pria tersebut tak berlama-lama berdiri di hadapannya.
“Aku ke sini bukan untuk menemui sepupuku,” terang Delavar. Dan dia tak mendapatkan respon apa pun dari wanita cantik di hadapannya.
Amartha menaikkan sebelah alisnya saat Delavar tetap berdiri tegak padahal tidak memiliki kepentingan apa pun. Lima menit munggu pria itu pergi tapi justru semakin menatapnya dan membuatnya kurang nyaman.
“Maaf, Tuan. Jika Anda sudah tidak memiliki kepentingan apa pun di sini, mungkin bisa meninggalkan meja kerja saya. Atau silahkan menunggu di ruangan Tuan Marvel,” tegas Amartha mengusir Delavar. Dia merasa terganggu dengan kedatangan salah satu penerus kerajaan bisnis Dominique di pagi hari. Seharusnya datang lebih pagi bisa digunakan untuk menyusun pekerjaan apa saja yang akan diselesaikan hari ini. Tapi dipandangi oleh seorang pria membuatnya kurang nyaman dan tak bisa melakukan agenda yang sudah direncanakan sebelum berangkat ke kantor.
Dan lagi-lagi Delavar mendapatkan tatapan dingin dari Amartha. Dia tahu jika wanita itu tak suka didekati oleh dirinya, tapi kalau menyerah begitu saja, mana mungkin bisa mendapatkan perhatian seorang Amartha Debora yang empat bulan lalu baru saja ditelantarkan oleh sepupunya.
“Aku ke sini ingin bertemu denganmu,” ungkap Delavar.
“Baik, apa yang ingin Anda sampaikan?” Amartha terus saja berbicara menggunakan bahasa baku, terkesan sangat kaku dan formal.
“Bisakah kau menggunakan bahasa yang santai saja saat berbicara denganku?” pinta Delavar. Rasanya seperti ada jarak yang membentang jauh saat Amartha menanggapinya sekaku itu.
“Maaf, saya tidak bisa,” tolak Amartha. Dia seolah sedang membentengi diri agar tak terlalu ramah dan dekat dengan orang lain.
Delavar mengembuskan napas, menyandarkan tangannya di meja seraya matanya berpandangan langsung dengan Amartha yang begitu dingin melihat ke arahnya. “Apakah malam ini kau memiliki agenda?” tanyanya basa basi sebelum masuk ke inti yang ingin disampaikan.
“Tidak,” jawab Amartha seperlunya.
Delavar menyunggingkan senyum lega. “Kalau begitu, apa kau mau ikut denganku menghadiri acara makan malam bersama keluargaku?” pintanya. “Aku belum memiliki pasangan, jadi maukah kau membantuku?” imbuhnya menjelaskan terlebih dahulu sebelum wanitanya menjawab.
“Tidak,” tolak Amartha dengan suara yang tegas. Lagi pula dia tak memiliki kepentingan juga dengan keluarga Dominique, bahkan tidak memiliki ikatan dengan para konglomerat di Eropa itu. Jadi tak ada kewajiban untuk dirinya menghadiri acara makan malam tersebut.
“Kau yakin? Coba dipikirkan terlebih dahulu, belum ada satu detik dari aku mengajukan pertanyaan tapi sudah langsung kau jawab. Siapa tahu kau ingin berubah pikiran.” Delavar terus mencoba untuk membujuk Amartha.
“Maaf, jawaban saya tetap tidak,” ucap Amartha dengan sorot mata dingin dan terlihat tak tertarik dengan ajakan Delavar.
Delavar mengatupkan kedua tangannya. “Satu kali ini saja, keluarlah denganku,” mohonnya.
“Maaf, jika Anda sudah tidak memiliki kepentingan, mohon untuk meninggalkan tempat kerja saya karena saya ingin mulai untuk bekerja.” Amartha tak berniat menanggapi Delavar lagi. Dia sepertinya sudah tidak tertarik dengan anggota keluarga yang berhubungan dengan mantan kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Nur Syamsi
o Amartanya trauma kali ya
2025-01-26
0
Sela Defi
kasian amarta pasti berat bnget...
marvel
delavar
deavenny
🥴🥴
2022-12-22
0
Giarti Ibue Inok Yaya
keluarga D Ta ini
2022-12-11
0