Part 02

Sang Surya sudah nampak naik di tempat peraduannya. Kawanan burung nampak berterbangan kesana-kemari memenuhi langit yang mulai menampakkan warnanya. Suara kicauannya tampak bersahutan satu lain menyambut Sang surya yang sinarnya mulai menyinari seluruh permukaan bumi yang dirinya lewati.

Pagi hari yang telah di tunggu tunggu oleh seluruh makhluk hidup di bumi ini, Tapi tidak untuk seluruh manusia yang harus mengakhiri istirahat nya. Untuk kembali melakukan rutinnya sehari-hari.

Namun tidak untuk Seorang Bianca Ashleya Jackson, Seorang remaja yang akan beranjak dewasa. Dia enggan untuk membuka kedua matanya, bahkan dia sering berdoa kepada Tuhan, Agar Tuhan mencabut nyawanya saat ini juga. Karena Bianca sudah tidak tahan dengan kesakitan dan penderitaan yang sering dirinya terima dari orang orang sekitarnya.

Kehadirannya karena kesalahan. Membuat orang orang di sekitar Bianca begitu membenci-Nya. Bianca hadir dari sebuah pemerkosaan yang di lakukan ayah kandung Bianca kepada ibu kandung Bianca.

Ibu kandung Bianca adalah seorang pelayan di kediaman ayah Bianca. Karena kecantikan dan Tutur katanya yang baik, Membuat ayah Bianca gelap mata dan melakukan hal yang menjijikkan itu. Padahal saat itu ayah Bianca sudah memiliki istri dan dua anak di dalam pernikahannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Namun sang empu pemilik kamar terlihat enggan untuk membuka kedua matanya, Bianca terlihat gusar dalam tidurnya, bahkan buliran buliran keringat sebesar biji jagung nampak menghiasi pelipisnya. Entah apa yang di mimpikan oleh wanita malang itu, sehingga dalam tidur pun Bianca tampak menderita.

"Bunda..."Lirihnya dengan bibir yang bergetar.

Terlihat seorang wanita parubaya berdiri di samping dipan minimalis Bianca dengan berdecak pinggang. Kedua matanya membola dan suara decihan terdengar dari mulutnya.

"Dasar anak tidak tidak tahu Malu..!! Sudah menumpang hidup selama ini dengan ku, Masih saja bermalas-malasan! Tidak ibunya tidak anaknya selalu saja menjadi benalu di dalam kehidupan ku..!!"Katanya dengan decihan di akhir kalimatnya.

Byurr...!!

"Uhuk Uhuk..."Bianca terbatuk-batuk dan tenggorokan nya merasa sakit saat air itu masuk ke dalam mulutnya.

"Mamah...!!"Kata Bianca saat kedua bola matanya terbuka dan melihat siapa yang menyiram dirinya.

"Sudah berapa kali ku katakan, Bahwa aku bukan Mamah mu! Kehadiran mu hanyalah kesalahan dan aib bagi kehidupan suami ku!" Sarkasme parubaya itu dengan penuh penekanan dan tidak lupa tatapan matanya yang tajam kepada Bianca.

"Kau pikir, Kau Nyonya di rumah ini? Sehingga kau bisa bangun dan berperilaku dengan seenaknya?"Cetus Mamah Viona dengan belikan kedua matanya.

"Kau harus ingat, Kau adalah benalu di rumah ini dan berperilaku lah sesuai dengan derajat yang kau miliki..!"Pekiknya dengan suara yang kian meninggi, Sehingga membuat Bianca merasa terintimidasi dan tanpa sadar cairan bening keluar dari kedua pelupuk matanya.

"Masih untung keluarga ku masih mau menampung kau disini. Jika tidak, mungkin kau sudah menjadi gelandangan di luar sana." Kata Wanita itu dengan berdecak pinggang.

"Ba-baik Nyonya...."Jawan bianca dengan suara paraunya.

"Kenapa kau diam disana saja? banyak sekali pekerjaan yang harus kau kerjakan dan kau masih bermalas-malasan disitu..?!"Pekik Mamah Viona.

"Dasar benalu pemalas..!!"Decak wanita itu seraya pergi meninggalkan kamar Bianca.

Bianca menghembuskan nafasnya setelah ibu tirinya pergi meninggalkan kamarnya.

"Ya Tuhan.... Bianca sangatlah lelah dengan keadaan yang selama ini Bianca terima, Kapankah semua penderitaan ini berakhir Tuhan? Kapankah kebahagiaan datang dan menerpa kehidupan Bianca?"

"Jika Engkau begitu enggan untuk memberikan kebahagiaan untuk Bianca, Maka lebih baik cabut saja nyawa Bianca saat ini juga Tuhan."Lirih Bianca dengan menyeka air matanya.

Dan tanpa terasa cairan bening menumpuk di kedua pelupuk matanya. Bianca merasa Tuhan tidak adil kepada dirinya. Bianca hanya ingin sedikit kebahagiaan, Akan tetapi Tuhan begitu enggan memberikan kepada dirinya.

Bianca pun selalu bertanya-tanya kepada Sang pemilik Kehidupan. Apakah di kehidupan yang sebelumnya, Bianca melakukan kesalahan yang sangat fatal sehingga Tuhan memberikan Bianca balasan di kehidupan nya sekarang.

_

_

_

Kedua mata yang membengkak membuktikan seberapa lama dan banyaknya Bianca mengeluarkan air mata. Kedua manik mata Bianca menatap dirinya yang terlihat sungguh menyedihkan, Bianca terkekeh entah apa yang yang wanita malang itu tertawakan, Namun dengan kedua sudut matanya yang nampak mengembung menahan air mata yang siap kapan saja keluar dari kedua pelupuk matanya.

"Menyedihkan sekali kau Bianca."Kekeh Bianca dengan tersenyum getir.

"Apakan Bunda melihat di atas sana? Anakmu sangat menderita disini Bunda. Tidak ada yang memeluk dan merengkuh anakmu saat dia lelah akan kepahitan yang menerpa hidupnya Bunda. Semua ini tidak adil bagi anakmu Bun, Apakah karena Bianca terlahir dari sebuah kesalahan? Sehingga kehidupan Bianca penuh dengan penderitaan dan kesakitan?"Tutur Bianca dengan suara yang pelan, seolah olah dirinya tengah berbicara dengan mendiang ibunda yang telah damai di dalam keabadian.

Perkataan itu...

Perkataan yang begitu menyakitkan bagi dirinya. Di saat Sang Ayah selalu mengatakan bahwa kelahiran Bianca adalah Aib dan Kesalahan terbesar baginya. Bianca pun selalu bertanya kepada dirinya, Apakah kesalahan Bianca? Bianca pun tidak ingin terlahir seperti ini.

Sungguh jika Bianca bisa memilih takdirnya, Bianca akan memilih tidak di lahirkan ke dunia ini dari pada dia hidup di dunia ini penuh dengan kesakitan dan penderitaan.

Bianca terhenyak dalam lamunannya saat namanya di panggil dengan suara yang memekik dan penuh dengan kemarahan.

Dengan langkah yang tergesa-gesa Bianca menuju tempat dimana suara itu berasal. Dan dari kejauhan Bianca melihat istri dari Sang Ayah tengah berdiri dan berdecak pinggang menunggu kedatangan dirinya.

"Kau dari mana saja bodoh..!!"Sentak wanita itu setelah Bianca berdiri di hadapannya.

"Ma-maafkan saya Nyonya."Wanita malang itu menundukkan kepalanya karena tatapan sang ibu tiri begitu tajam kepadanya.

"Maaf... Maaf... Kau ini hanyalah benalu di rumah ini, Jadi bersikaplah sesuai dengan derajat mu bodoh..!!"Tampak seringai penuh kemenangan dari raut wajah wanita itu setelah mengatakan hal itu kepada Bianca.

"Ba-baik..."Bianca tidak bisa berkata apapun lagi. Wanita malang itu pun hanya bisa pasrah akan perlakuan seluruh keluarga Sang Ayah.

"Dasar benalu..!!"Suara dari belakang membuat Bianca mengalihkan atensinya.

Deg manik mata Bianca bersitatap dengan seorang laki laki yang membuat dirinya terlahir ke dunia ini.

"Ayah...!!"Guman Bianca dengan menatap laki laki parubaya itu dengan tersenyum kecut.

Kata kata itu sepertinya tidak pantas Bianca sematkan kepada laki laki yang telah menorehkan luka yang sangat dalam bagi bianca.

"Kenapa kau melihatku seperti itu Ja'ang..!!" Sentak Agnes kakak tiri dari Bianca.

Bianca tidak membalas perkataan dari kakak tirinya. Fokus Bianca hanya melihat ayah kandungnya yang tengah merangkul anaknya dengan erat.

"Kenapa kau mematung seperti itu? Kau tidak mendengar perkataan dari istri ku?"Seru Papah Albert penuh dengan penekanan.

Laki laki parubaya itu enggan untuk menatap Bianca, Karena setiap kali dirinya menatap Bianca, Papah Albert selalu mengingat kesalahan masa lalu yang telah dia perbuat.

"Ba-baik...."Bianca pun pergi meninggalkan ruangan itu dengan sejuta luka yang semakin meremukkan hatinya.

Samar-samar bianca mendengar percakapan antara ayah dan kakak tirinya. Dan sudut mata Bianca melihat sesuatu yang sangat menyakitkan baginya dan sesuatu yang sang di impikan oleh Bianca selama ini.

"Bianca ingin seperti itu Tuhan..."

"Bianca ingin di peluk dan di manja seperti itu oleh Ayah..."Lirihnya.

Bianca selalu merasa iri saat melihat kedekatan Sang Ayah dengan kedua kakak tirinya. Selama ini Bianca tidak pernah di perlakuan layaknya seorang anak oleh Ayah kandungnya sendiri. Ayah bianca selalu saja memaki dan mengumpat kata kata kasar saat Bianca berada dekat dengan dirinya, Sehingga membuat wanita malang itu merasa takut untuk berdekatan dengan sang Ayah.

"Kapankah Bianca merasakan semua itu Tuhan?"Batin Bianca menjerit setiap kenangan kenangan pahit yang selama ini menerpa kehidupan Nya.

_

_

_

Bianca menyajikan semua makanan yang telah wanita masak dengan di bantu oleh para pelayan lainnya.

Langkah kaki mungil Bianca berjalan menuju ruang makan dimana Ayah dan kedua Kakak tirinya menunggu.

"Biar saya saja Nona."Ucap kepala pelayan saat Bianca akan membawa sebuah nampan yang berisi makanan.

"Tidak perlu pak Lim, Biarkan Bianca saja yang membawanya."Tolak Bianca dengan halus seraya pergi meninggalkan kepala pelayan itu.

Bianca menata semua makanan dengan rapi di atas meja makan, semua hidangan yang Bianca masak hanya untuk sarapan saja dan untuk makan siang dan makan malam setelah nya Bianca akan memasak kembali sesuai perintah Sang Nyonya besar di rumah ini.

Bianca bisa bernafas lega saat semua pekerjaan nya saat ini telah selesai. Setelah beberapa menit menunggu Sang Ayah dan ibu tiri datang dan tidak lama kemudian kedua kakak Bianca.

"Heh tarik kursi gue...!!"Titah Agnes kakak tiri Bianca dengan nada congkaknya.

Dan mau tidak mau Bianca menuruti perintah kakak tirinya itu, Bianca tidak ingin terlibat masalah dengan kakak tirinya. Karena akhirnya Bianca lah pihak yang selalu kalah dan silahkan dalam situasi apapun, Meskipun Agnes sang kakak tiri yang bersalah dan memulai perdebatan nya dengan Bianca.

Bianca mematung di tempatnya, manik mata menatap satu persatu orang yang ada di sekitar Nya. Mulai dari ayah kandungnya, Sang ibu tiri dan kedua kakak tirinya. Terbesit keinginannya kecil Bianca untuk berada satu meja dengan, Namun semua itu hanyalah angan-angan yang tidak akan pernah Bianca rasakan di dalam hidupnya.

"Kenapa kau masih mematung disana?! Cepat kau pergi menggangu selera makan ku saja!" Usir Agnes dengan nada menyentak dengan kedua tangan memberikan isyarat agar Bianca keluar dari ruangan tersebut.

Dengan langkah yang gontai Bianca pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Namun Bianca berhenti sejenak melihat pemandangan yang ada di belakangnya. Sebuah keluarga yang sangat bahagia, begitu hangat dan kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka masing-masing.

"Apa yang kau tangisi Bianca? bukankah semua ini telah menjadi makanan mu sehari- hari?"Ujar Bianca dengan menyeka air mata yang keluar dari kedua pelupuk matanya.

"Yakinlah mungkin di suatu hari, Tuhan telah menuliskan takdir kebahagiaan yang tidak pernah kau bayangkan sama sekali."Batin wanita malang itu.

Jangan lupa Like Comment Rate dan Vote

Terpopuler

Comments

Jayna

Jayna

Ceritanya bagus banget

2022-09-22

1

Jayna

Jayna

Update nya lagi Dong Thor

2022-09-22

1

Jayna

Jayna

semangat Thor

2022-09-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!