Entah sudah berapa lama Bianca terkurung di dalam ruangan sempit dan pengab itu. Wanita hamil itu tampak terlelap dalam buaian nya, Setelah semalaman suntuk Bianca sangat Sulit untuk memejamkan matanya.
mengapa perasaan Bianca sangatlah gundah saat memikirkan kondisi Liza setelah keluar dari ruangan ini. Apakah Liza telah berhasil kembali ke kamarnya tanpa di curigai oleh siapapun ataukah sesuatu terjadi kepada Liza setelah menemui dirinya.
Memikirkan semua kemungkinan kemungkinan itu membuat kedua mata Bianca sulit untuk terpejam, Terlebih lagi memikirkan perkataan Liza yang menyuruhnya untuk berubah.
"Apakah bisa untuk dirinya berubah?"
Pertanyaan pertanyaan itulah yang memenuhi pikiran Bianca. Sinar matahari yang membias dan menyinari wajahnya tidak membuat wanita hamil itu untuk membuka matanya. Sehingga tidak menyadari bahwa seseorang tengah berdiri menjulang di hadapan nya dengan bersedekap dada.
"Dasar Ja*ang pemalas."Decak Edward yang telah rapih dengan pakaian kantor Nya.
Byurr
Dengan teganya laki laki kejam itu menyiramkan air ke tepat wajah Bianca. Sehingga air itu membasahi wajah cantiknya dan tidak sedikit pula air yang masuk ke dalam hidung dan kuping Bianca.
"Uhuk Uhuk."Bianca terbatuk-batuk dan tenggorokan nya merasa sakit karena air yang masuk ke dalam tenggorokan Nya.
"Tu-tuan."Cicit Bianca saat melihat siapa yang menyiram dirinya dan dengan refleks Bianca memundurkan tubuhnya sehingga membentur dinding di belakangnya.
Dengan tangan yang terkepal erat Edward berjalan ke arah Bianca. Bianca melihat bara api kemarahan di pancaran kedua mata Edward. Dengan kasarnya Edward menjambak rambut Bianca, sehingga membuat wanita hamil itu memekikkan suaranya.
"Akhh."Pekik Bianca sembari memejamkan kedua matanya karena merasakan nyeri di kepalanya.
"A-ampun Tu-tuan sakit."Rintis Bianca saat merasakan jambakan Edward semakin mengencang.
"Sakit? Baru seperti ini kau bilang sakit? Lalu bagaimana kehidupan ku yang harus hancur karena kehadiran mu Hah."Pekik Edward dengan menggebu gebu. Bianca menggelengkan kepalanya dan Cairan bening kembali mengalir di kedua pelupuk matanya.
"Apa salah saya Tuan? Sehingga Tuan berlaku sangat kejam kepada saya?"Lirih wanita hamil itu dengan menahan nyeri di kepalanya. Bahkan bianca merasakan beberapa helai rambutnya rontok karena jambakan Edward.
"Kau masih bertanya kesalahan mu?!"Edward semakin mengeratkan jambakan nya di rambut Bianca.
"Akkhhh."Jerit bianca saat Edward semakin menjadi memperlakukan dirinya layaknya seekor binatang.
"Tu-tuan Sakit saya mohon lepaskan Tuan." Pinta wanita malang itu dengan penuh harap. Namun hati Edward yang tertutupi kebencian tidak merasa kasihan melihat air mata yang keluar dari wanita yang berstatus sebagai istrinya.
"Wanita seperti mu memang pantas untuk di sakiti. Dan hentikanlah tangisan mu yang menjijikkan itu!"Sargah Edward sembari berjalan keluar dari ruangan itu dengan tangan yang menjambak rambut Bianca. Dan mau tidak mau Bianca pun mengikuti langkah besar Edward sehingga kaki mungilnya terseok Seok mengimbangi langkah laki laki kejam itu.
"Tuan Akhh."Bianca memekik saat tubuhnya terjatuh karena tidak bisa mengimbangi langkah besar Edward.
Edward tidak menghentikan langkahnya saat Bianca terjatuh. Namun laki laki kejam itu tetap melanjutkan langkahnya sehingga membuat tubuh mungil Bianca terseret-seret karenanya.
Para pelayan yang sedang melakukan tugas mereka pun menghentikan kegiatan mereka, Saat melihat majikan mereka lagi lagi akan menyiksa istrinya.
"Ya Tuhan Bianca takut sekali. Apalagi yang akan Tuan Edward lakukan kepada Bianca." Guman Bianca saat tubuhnya di seret oleh Edward.
"Awww...!!"Pekik Bianca saat Edward menghempaskan tubuhnya dengan kasar saat ke kamar mandi, Sehingga membuat kepala Allenta terbentur dinding kamar mandi.
"Tu-tuan..."Bianca merasakan adanya sinyal bahaya yang akan menimpa dirinya, terlebih lagi melihat senyuman seringai di bibir Edward.
Edward tersenyum penuh kemenangan saat Bianca memekik kesakitan karena perbuatannya. Tanpa Bianca sadari Edward telah menyalakan shower dengan mode air panas.
"Ahhh sakkkit! Panas Tuan, saya mohon hentikan tuan."Pinta Bianca dengan penuh harap dan Bianca menjerit saat Edward menyiram tubuhnya dengan air panas.
"Rasakan, rasakan ini ja*lang! Kau memang pantas mendapatkan semua kesakitan dan penderitaan ini."Ujar Edward dengan tersenyum penuh kemenangan melihat Bianca tidak berdaya karena Nya.
"Am-pun Tuan sakit. Panas Tuan saya mohon lepaskan saya Tuan."Pinta Bianca dengan air mata yang membasahi wajah cantiknya yang tampak memerah.
"Hentikan tangisan mu yang menjijikkan itu ja*ang! Jika kau tidak berhenti menangis akan ku pastikan kau akan mendapatkan hukuman yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini" Bentak Edward menggelegar dan dengan mulut yang berdecih terhadap Bianca.
"Ampuni saya Tuan, Sakit Tuan saya mohon lepaskan saya Tuan. Panas sekali rasanya di tubuh saya Tuan, Saya mohon lepaskan Saya Tuan."Bianca merasa seluruh tubuhnya panas seperti di bakar hidup hidup.
"Rasakan hukuman ini untuk mu ja*lang. Ini masih belum seberapa jika di bandingkan dengan siksaan siksaan yang akan aku lakukan selanjutnya, Dan akan aku pastikan kau akan menyesal karena telah masuk ke dalam kehidupan seorang Edward O'deon."Edward pun terus menerus menyiramkan air shower yang panas itu keseluruhan tubuh Bianca tanpa Ampun dan Bianca pun hanya bisa memohon ampun kepada Edward agar berhenti menyiramkan air panas kepadanya.
Kulit Bianca pun sudah tampak memerah dan Bianca pun hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, agar air panas itu tidak mengenai mata ataupun wajahnya yang bisa berdampak buruk baginya.
Beberapa menit pun telah berlalu Edward mematikan shower nya dan berjongkok di hadapan Bianca yang sudah tidak berdaya dengan seluruh tubuh di penuhi ruam ruam merah.
"Ini masih belum seberapa karena kau tidak akan pernah membayangkan apa yang akan kulakukan kepada mu!" Tutur Edward tepat di wajah Bianca.
"Bersyukurlah aku masih mempunyai sedikit rasa kemanusiaan Kepadamu. Jika tidak mungkin kau hanya akan tinggal nama saja sekarang ini.Jadi mulai saat ini bersikaplah sesuai dengan derajatmu mengerti?!"Ucap Edward dengan menyeringai di tepat wajah Bianca.
"Sa-saya mengerti Tuan."Lirih Bianca terbata bata. Sungguh Bianca sudah tidak memiliki lagi tenaga untuk kembali mendapatkan perlakuan kejam lagi dari Edward. Tanpa mengalihkan pandangannya Edward pergi meninggalkan wanita malang itu dengan sejuta luka yang dia torehkan.
Tangis Bianca pun pecah setelah Edward tidak ada lagi di kamar mandi. Bianca pun merasakan perih dan panas sekujur tubuhnya terutama tangan yang Bianca jadikan untuk menutupi wajahnya.
"Kenapa? kenapa Engkau Tuhan menciptakan ku hanya untuk merasakan kesakitan saja Tuhan?"Bianca pun menyalakan shower dan membiarkan air dari shower itu menerpa dan mengenai tubuh nya yang rapuh dan Bianca pun mendesis saat air shower itu mengenai tubuh nya yang memiliki ruam ruam memerah.
Pandangan Bianca pun kosong sejuta kesakitan tersirat di sorot matanya yang ringkih.
"Aku pun ingin bahagia Tuhan! Aku pun ingin tersenyum merekah di setiap waktu ku di dunia ini. Bukan hanya tangisan dan kesakitan di setiap hembusan nafas ku."Lirih Bianca dengan menelungkupkan wajahnya.
"Aku pun berhak bahagia Tuhan?! Kapan kau memberikan hamba mu ini kebahagiaan di dalam kehidupan nya yang kejam? Sebegitu sulit kah kau mengabulkan permintaan hamba mu ini. Sehingga kau begitu enggan untuk mengabulkan Nya?"
Bianca pun sudah menyelesaikan mandi nya dan dia sudah mengenakan pakaian nya. Wanita malang itu kini tengah mencari kotak p3k untuk mengobati lukanya.
Bianca pun bercermin untuk mengobati luka luka tanpa ada satu orang pun yang membantunya. Sesekali terdengar ringisan dari bibir mungil Bianca karena merasakan perih bercampur nyeri saat mengobati lukanya.
Bianca pun tersenyum getir saat melihat banyak sekali luka di tubuhnya.
"Nak... Kenapa Papahmu begitu tega kepada kita? Apa salah kita Nak? Sehingga Papahmu begitu membenci kehadiran kita."Cicit Bianca sembari mengusahakan permukaan perutnya.
_
_
_
Bisik bisik para pelayan terdengar jelas di pendengaran Bianca di setiap langkah Bianca saat memasuki rumah neraka itu. Bahkan ada beberapa pelayan yang dengan sengaja mengeraskan suaranya agar di dengar oleh Bianca. Bianca hanya bisa menutup kedua telinganya seakan akan tidak mendengar gunjingan gunjingan dan hinaan untuk dirinya dan toh Bianca sudah sering merasakan hal yang lebih buruk dari pada ini.
Bianca tidak menanggapi semua cemoohan cemoohan dari para pelayan yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya dan Edward.
"Apakah benar itu anak Tuan Edward? Ataukah wanita itu hanya mengada Ngada tentang kehamilannya?"Seketika itu juga tawa menggelegar dari belakang Bianca, seakan akan apa yang di bicarakan oleh wanita itu adalah sebuah lelucon yang sangat lucu.
"Iya bener...!"
"Aku yakin seratus persen bahwa itu bukanlah anak kandung dari Tuan Edward!"
Bianca menggenggam erat ujung baju yang dia kenakan. pada saat cemoohan cemoohan dan hinaan bertubi-tubi menimpa dirinya. Air mata mengembung di kedua pelupuk mata Bianca dan dengan sekali kedipan saja cairan bening itu akan tumpah dan mengalir membasahi kedua pelupuk matanya.
Pedih di dada menyertai langkah mungil wanita hamil itu. Namun itu semua tertutupi dengan senyuman hambar di kedua sudut bibirnya.
"Kenapa sekarang kau lemah sekali Bianca?! Hanya dengan kata kata sarkas seperti itu kau langsung saja menangis."Ucap bianca dengan menyeka air matanya. Wanita hamil itu tampak membandingkan diri di saat sekarang dan Lalu. Entah mengapa Bianca merasa bahwa dirinya terlalu sensitif dan mudah sekali menangis ataukah ini yang di namakan oleh hormon ibu hamil.
"Pak Jang..."Panggil Bianca kepada laki laki parubaya yang sedang membelakangi nya tersebut.
Pak Jang yang merasa dirinya di panggil pun segera membalikkan badannya, keningnya mengkerut melihat siapa yang memanggilnya dan Bianca melihat dengan jelas perubahan raut wajah laki laki parubaya tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu Nona Bianca?" Tanya pak Jang dengan menatap Bianca dengan seksama, sehingga membuat wanita hamil itu merasa terganggu akan tatapan kepala pelayan tersebut.
Bianca sedikit ragu untuk membuka mulutnya, terlebih lagi melihat gestur pak Jang yang tidak nyaman akan keberadaan Nya.
"Bisakah Anda langsung mengatakan apa yang ingin anda utarakan?! Karena saya tidak ingin membuang waktu saya dengan hal yang tidak berguna!" Pungkas laki laki parubaya tersebut.
"Begini pak Jang, Bisakah saya meminta jatah makan saya?"Ujar Bianca tanpa berani menatap ke arah pak Jang.
Pak Jang mematung di tempat. Ingatan nya kembali berkelana saat seseorang yang tidak bersalah mendapatkan amarah dari Edward, karena perempuan yang ada di hadapan Nya.
"Maafkan saya nona Bianca. Untuk saat ini Saya tidak bisa memberikan apa yang anda inginkan."Seru pak Jang tanpa menatap Bianca
"Kenapa?"Ujar wanita hamil itu sembari kedua tangan mungilnya terkepal erat.
"Karena saya belum mendapatkan perintah apapun dari Tuan tentang Anda."Jawab pak Jang membuat Bianca menundukkan kepalanya, karena lagi lagi dirinya melupakan bahwa Edward memerintahkan bahwa siapapun di larang memberikan makan kepada dirinya.
"Dan karena Anda pula seseorang harus tersakiti dan kehilangan pekerjaannya!"
Sargah pak Jang membuat kedua alis Bianca berkerut.
"Maksud Anda apa pak Jang?"Tanya balik Bianca Namun hanya di balas decakan oleh laki laki itu. Dan tanpa menjelaskan maksud dari perkataan nya pak Jang pun berjalan pergi meninggalkan Bianca.
Bianca berjalan menyusuri lantai demi lantai kediaman dari seorang Edward O'deon. Bianca menghentikan langkahnya saat dirinya menyadari sesuatu yang kurang.
"Dimana kak Liza?"Cicit Bianca dengan mata yang mengedarkan ke segala arah.
Jangan lupa
Like
Comment
Rate
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Nana
Seruuu bangetzz
2022-09-23
0
Nana
Lanjut Thor
2022-09-23
0