Pak tua yang tak tahu diri itu hendak mengeluarkan suara, tapi diurungkan saat merasakan ada getaran ponsel dari saku celana. Tangannya menyusup masuk ke dalam celah kain tersebut untuk mengambil benda pipih yang sudah tidak mengikuti model sekarang. Sorot mata tak bersemangat menatap ke layar dan bergantian ke Delavar. Tanpa pamit, Papa Max langsung meninggalkan anak ketiga keluarga Dominique. Mencari tempat yang jauh dari jangkauan pemuda yang mengusik rencananya.
Papa Max mengangkat panggilan telepon di luar restoran. “Ha—” Sapaannya belum lengkap terucap, namun orang yang menghubungi sudah membentak hingga tangannya menjauhkan gawai dari daun telinga. Dan baru diletakkan ke tempat yang semestinya setelah dengungan di gendang telinganya menghilang.
“Lama sekali membawa anakmu ke kamarku!” Ternyata pria yang ingin memakai tubuh Amartha lagi yang menghubungi Papa Max. Sudah lebih dari satu jam waktu yang dia tentukan, tapi tak kunjung datang batang hidung orang yang diinginkan.
“Rencana ini sepertinya gagal, Tuan. Amartha sudah tahu tipu muslihatku, dan tadi dia menolak semua makanan dan minuman yang aku berikan,” ungkap Papa Max dengan gusar. Dia tak berhasil membuat anaknya mengkonsumsi hidangan yang sudah dicampur dengan obat laknat pemberian pengusaha muda yang sekarang sedang menghubungi dirinya.
“Bodoh! Begitu saja tak becus!” omel pria yang kini tubuh bagian atasnya sudah polos. “Jika kau gagal membawa anak wanitamu yang seksi itu ke sini, maka hutangmu akan ku naikkan dua kali lipat!” ancamnya.
Papa Max langsung memohon dengan berbagai cara agar pria yang sedang berbicara dengannya itu memberikan waktu tambahan. “Aku akan melakukan rencana cadangan, beri aku satu jam lagi.”
Terdengar suara decakan dari orang yang tak sabaran. “Oke, awas saja jika kau sampai gagal!” Panggilan langsung dia putus secara sepihak.
Papa Max mengayunkan kaki melihat ke arah meja yang tadi dia duduki. “Lama sekali Amartha ke toilet, apa aku harus membiusnya di sana?” gumamnya mencari cara melangsungkan taktik lain.
Pak tua itu menggelengkan kepala. “Bisa-bisa aku dihajar oleh banyak orang jika membius orang di tempat umum dan ramai seperti ini.” Dia mengurungkan niat dan mendekati Delavar lagi tanpa duduk di hadapan pemuda tersebut.
“Daripada aku mendapatkan uang darimu tapi harus mati tanpa merasakan dana itu, lebih baik aku mencari uang dengan cara lain,” ucap Papa Max menolak permintaan Delavar. Tapi tujuannya bukan hanya itu. “Bayar tagihan ini, karena kau yang terakhir duduk di sini!” titahnya. Lumayan juga jika uang yang diberikan oleh penikmat tubuh Amartha tak jadi dipakai, dia bisa mendapatkan tambahan lagi dari itu.
Papa Max kembali mengayunkan kaki setelah puas menyampaikan semua pada Delavar. Tapi harus berhenti saat anak ketiga keluarga Dominique mengajaknya bicara.
“Dengar! Jika aku tahu kau membuat hidup wanitaku menderita atau tersiksa, maka ku pastikan kau akan lebih memilih mati daripada hidup berurusan denganku!” ancam Delavar dengan suara tegas.
Papa Max mengibaskan tangan. Dia tak peduli dengan ancaman pemuda yang tidak menghasilkan uang untuknya. Pak tua itu memilih untuk meninggalkan restoran dan menunggu Amartha di tempat sepi yang tak akan ada saksi mata jika akan menjebak anaknya lagi.
Delavar tetap menunggu Amartha. Menggerakkan jemarinya di atas meja. “Apakah dia pingsan? Kenapa lama sekali?” gumamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Ney Maniez
😲🥺
2023-05-18
0
Sela Defi
susulin del biar kmu tau apa yg trjadi di antra mereka... sebelum rencana pak tua itu berhasil
2022-12-22
0
fifid dwi ariani
sehat selalu
2022-09-15
0