Suara dentingan jam memenuhi ruangan rawat yang bernuansa putih tersebut. Wanita hamil itu nampak berbaring di atas brankar dengan posisi yang terlentang dengan kedua matanya menatap langit langit kamar yang dua hari ini menjadi tempatnya bernaung. Tidak peduli rasa sakit di punggungnya yang kembali mendera karena cambukan dari Edward. Mengingat itu semua membuat Bianca tersenyum getir.
Kesendirian dan kesepian menyelimuti wanita hamil itu, Tidak ada satupun orang yang mendampingi wanita itu saat dalam masa pemulihan di rumah sakit ini. Jangan tanyakan kemana Edward! Laki laki yang berstatus sebagai suaminya itu, karena Edward adalah orang yang paling senang melihat Bianca terbaring lemah seperti ini.
Kepingin kepingan masa lalu memenuhi pikiran wanita hamil itu. Bagaikan kaset kusut yang kini tengah berputar di kepalanya. Rasanya mengingat semua itu membuat Bianca tidak dapat menahan air matanya. Bagaimana dirinya menghabiskan masa kecilnya penuh dengan penderitaan dan ketakutan, Bianca penuh menaruh harapan saat dirinya lulus dari sekolah menengah atas, Bianca akan pergi jauh keluarga yang selama ini menyiksa. Namun semua itu hanyalah angan semata. Dunia Bianca hancur sehancur hancurnya saat dimana Edward memperkosa nya, Belum Bianca berdamai dengan keadaannya, Bianca lagi lagi harus menelan pil pahit saat bukti di malam menyakitkan itu kini tengah berkembang di dalam dirinya.
"Ya Tuhan. Mengapa semua ini terjadi kepada Bianca."Lirih wanita malang itu. Bianca mengerjab ngerjabkan kedua matanya saat cairan bening itu menumpuk di pelupuk matanya dan mengaburkan pandangannya.
Terlebih lagi Bianca harus menghadapi kenyataan yang sangat mengguncang jiwanya yang rapuh. Saat wanita malang itu mengetahui bahwa ibunda yang selama ini di ketahuinya telah tiada, ternyata hanyalah dusta belakang. Wanita yang telah melahirkannya itu enggan untuk mengakui Bianca adalah anaknya. Karena kehadiran Bianca lah masa depan wanita itu hancur sehingga tanpa segan wanita itu meninggalkan Bianca yang baru saja lahir ke dunia ini.
"Kenapa Tuhan begitu jahat kepada Bianca?" Cicit wanita itu dengan suara yang terendam karena tangisannya.
"Bunda jahat kepada Bianca! Begitupun Papah yang sangat membenci Bianca. Tuan Edward begitu kejam kepada Bianca. Bahkan Tuan Edward tanpa berperasaan menyiksa Bianca yang tengah mengandung darah dagingnya." Bianca menyeka air matanya dengan tersenyum pelik menatap langit langit kamarnya.
"Tidak adakah satu orang pun di dunia ini yang menginginkan kehadiran Bianca. Kenapa Bianca harus di lahirkan ke dunia ini Tuhan."
"Bianca Lelah Tuhan...."
"Kapankah penderitaan Bianca berakhir Tuhan." Sungguh Bianca sudah berada di titik terendah dalam kehidupan Bianca Tuhan. Bianca menyerah Tuhan.
"Apakah ada jalan untuk Bianca keluar dari penderitaan dan kesakitan ini?"Bianca tercenung di tempatnya memikirkan jalan untuknya keluar dari semua kepahitan yang selama ini membelenggu wanita malang tersebut.
"Kematian..."Entah setan dari mana Bianca mendapatkan pikiran buruk seperti itu.
Dengan pikiran yang kalut, Bianca tidak dapat berpikir dengan jernih sehingga bisikan setan itu membuat Bianca berpikir bahwa memang jalan kematian lah yang terbaik bagi dirinya.
Bianca menurunkan kakinya ke lantai walaupun terlihat tubuhnya terlihat bergetar. Wanita itu tampak mencabut infus yang menancap di pergelangan tangannya, sehingga tidak banyak darah segar keluar dari tangannya. Dengan langkah yang tertatih tatih Bianca melangkah sembari memegang perutnya yang masih terasa nyeri, kedua matanya mengedar mencari benda yang dapat memuluskan jalannya. Dan matanya menangkap sebuah kaca yang ada di dalam kamar mandi dengan sebuah vas bunga di bawahnya.
Sudah bibir terangkat."Mungkin ini jalan yang terbaik untuk Bianca."Ucap wanita itu setelah menatap bayangan wajahnya di depan cermin. Dengan lebam kebiruan dan sudut bibir yang robek menguatkan tekad Bianca untuk memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya.
Prang
Bianca melempar vas ke arah cermin itu, sehingga cermin itu retak dan menjadi serpihan serpihan kecil dan berhamburan di lantai dimana cermin itu berada. Bianca mengambil serpihan kaca yang terlihat cukup besar dan tajam, tanpa berpikir dua kali Bianca menggoreskan cermin itu ke pergelangan tangannya dan seketika itu juga cairan berwarna merah keluar dari pergelangan tangannya.
"Uhuk uhuk.."Bianca terbatuk nafasnya terasa tercekat seolah olah ada sebuah batu yang sangat besar kini tengah menghimpit dadanya.
Bayangan bayangan peristiwa yang Bianca jalani selama ini berputar dalam pikirannya membuat Bianca tersenyum penuh arti. Tidak ada kebahagiaan ataupun senyuman di dalamnya, Hanya ada air mata, kesakitan dan penderitaan saja membuat Bianca merasa ini adalah jalan terbaik untuk dirinya mengakhiri semuanya.
"Papah, Bunda mungkin ini adalah jalan terbaik baik untuk Bianca. Maafkan Bianca, karena kehadiran Bianca membuat kehidupan kalian menjadi hancur."Kata Bianca sebelum kegelapan menyelimuti wanita tersebut.
Tubuh ringkih itu ambruk di atas lantai kamar mandi yang tidak bertuan, darah segar keluar dari pergelangan tangannya dan tidak ada satupun orang yang menyadari keadaannya l.
Lima belas menit kemudian, seorang perawat yang selama ini mendapatkan tugas untuk menjaga Bianca, tampak perawat itu mengerutkan keningnya saat tidak menemukan keberadaan Bianca di dalam ruangan.
Perasaan nya semakin tidak menentu saat melihat Selang infus yang menggantung dengan darah yang berceceran di atas lantai menuju kamar mandi.
"Astaga Nona Bianca!"Pekik perawat itu dengan membelikan kedua matanya saat pemandangan yang ada di hadapannya.
Perawat itu segera berlari dan memanggil para rekan kerjanya untuk meminta bantuan kepada mereka untuk mengangkat tubuh Bianca. Terlihat seorang dokter mencoba untuk mengehentikan darah yang keluar dari pergelangan tangan Bianca. Mereka membaringkan tubuh Bianca dan segera melakukan pertolongan pertama untuk Bianca dan mereka bisa bernafas dengan lega saat darah sudah tidak lagi keluar dari tangan wanita itu.
"Ada apa ini?"Tukas Suara berat dari arah pintu seraya berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Direktur Andreas..!"Pekik mereka dan tanpa di perintah mereka membungkukkan badannya sebagai tanda hormat kepada pemegang kekuasaan tertinggi di rumah sakit ini.
Perawat itu pun menjelaskan bagaimana dirinya menemukan Bianca yang tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi dengan keadaan yang mengenaskan. Dan Dokter Andreas yang mendengar itu pun mengusap wajahnya dengan kasar.
"Astaga Tuhan!"Ucapnya dengan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"KENAPA KAU BODOH SEKALI. MENINGGALKAN SEORANG PASIEN TANPA ADA SATUPUN ORANG YANG MENGAWASI NYA..!!"Sargah Dokter Andreas dengan suara yang meninggi sehingga membuat mereka yang mendengarnya terjingkrak karena mendengar suara Dokter Andreas yang melengking di dalam ruangan itu.
"Maafkan saya Tuan."Ucap perawat itu dengan menundukkan kepalanya. Enggan untuk menatap Dokter Andreas yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
"Apakah kau pikir dengan kau meminta maaf, bisa mengembalikan semuanya?!" Dokter Andreas berdecih dan mendecakan kedua tangannya di pinggang nya.
"Maafkan saya Tuan. Saya berjanji tidak akan melakukan hal serupa lagi. Ini adalah kesalahan pertama dan terakhir saya Direktur." perawat itu mengatupkan kedua tangannya dan menatap Dokter Andreas penuh harap.
"Apakah kalian sudah menghubungi keluarga ataupun suami Pasien?"Dokter Andreas mengusap wajahnya dengan kasar, berusaha menahan amarah yang kini meluap luap di dalam dirinya.
"Sudah Tuan. Namun tidak ada satupun dari keluarga pasien yang mengangkat telepon kami."Katanya dengan menundukkan kepalanya.
"Edward Sialan...!!"Desis Dokter Andreas dengan mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
"Pastikan kalian tidak meninggalkan nya walau sedetik pun. Jika aku mendapatkan kalian berkeliaran dan membiarkan pasien sendirian di dalam ruangan, Maka kalian akan berurusan dengan ku!"Seru Dokter Andreas dengan menatap tajam mereka satu persatu.
"Baik Tuan."Ucap mereka dengan serentak.
_
_
_
Kini laki laki kejam itu tentang duduk di atas kursi kebesarannya. Tatapan matanya terpusat pada jajaran angka angka yang ada di hadapannya. Edward menjalani rutinitasnya selama dua hari ini seolah olah dia tidak melakukan sesuatu apapun kepada wanita yang berstatus sebagai istrinya. Edward menghembuskan nafasnya dengan kasar saat rasa resah dan gelisah membelenggu dirinya, yang Edward sendiri pun tidak tahu mengapa semua itu terjadi kepada dirinya.
"Tuan."Tiba tiba saja Asisten Kai masuk ke dalam ruangan Edward tanpa mendapatkan izin dari sang empu. Membuat tatapan mata Edward seketika itu menajam bagaikan seekor elang yang sedang mengintai mangsanya.
"Siapa yang mengijinkan mu masuk ke dalam ruangan ku!"Pekik Edward dengan penuh penekanan.
"Maafkan saya Tuan."Ucap Asisten Kai dengan menundukkan kepalanya.
"Untuk apa kau masuk ke dalam ruangan ku?" Tanya Edward dengan suara yang datar. Dan Asisten Kai pun menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan kabar dari Dokter Andreas bahwa Bianca di temukan tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi, karena wanita hamil itu mencoba bunuh diri dengan memotong pergelangan tangannya.
"Tuan..!"Asisten Kai menatap Edward yang terlihat biasa saja mendengar kabar darinya.
"Pergilah."Usir Edward dengan mengibaskan tangannya dan kembali melanjutkan pekerjaannya, Seolah olah tidak apa yang di katakan oleh Asisten Kai hanyalah angin lalu saja.
"Tapi Tuan,"Sela Asisten Kai.
"Kau tidak mendengar ucapan ku Sialan!"
Sargah Edward dengan membolakan kedua matanya.
"Baik Tuan."Dan mau tidak mau Asisten Kai pun menuruti apa yang di perintahkan oleh Edward. Namun belum sempat Asisten Kai beranjak, pintu ruangan Edward kembali di buka kasar dari luar dan tampaklah Seorang laki laki yang tidak asing di penglihatan mereka.
"KAU...!!"Pekik Edward dengan nafas yang memburu karena lagi lagi ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan nya, tanpa seizin dirinya membuat amarah yang belum sepenuhnya hilang kini kembali tersulut karena laki laki yang ada di hadapannya.
"Untuk apa kau kesini? Dokter Andreas."Tanya Edward dengan nada yang tidak bersahabat begitu pun dengan tatapan matanya.
"Ikutlah denganku Edward."Sahut Dokter Andreas dengan menatap tajam balik Edward.
"Kemana? Kau ingin mengajak ku untuk menemui wanita itu?"Tukas Edward dengan senyuman seringai di sudut bibirnya.
"Baguslah Jika kau sudah mengetahuinya."
Timpal Dokter Andreas sembari berjalan mendekati Edward.
"Sampai wanita Sialan itupun mati, aku tidak akan Sudi menjenguk wanita sialan itu."Desis Edward dengan mengepalkan tangannya.
"Edward..."Dokter Andreas tidak berkata kata mendengar ucapan yang tidak terduga dari Edward. Tanpa berkata Dokter Andreas berjalan ke arah Edward dan menyeret laki laki itu menuju mobilnya.
"Apa yang kau lakukan Sialan..!"Desis Edward dengan mengeratkan rahangnya.
Dokter Andreas menutup pintu mobilnya dengan kasar dan melaju ke rumah sakit dengan kecepatan tinggi. Tidak peduli ada beberapa pengendara dan pejalan kaki yang hampir dirinya tabrak dan mengumpati dirinya karena mengemudikan mobil dengan ugal ugalan.
Lima belas menit pun berlalu, kini mobil yang di kemudian oleh Dokter Andreas telah sampai di pelataran rumah sakit. Laki laki itu segera keluar dari mobilnya dan kembali menyeret Edward menuju Kamar dimana Bianca di rawat beberapa hari ini.
"Sialan kau Andreas! Apa yang kau lakukan kepada ku."Umpat Edward dengan membelikan kedua matanya. Dokter Andreas Hanya melirik Edward sekilas sembari melanjutkan langkahnya.
Kini mereka telah berada di depan pintu ruangan Bianca di rawat. Namun keningnya mengkerut saat mendengar keributan di dalam sana, dan seketika perasaan tidak nyaman mencuat di dalam dirinya. Dengan sedikit kasar Dokter Andreas membuka pintu ruangan itu, Sehingga membuat para tenaga medis yang sedang menangani Bianca untuk beberapa saat menghentikan langkahnya.
"Apa apa ini? Mengapa kalian semua ada disini?"Tanya Dokter Andreas.
"Nona Jackson kembali pendarahan Tuan."
Ucap salah satu orang disana.
"Mengapa bisa..?"Kata Dokter Andreas mengingat bahwa kondisi kandungan Bianca sedikit demi sedikit membaik.
Dan Dokter pun menjelaskan bahwa beberapa saat yang lalu Bianca sadar, dan histeris sehingga melepaskan paksa jarum infus yang menancap di pergelangan tangannya sehingga pendarahan itupun terjadi dan Bianca kembali tidak sadarkan diri karena pengaruh obat bius yang Dokter suntikan ke dalam kantong infusan Bianca.
"Ya Tuhan."Dokter Andreas mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar semua penjelasan tersebut.
"Kalian semua boleh pergi."Seru Dokter setelah para tenaga medis menghentikan pendarahan Bianca.
"Kau lihat Edward."Katanya seraya menunjuk Bianca."Kau bisa lihat betapa malangnya nasib perempuan yang telah kau hancurkan kehidupannya!"Sambungnya dengan menggebu gebu.
"Kau membawa ku kesini hanya untuk membicarakan itu!"Tukas Edward dengan suara yang menajam.
"Bukan begitu Edward."Sahut Dokter Andreas.
"Bagaimana kalau kita membicarakan kemungkinan yang terburuknya."Edward menaikkan alisnya seraya sudut bibirnya yang menyeringai.
"Apa maksudmu?"Cetus Edward tanpa menatap Edward.
"Jika memang anak yang di kandungan Bianca adalah darah dagingmu? Jika kau terus menerus memberikan kesakitan dan penderitaan kepada Bianca, maka secara tidak langsung kau juga menyakiti anakmu?" Terang Andreas membuat senyuman seringai tercekat di sudut bibir Edward.
"Lalu mengapa jika memang janin yang dia kandung adalah anakku?"Cetus Edward dengan sarkasme.
"Apa..!!"Dokter Andreas lagi lagi terperangah mendengar Jawaban yang tidak terduga dari mulut sahabatnya.
"Jika memang dia adalah anakku ataupun bukan anakku lantas apa yang harus aku lakukan? Dan jika memang dia adalah anak kandung ku, tidak mengubah apapun. Aku pun akan tetap melakukan apa yang seharusnya aku lakukan kepada wanita itu!"Kata Edward.
"Tapi Edward,"
"Stop Andreas! Aku tidak peduli jika memang yang ada di dalam kandungan Bianca adalah anakku. Aku akan tetap melakukan apa yang seharusnya aku lakukan!"Tukas Edward dengan berapi-api.
"Dan satu hal yang kau harus ingat Andreas, Sumpah demi Tuhan aku tidak sudi menerima anak dari wanita seperti Bianca. Wanita yang rela menanggalkan kehormatannya hanya demi sebuah keinginan nya semata."Ujar Edward dengan bersungguh-sungguh.
Andreas tidak bisa berkata apa-apa lagi, sungguh Andreas merasa asing terhadap laki laki yang ada di hadapan nya. Dahulu Edward sahabat nya tidak seperti ini. Edward adalah laki laki yang berhati baik dan dia tidak tega melihat seorang wanita menangis di hadapannya.
"Usia kandungan nya sudah memasuki trimester kedua. Jika memang kau mau, kau bisa melakukan tes DNA dan membuktikan apakah anak yang di kandungan Bianca adalah anakmu atau bukan."Ucap Dokter Andreas yang tetap kekekeh pada pendiriannya.
"Tidak perlu..!!"Tukas Edward dengan cepat seraya melengoskan wajahnya.
"Mau dia anakku maupun bukan, itu tidak merubah semua keadaan saat ini."Ucap Edward sembari pergi meninggalkan Andreas seorang diri yang tengah tercenung akan perubahan sahabat nya yang sangat drastis.
"Kasihan sekali wanita malang itu."Tutur Dokter Andreas dengan lirih. Kedua matanya menatap Bianca penuh arti sebelum pergi meninggalkan ruangan wanita malang tersebut.
Kedua manik mata Bianca mengerjab ngerjab dan tanpa terasa cairan bening menumpuk di kedua pelupuk matanya dan membasahi wajah cantiknya. Sungguh hatinya begitu hancur mendengar semua perkataan perkataan sarkas Edward. Tidak adakah sedikit belas kasih laki laki itu kepada dirinya, Sehingga Edward dengan kejamnya mengatakan hal itu tentang dirinya, Bahkan kepada dua anak yang ada di dalam kandungan yang tidak salah apapun.
Tidak ada kata yang keluar dari mulut wanita malang tersebut. Hanya isakan dan air mata yang menyiratkan betapa hancurnya perasaan dan hati wanita itu.
"Ya Tuhan sakit sekali."Lirih wanita hamil itu seraya memukul mukul dadanya yang terasa nyeri setiap mengingat semua perkataan dan perbuatan Edward kepada dirinya.
"Tidak adakah sedikit belas kasih di dalam dirimu kepada ku Tuan. Bukan Bianca yang bersalah dalam situasi ini. Sungguh Bianca adalah korban yang paling tersakiti dengan peristiwa di malan itu. Kehormatan Bianca hancur, begitupun masa depan Bianca yang ikut hancur karena Anda Tuan. Seharusnya yang patut di salahkan adalah Anda Tuan, mengapa Anda melemparkan semua kesalahan kesalahan Anda kepada saya?"Bianca menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang semakin membuncah di dalam dirinya.
"Jika memang Tuan Edward membenci Bianca, Maka bencilah Bianca sampai hati Tuan merasa puas. Namun, berilah sedikit rasa belas kasih Anda kepada Anak yang ada di dalam kandungan Bianca Tuan. Bagaimana manapun mereka adalah darah daging anda. Darah dan Nama Anda mengalir di setiap denyut nada mereka. Bagaimana cara mereka hadir di dalam kehidupan kita, mereka tetaplah anak kita."
Tutur Bianca tatapan mata yang menerawang.
Tanpa Bianca sadari sepasang mata menatap Bianca dengan penuh kasihan. Dia adalah Dokter Andreas yang kembali ke ruangan Bianca karena merasa meninggalkan handphone nya disana. Namun siapa di sangka bahwa Laki laki itu mendapatkan kejutan bahwa Bianca hanya pura pura terlelap dan mendengarkan semua perkataan dirinya dan Edward.
"Edward Sialan! Tidakkah dirinya lihat wanita yang tidak berdosa ini. Sungguh kebencian telah menutupi hati nuraninya."Guman Dokter Andreas dengan mengusap wajahnya dengan kasar.
Laki laki itu pun segera pergi meninggalkan ruangan wanita itu. Untuk memberikan ruang untuk Bianca menumpahkan segera keluh kesahnya yang selama ini terpendam dalam hati wanita itu. Namun tetap dalam pantauan para tenaga medis.
Sedangkan di sisi lain, Edward tengah berada di sebuah cafe yang tidak jauh dengan rumah sakit Bianca rawat. Kini laki laki kejam itu tengah duduk di sebuah ruangan yang tertutup dengan seorang wanita yang duduk bersisihan dengannya.
"Bagaimana?"Tanya Edward dengan menaikkan salah satu sudut bibirnya dengan tersenyum penuh arti kepada wanita yang ada di hadapannya.
"Keuntungan apa yang aku dapatkan Jika aku mengikuti permainan mu?"Tanya wanita itu dengan menatap Edward yang kini tengah menatapnya.
"Apapun yang kau inginkan."Jawab Edward dengan cepat.
"Baiklah. Aku akan ikuti semua permainan mu, Namun dengan satu syarat?"Kata Wanita itu dengan tersenyum misterius. Wanita itupun mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga laki laki itu.
"Bagaimana? Apakah kau sanggup memenuhi syarat yang aku inginkan?"Tanya wanita itu dengan mengulum bibirnya dan menatap Edward dengan mengerlingkan matanya.
"Hanya itu syarat yang kau inginkan?"Cetus Edward dengan menarik salah satu sudut bibirnya.
"Kenapa? Apakah Seorang Edward O'deon tidak dapat mengabulkan permintaan ku yang mudah itu."Sarkas Wanita itu dengan tersenyum remeh kepada laki laki itu.
"Kau meremehkan ku!"Tukas Edward dengan membelikan kedua matanya membuat wanita itu terkekeh Karenanya.
"Baiklah Baiklah Kapankah kita akan memulai permainan itu?"Tanya wanita itu seraya menghentikan tawanya.
Jangan lupa
Like
Comment
Vote
Favorit
Rate
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Gracie
Dasar Edward cowok edan!!
2022-09-25
0
Gracie
lanjuttttt
2022-09-25
0