Suara Cambukan menggema di seluruh ruangan kerja Edward. Tampak laki laki itu tidak main main dengan ucapannya, Edward membuktikan semua perkataan Nya. Dengan menggebu gebu dan tidak berperasaan Edward Edward mencabuki tubuh mungil wanita hamil tersebut.
Bianca hanya terdiam dengan tatapan matanya yang kosong. Tidak ada rintihan atau desisan kesakitan dari bibir mungilnya di setiap cambukan yang mengenai tubuhnya. Kedua tangannya memeluk erat perutnya agar setiap cambuk yang mengenai tubuhnya tidak membahayakan nyawa yang kini tengah bersemayam di dalam tubuhnya.
"Tuhan mengapa laki laki ini begitu jahat kepada hambamu ini."Guman Bianca di dalam hatinya. Wanita hamil itu tampak memejamkan matanya saat lagi lagi Cambukan Edward mengenai punggung dan tangannya.
"Nak, Kamu yang kuat ya di dalam sana."Guman Bianca di dalam hatinya dan rasa nyeri tiba tiba saja datang di perut Bianca dan menjalar hingga punggung belakang Nya. Dan Bianca merasakan sesuatu keluar dari bagian bawahnya.
"Tidak Nak, Jangan! Mamah tahu kamu adalah anak yang kuat. Mamah mohon jangan tinggalkan mamah sendirian di dunia ini. Hanya kamulah yang mamah punya di dunia ini."Pekik Bianca di dalam hatinya saat rasa sakit semakin menjadi jadi mendera dirinya.
Asisten Kai hanya bisa diam melihat apa yang telah di lakukan oleh Tuannya. Ingin dirinya berkata kepada Edward menghentikan apa yang kini telah dia lakukan sekarang. Namun apalah daya kekuasaan tidak ada di tangannya.
Edward menghentikan cambukan nya dan melempar cambuk tersebut ke sembarang arah. Laki laki itu tampak berjalan menuju sudut ruangannya dan menghela nafasnya dengan kasar.
"Pergilah."Seru Edward tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Bianca.
"Tu-tuan."Cicit Bianca dengan suara yang bergetar begitu pun dengan tubuhnya.
"Tuan, bukankah Anda sudah menghukum saya. Dan bisakah Anda kembali memperkerjakan Kak Liza disini?"Ucap Bianca dengan tercekat. Sungguh rasa nyeri itu membuat wanita hamil tidak berdaya, Terlebih lagi kesadaran dirinya sudah di ambang batas.
"Nona..!!"Sargah Asisten Kai dengan membelikan kedua matanya. Apa yang telah di katakan oleh Bianca, bisa saja membuat amarah Edward kembali tersulut.
"Kau menantang ku heh. Sepertinya hukuman yang telah ku berikan tidak membuat mu jera." Tukas Edward dengan senyuman miringnya.
Laki laki kejam itu tampak berjalan kembali ke arah Bianca, dan tanpa segan tangannya menampar wajah wanita hamil tersebut. Sehingga membuat wajah Bianca berpaling karenanya. Tampak sudut bibir Bianca sobek dan tidak sedikit mengeluarkan darah dan lagi lagi tidak ada rintihan maupun desisan kesakitan yang keluar dari bibir mungilnya. Bianca hanya diam mematung dengan sejuta pemikiran yang membelenggu dirinya.
"Tuan Sudah!"Pekik Asisten kai saat perbuatan Edward yang semakin menjadi jadi Kepada Bianca.
"Siapa yang mengizinkan mu berbicara Hah.!" Sargah Edward dengan nafas yang memburu dan tatapan mata yang begitu tajam.
"Tapi Tuan..."
"Diamlah Kai! Ini bukanlah urusan mu sehingga kau bisa ikut campur di dalamnya!"Pungkasnya dengan membolakan kedua matanya.
"Baik Tuan."Ucap Asisten Kai dengan menghela nafasnya. Dan kini lagi lagi Asisten Kai tidak bisa berbuat apapun karena terbelenggu dengan sebuah kekuasaan.
Edward kembali menatap Bianca. Bianca pun menatap balik ke arah Edward dengan sebuah senyuman kepalsuan. Melihat senyuman bianca, Edward merasa bahwa kini Bianca meremehkan Nya, Sehingga amarah kembali berkobar di dalam dirinya.
"Sepertinya kau memang benar-benar menantang ku."Edward berujar dengan senyuman smriknya. Tanpa berkata Edward menjambak rambut Bianca dan membenturkan wajah wanita hamil itu ke meja yang ada di hadapan Nya.
"Astaga Tuan!"Pekik Asisten yang melihat perbuatan kejam Edward kepada Bianca. Asisten Kai sudah tidak lagi menahan rasa kemanusiaan yang ada di dalam dirinya. Asisten Kai segera membawa tubuh besar Edward dan Melepaskan tangan Edward dari rambut Bianca.
"Tuan sudah! Anda bisa membunuh Nona Bianca."Kata Asisten Kai setelah mendudukkan Edward di sofa. Sudut matanya menatap bianca yang kini tengah duduk lemas dengan pelipis dan punggung yang mengeluarkan darah.
"Biarkan saja dia mati. Lagi pula tidak ada gunanya wanita itu hidup di dunia ini."Cetus Edward dengan nafas yang tersengal-sengal dan menatap bianca dengan tatapan mata yang penuh arti.
Bianca tersenyum getir mendengar apa yang di ucapkan oleh Edward. Sungguh untuk pertama kalinya Bianca melihat seseorang yang melihat hari sekeras batu seperti Edward.
"Kenapa Papah kamu begitu jahat kepada kita Nak."Lirih Bianca dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya.
"Nona Bianca lebih baik anda keluar dari sini. Sebelum Tuan Edward kembali murka kepada Anda."Titah Asisten Kai Namun dengan tegas Bianca menolaknya.
"Tidak Tuan. Saya tidak akan keluar dari ruangan ini sebelum Tuan Edward memberikan kejelasan kepada Saya."Sahut bianca yang tidak mempedulikan luka luka yang kini ada di tubuhnya. Wanita malang itu hanya menginginkan kejelasan tentang bagaimana kondisi Liza saat ini.
"Dasar ****** Sialan!"Pekik Edward yang akan bangkit dari posisinya, Namun langsung di cegah oleh Asisten Kai.
"Sudah Tuan."Katanya seraya menahan tubuh Edward yang akan kembali menyerang Bianca.
"Nona Bianca lebih baik Anda keluar dari sini. Sebelum Tuan Edward melakukan sesuatu yang tidak pernah Anda bayangkan!"Pungkas Asisten Kai dan mau tidak mau Bianca menuruti perkataan Asisten Kai. Karena memang kini Bianca merasakan tubuhnya begitu remuk dan lemah bagaikan tidak memiliki tulang.
"Baiklah."Jawab wanita malang itu.
Bianca bangkit dengan tubuh yang bergetar. Namun sesuatu yang mengalir di bawah sana membuat tubuh mungil Bianca mematung.
"Darah."Ucap Bianca yang melihat cairan yang berwarna merah itu mengalir dari intinya dan membasahi Kakinya.
"Tidak Nak! Kamu adalah anak yang kuat, Mamah yakin kamu bisa bertahan."Seru Bianca seraya berjalan keluar dari ruangan kerja Edward dan berjalan menuruni tangga. Bianca menjadi pusat perhatian di rumah itu, Lantaran penampilan bianca yang begitu memprihatinkan. Tidak ada yang berani di antara mereka untuk membantu Bianca, Karena takut mendapatkan amarah dari Edward seperti yang terjadi kepada Liza.
Semua pelayan hanya diam saat Bianca melewati mereka. Tetesan demi tetesan darah mengotori lantai saat Bianca melewati nya. Bianca menyandarkan tubuhnya saat dirinya sudah tidak dapat menopang barat badannya dan rasa pusing bercampur mual menyerang tubuhnya.
"Tidak Nak Jangan! Mamah mohon jangan tinggalkan mamah Nak."Bianca merasakan darah semakin banyak keluar dari intinya, membuat wanita itu berusaha mengembangkan kesadarannya dan berjalan tertatih tatih keluar dari kediaman Neraka tersebut.
Rasa pusing kembali mendera wanita hamil itu. Dan Bianca merasa semua barang barang di sekelilingnya berputar putar, Nafas wanita malang itu tercekat sehingga Bianca merasa sulit untuk bernafas sebelum kegelapan menyelimuti wanita hamil tersebut.
"Nona Bianca."Pak Jang segera menangkap tubuh Bianca sebelum tubuh wanita itu terjatuh ke atas lantai.
Mata elang pak Jang menatap para pelayan yang berdiri tanpa ada niatan membantu wanita malang tersebut.
"Kenapa kalian diam seperti itu. Cepat kalian Panggil Tuan Edward dan beri tahukan kepadanya bahwa Nona Bianca tidak sadarkan diri."Titah pak Jang dengan tegas.
"Baik pak Jang."Salah satu dari pelayan itu pun segera berjalan dengan tergesa gesa menuju ruangan kerja milik Edward. Tanpa mengetuk pintu ataupun meminta izin kepada Edward, pelayan itu masuk ke dalam ruangan kerja Edward.
"Siapa yang mengijinkan mu masuk ke dalam ruangan ku Hah!"Belum reda amarah Edward atas Bianca. Kini amarah Edward kembali tersulut karena pelayan tersebut.
"Dasar pelayan Bodoh!"Desis Asisten Kai dengan menatap tajam pelayan tersebut.
"Maafkan saya Tuan."Pelayan itu pun menjelaskan tujuan menemui Edward bahwa bianca tidak sadarkan diri. Dan reaksi Edward hanya biasa saja, tidak ada guratan ke khawatiran di wajah tampannya.
"Pergilah dan beri tahukan kepada pak Jang untuk tidak menggangu ku!"Titah Allando langsung di angguki oleh pelayan itu.
"Baik Tuan."Ucap pelayan itu seraya berjalan keluar dari ruangan kerja Edward. Setelah pelayan itu tidak ada di ruangan Edward.
"Tuan, Apakah sebaiknya Anda mengantar Nona Bianca ke rumah sakit."Kata Asisten Kai langsung mendapatkan pelototan dari Edward.
"Maafkan saya Tuan."Ucapnya dengan menghela nafasnya seraya menundukkan kepalanya.
Sementara di tempat yang berbeda di waktu yang hampir bersamaan. Pelayan itu datang menemui pak Jang dan memberitahukan apa yang telah di perintahkan oleh Edward. Dan lagi lagi pak Jang hanya bisa mengusap dadanya atas apa yang telah di lakukan oleh tuannya tersebut.
"Jika memang Tuan Edward tidak ingin mengantarkan wanita ini ke rumah sakit. Biarkan saja saya yang membawa wanita ini ke rumah sakit."Ujar pak Jang membuat semua mata yang ada di sana membelik.
"Pak Jang, Bukankah tidak ada perintah dari Tuan Edward. Dan bukankah sudah berapa kali Tuan Edward mengatakan untuk tidak ikut campur dalam urusannya. Apakah pak jang tidak takut nasib pak jang sama seperti pelayan Liza?!"Tutur salah satu pelayan di sana.
"Apakah bisa seperti ini kalian masih memikirkan hal seperti itu? tidaklah kalian lihat bahwa di depan kalian ada seseorang yang tengah merenggang nyawanya. Dimana rasa empati dan nurani kalian? Jika kalian ada di posisi wanita ini, apa yang kalian rasakan?!" Pekik pak Jang seraya mengangkat tubuh mungil Bianca.
"Maafkan kami pak Jang."Ucap para pelayan itu dengan serentak. Dan mereka pun membantu pak Jang mengangkat tubuh mungil itu yang bersimbah darah.
Tiga puluh menit pun berlalu pak Jang telah sampai di rumah sakit terdekat dengan kediaman Edward. Para dokter dan perawat segera mengerubungi mereka dan mengangkat tubuh wanita hamil itu dan di letakkan atas brankar dan membawanya ke dalam UGD.
Pak Jang dan beberapa pelayan menunggu Bianca di depan ruangan UGD. Tampak raut wajah mereka begitu cemas kentara memikirkan kondisi Bianca dan kandungan Nya.
Tiga puluh menit berlalu Namun tidak tampak para tenaga medis keluar dari ruangan tersebut. Namun tidak beberapa lama satu orang perawat keluar dari ruangan itu dengan tergesa-gesa sehingga tidak membiarkan pak Jang untuk bertanya mengenai kondisi Bianca saat ini. Perawat itu tampak kembali dengan beberapa kantong darah di tangannya namun dengan cepat pak Jang mencekal lengan perawat tersebut.
"Bagaimana keadaan Nona kami sus?" Tanya pak Jang dengan tidak sabaran.
"Saya tidak dapat menjelaskan keadaan pasien seperti apa. Namun kini pasien sedang mengalami pendarahan dan membutuhkan darah secepatnya."Tutur perawat itu penuh penekanan sehingga membuat pak Jang melepaskan cekalan tangannya. Dan perawat itu pun masuk ke dalam ruanganitu tanpa berkata apapun.
Setelah menunggu kurang lebih dua jam akhirnya para tenaga medis keluar dari ruangan tersebut. Membuat mereka bisa bernafas sedikit lega.
"Suami pasien?"Tanya seorang dokter dengan peluh yang membasahi wajahnya.
Sebelum pak Jang menjawab seseorang memanggil namanya, Sehingga membuat laki laki parubaya itu mengalihkan pandangannya.
"Dokter Andreas..."Cetus Pak Jang melihat seorang pria berjalan ke arah dirinya dengan balutan jas putih membalut tubuhnya.
"Direktur Andreas.."
"Pak Jang untuk apa Anda disini? Apakah terjadi sesuatu kepada Edward?"Tanya Dokter Andreas yang tidak lain adalah dokter pribadi Edward dan salah satu sahabat laki laki kejam itu. Pak Jang melirik ke arah dokter wanita yang ada di sampingnya dengan penuh arti.
"Pergilah."Ucap Dokter Andreas seraya mengibaskan tangannya ke arah dokter tersebut.
"Baik Direktur Andreas."Dokter tersebut pun pergi meninggalkan kedua laki laki itu begitu pun dengan para pelayan yang mengantarkan Bianca.
"Dokter begini."Ujar pak Jang langsung di sanggah oleh Dokter Andreas.
"Anda bisa menjelaskan semuanya di ruangan saya pak."Pungkas Dokter Andreas langsung di angguki oleh Pak Jang.
Dan kini dokter Andreas dan pak Jang pun duduk saling berhadapan dengan sebuah meja yang menghalanginya. Pak jang pun menjelaskan kronologi yang terjadi kepada Bianca dan apa yang di lakukan oleh Edward kepada wanita malang tersebut. Mulai dari Bianca yang tidak sengaja menghanguskan dapur mewah Edward dan bagaimana amarah Edward saat itu, sehingga dengan teganya Edward mengurung Bianca ke dalam dapur tanpa di beri minum ataupun makan sedikit pun. Bagaimana seorang pelayan yang memberi makan kepada Bianca dengan diam diam dan Edward mengetahui. Dan terakhir dengan penganiayaan yang di lakukan kepada Edward terhadap Bianca yang notabenenya istrinya sendiri.
Dokter Andreas mengusap wajahnya dengan kasar mendengar semua penuturan dari mulut laki laki yang ada di hadapannya. Dan tidak lama kemudian laki laki itu terkekeh atas kemelut yang kini bersarang di dalam dirinya.
"Edward Sialan...!! Aku benar-benar tidak mengenal sahabat ku saat ini."Cetus Dokter Andreas dengan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
"Lalu dimana wanita itu sekarang?"Tanya Dokter Andreas berusaha menahan amarah yang bergemuruh di dadanya.
"Nona Bianca saat ini sudah berada di ruang perawatan."Jawab pak Jang membuat Laki yang berprofesi sebagai dokter itu pun bungkam. Setelah lama mereka terdiam akhirnya Dokter Andreas pun membuka mulutnya.
"Bisakah pak Jang mengantarkan saya ke ruangan wanita itu?"Kata Dokter Andreas langsung di angguki oleh laki laki parubaya tersebut.
"Baiklah Dokter."Pak Jang pun segera bangkit dari duduknya dan di ikuti oleh Dokter Andreas di belakangnya. Kedua laki laki itu nampak jalan berdampingan menuju ruangan wanita malang itu di rawat.
Jangan lupa
Like
Comment
Rate
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Gracie
Gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya seperti apa
2022-09-25
0
Gracie
lanjuttttt Thorrrr
2022-09-25
0
Gracie
Thor ceritanya bagus banget, gak seperti cerita yang lainnya
2022-09-25
0