Seperti hari hari biasanya, Bianca melakukan rutinitas tanpa kenal waktu. Walaupun rasa lelah mendera wanita hamil itu tidak menyurutkan Bianca untuk melakukan pekerjaan pekerjaan nya seperti biasanya.
Wanita hamil itu menengadahkan kepalanya, melihat rumah mewah yang ada di hadapan Nya. Bianca memegang sebuah boks yang berisi beberapa botol susu terakhir yang Bianca bawa hari ini.
"Permisi."Ucap Bianca seraya memencet bel yang ada di samping pagar yang menjulang tinggi di hadapan.
Untuk beberapa saat Bianca berdiri mematung di tempatnya, Karena belum mendapatkan jawaban dari dalam rumah tersebut. Bianca menyeka bulir bulir keringat yang membasahi pelipisnya. Rasa pusing mendera wanita hamil itu membuat Bianca hampir saja kehilangan keseimbangannya jika tidak pagar di hadapan Nya.
"Ya Tuhan."Kata wanita hamil itu dengan memegang kepalanya dan memejamkan matanya.
"Ada yang bisa saya bantu Nona?"Bianca mengerjab ngerjabkan kedua matanya dan Bianca melihat laki laki berpakaian putih dan bercelana bahan berwarna hitam di hadapannya.
"Ya Tuan, Saya mengantarkan susu pesanan Nyonya Merry."Jelas Bianca seraya mengangkat boks yang berisi susu kepada laki laki tersebut.
"Silahkan Nona Nyonya besar sudah menunggu kedatangan Anda."Kata laki laki itu seraya membuka pintu pagar itu dengan lebar lebar untuk Bianca lewati.
"Biarkan saya saja yang membawa sepeda Anda Nona."Laki laki pun mengambil sepeda yang di pakai Bianca dan menyimpannya di samping pos satpam. Dan laki laki itu menunjukkan jalan kepada Bianca untuk menemui pemilik rumah mewah yang sedari tadi menanti kedatangan Bianca.
"Terima kasih Tuan sudah membantu Saya." Tutur Bianca setelah sampai di ruangan keluarga di mana pemilik rumah ini sedang menunggu kehadiran Bianca.
"Tidak perlu berkata seperti itu Nona, Memang ini adalah salah satu pekerjaan Saya."Sahut laki laki itu seraya pamit dari hadapan Bianca.
"Permisi Nyonya."Panggil Bianca saat berada di belakang wanita parubaya tersebut.
Wanita itu pun membalikkan tubuhnya dan menatap Bianca dengan menyengritkan kedua alisnya.
"Kau siapa?"Tanya Nyonya rumah itu kepada Bianca dengan nada ketusnya.
"Saya mengantarkan Susu pesanan Anda Nyonya."Jawab Bianca seraya mengangkat kepalanya dan kedua mata Bianca bersitatap dengan dengan wanita parubaya tersebut.
"Dimana Ketty?"Tanya wanita parubaya tersebut dengan menatap Bianca dengan penuh arti.
"Kak Ketty sedang mengambil cuti Nyonya. Jadi saya yang menggantikan kak Ketty untuk mengantarkan susu ke tempat Anda Nyonya."
Tutur Bianca dengan menyematkan senyuman Nya.
"Namamu..?"Tanya wanita itu tanpa menatap ke arah Bianca.
"Nama saya Bianca Nyonya."Jawab Bianca dengan menundukkan kepalanya.
"Dan umurmu?"Tanya wanita itu lagi.
"Delapan Belas Tahun dan bulan depan Sembilan Belas Tahun."Kata Bianca membuat wanita itu seketika menatap Bianca dengan tajam.
"Dan di umurmu yang baru belasan Tahun itu kau sudah hamil?"Pungkas wanita itu seketika membuat Bianca memeluk perutnya dengan posesif.
"Mengapa Nyonya? Apakah ada yang salah jika di umur saya yang baru belasan Tahun saya mengandung Nyonya?"Sahut bianca dengan tersenyum kecut.
"Masih berani menjawab!"Decak wanita itu dengan menatap sinis ke arah Bianca Dan wanita itu pun mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikan nya kepada Bianca.
"Ambilah Uang ini dan katakan kepada bos tempat mu bekerja, mulai besok tidak usah mengantarkan Susu lagi ke rumah ku."Ketus wanita itu dengan membuang wajahnya.
"Baiklah Nyonya saya akan mengatakan Nya dan terima kasih."Ucap Bianca seraya pergi meninggalkan ruangan itu. Namun langkah Bianca terhenti saat perempuan parubaya itu lagi lagi menilai Bianca dengan buruk karena hamil di usia muda.
"Apa salahnya jika aku Hamil di usia Muda? Lagipula aku tidak ingin semua ini terjadi di dalam kehidupan ku."Seru Bianca sembari mengayunkan sepedanya keluar dari pelataran rumah mewah tersebut.
Bianca mengayuh sepedanya tidak menentu arah. Pikiran wanita itu begitu penuh sehingga membuat wanita hamil itu merasa mual. Bianca menepikan sepedanya di pinggir jalan yang cukup sepi dan memuntahkan isi perutnya. Dan Bianca terus menerus memuntahkan isi di dalam perutnya sehingga Bianca merasakan pijatan di tengkuknya.
"Anda baik baik saja Nona?"Tanya seseorang di belakang tubuh Bianca.
"Ahhhh iya."Jawab Bianca setelah memuntahkan semua isi perutnya. Wanita yang di perkirakan seumuran dengan Bianca itu, menawarkan Bianca untuk ke rumah sakit namun dengan tegas Bianca menolaknya.
"Terima kasih Nona telah membantu Saya." Ucap Bianca dengan senyuman khas wanita hamil tersebut.
Bianca pun kembali mengayuh sepedanya. Wanita hamil itu baru menyadari bahwa jalan yang dirinya lewati dekat dengan pemakaman sang ibunda. Dan tanpa memikirkan dua kali Bianca pun melajukan sepedanya menuju pemakaman tersebut.
Hamparan gundukan yang tertata rapi dan di tumbuhi rerumputan menjadi pemandangan pertama saat memasuki pemakaman tersebut. Kaki mungil itu menapaki jalan setapak menuju ke arah tempat peristirahatan terakhir sang Ibunda.
"Bunda..."Lirih Bianca setelah bersimpuh di samping makam sang ibunda.
"Bianca kembali lagi mengunjungi Bunda. Apakah Bunda baik baik saja di atas Sana?" Wanita hamil itu terlihat mengusap nisan yang terukir indah nama mendiang sang ibunda.
"Liliana..."Nama yang terukir indah di dalam hati Bianca. Seseorang yang sangat Bianca sayangi di dunia ini.
"Maafkan Bianca Bunda. Lagi lagi Bianca datang menemui bunda dalam keadaan seperti ini."Ujar Bianca dengan cairan bening yang menumpuk di kedua pelupuk matanya.
"Mengapa bunda melahirkan Bianca? Mengapa bunda lebih memilih menyelamatkan nyawa Bianca dari pada nyawa Bunda sendiri? Ataukah ini karma untuk Bianca karena kelahiran bianca telah merenggut nyawa Bunda? Namun Bianca pun tidak ingin menginginkan hal seperti ini terjadi kepada Bunda. Jika Bianca bisa memilih Bianca tidak ingin lahir ke dunia ini, dari pada kehidupan Bianca seperti ini..?" Setitik demi air mata mulai menggenangi pelukan mata wanita malang tersebut.
Pikirannya kembali berkelana mengingat permasalahan permasalahan yang bertubi-tubi menimpa dirinya. Dan terutama masalah yang menimpa dirinya sendiri Edward.
"Bunda Bianca harus bagaimana?"Lirih wanita hamil itu."Bianca tidak tahu apa yang harus Bianca lakukan selanjutnya Bunda. Bagaimana mungkin Bianca menggantikan uang sebanyak itu Bunda."Ujar Bianca dengan mengusap wajahnya dengan kasar.
Untuk beberapa saat wanita hamil itu termenung di samping Nisan sang ibunda, Sebelum pikirannya teringat tentang buku tabungannya yang di ambil oleh Ibu tirinya. Walaupun uang yang ada di dalam tabungan Bianca tidak dapat menggantikan kerugian Edward.
"Apakah Bianca harus kembali ke rumah itu Bunda? Bagaimana reaksi mereka saat Bianca ada memasuki rumah itu lagi?"pikiran Bianca berkelana tentang kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi kepada dirinya saat memasuki kembali rumah sang ayah. Namun mau tidak mau Bianca harus ke sana untuk
mengambil haknya yang telah di rampas paksa dari dirinya.
"Bianca pamit pulang dahulu ya Bun.Mungkin kedepannya Bianca akan jarang mengunjungi Bunda kesini, seiring dengan kandungan Bianca yang semakin membesar."Tutur wanita hamil itu seraya mengecup Nisan sang ibunda.
_
_
_
Bianca menatap rumah mewah yang ada di hadapannya dengan tatapan yang penuh arti. Sebuah Rumah yang bagaikan neraka kehidupan bagi Bianca, penderitaan cacian dan makian Bianca lalu setiap hari saat bernaung di dalamnya. Sehingga menyisakan luka dan trauma yang begitu mendalam bagi Bianca. Wanita hamil itu mematung di tempatnya tanpa berani beranjak maupun memencet bel yang ada di hadapan nya. Sehingga seseorang di belakang sana menyentakan lamunan wanita hamil tersebut.
"Bibi Ellen!"Pekik Bianca seraya memegang dadanya. Bianca membalikkan tubuhnya dan menatap wanita parubaya di belakangnya yang kini tengah menatap dirinya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Nona Bianca."Ucapnya dengan menghamburkan tubuhnya ke pelukan Bianca dan tidak lama Bianca merasa tubuh wanita parubaya itu bergetar dan isakan lirih keluar dari bibir wanita yang di panggil Bianca dengan sebutan bibi Ellen tersebut.
"Bibi Ellen mengapa menangis?"Tanya Bianca seraya menyeka air mata wanita yang telah membesarkan Bianca.
"Nona Bianca."Wanita itu menatap Bianca dengan penuh kasih sayang."Nona bagaimana kabarnya? Kenapa tidak pernah menghubungi bibi? Apakah Suami Nona memperlakukan Nona dengan baik? Apakah Nona baik baik saja disana? Apakah Nona makan dengan teratur disana?"Pertanyaan bertubi tubi itu membuat Senyuman Bianca terbit. Bianca dapat merasakan kasih sayang yang sangat besar dari wanita yang kini merengkuh nya dengan erat tersebut.
"Satu satu bi pertanyaan Nya. Bagaimana mungkin Bianca menjawab pertanyaan dari bibi sebanyak itu."Kata Bianca dengan kekehan khas wanita hamil tersebut.
Bibi Ellen pun melepaskan rengkuhan Nya dan mengusap wajah kuyu Bianca yang kini tengah menatapnya.
"Nona Bianca baik baik Saja? Apakah Nona makan dengan teratur disana? Kenapa Nona kurus sekali? Apakah suami Nona memperlakukan Nona dengan baik disana?"Bibi Ellen kembali mengulangi pertanyaannya. Bibi Ellen mengetahui bagaimana penderitaan Bianca selama ini dan bibi Ellen pun mengetahui alasan Bianca menikah dengan Edward. Sehingga bibi Ellen mengkhawatirkan keadaan Bianca selama ini.
"Bianca baik baik saja bi."Jawab Bianca dengan tersenyum yang di paksakan.
"Bagaimana kondisi kandungan Nona?"Tanya bibi Ellen seraya menatap perut Bianca.
"Kondisi kandungan Bianca baik baik saja bibi. Dan satu lagi, Sudah berapa kali Bianca katakan panggil Bianca dengan sebutan Nama saja. Tidak perlu memanggil dengan sebutan seperti itu lagi."Pungkas Bianca dengan memberenggutkan wajahnya.
"Baiklah Baiklah sudah berapa bulan kandungan kamu nak?"Bibi Ellen menatap perut Bianca dengan intens. Ingin sekali tangannya mengusap perut yang menggunung itu, Namun dirinya urungkan karena belum mendapatkan izin dari sang empu
"Minggu ini memasuki usia tiga bulan bibi." Jelas Bianca dengan mengusap perutnya."Bibi ingin memegang perut Bianca?"Sambung Bianca yang mengerti arti tatapan bibi Ellen.
"Bolehkah?"Ujarnya langsung di angguki oleh Bianca. Dengan cepat wanita parubaya itu mengusap perut Bianca dengan perlahan lahan. Bianca memejamkan meresapi setiap usapan dari wanita itu.
"Bia hamil kembar?"Cetus bibi Ellen seketika membuat Bianca membuka matanya.
"Tidak tahu."Jawaban Bianca dengan sekenanya.
"Bagaimana Bia tidak mengetahui Nya. Apakah Bia tidak pernah memeriksakan kondisi kehamilan selama ini?"Seru bibi Ellen dengan menyipitkan matanya. Bibi Ellen semakin yakin bahwa Suami Bianca tidak memperlakukan Bianca dengan baik. Terlebih lagi Bibi Ellen melihat sorot kebencian Edward terhadap Bianca.
Bianca mengalihkan pandangannya dan guratan guratan kecemasan terlihat jelas di wajah wanita hamil itu.
"Apakah Papah ada di dalam bi? Ataukah Papah sudah berangkat ke kantor?"Tanya Bianca berusaha mengalihkan topik pembahasan Nya.
"Tuan ada di dalam Bia."Jawab bibi Ellen dengan menatap Bianca dengan penuh arti.
"Baiklah bibi. Bianca masuk ke dalam rumah dahulu ya Bi. Ada yang ingin Bianca bicarakan dengan Papah."Tutur Bianca.
Tanpa mendapatkan jawaban dari Bibi Ellen, Wanita hamil segera berjalan dengan tergesa-gesa masuk ke dalam rumah tersebut.
"Sebenarnya apa yang terjadi kepada mu selama ini Bianca? Kenapa bibi merasa bahwa sesuatu yang buruk terjadi kepada mu selama ini."Ucap nya sembari menatap punggung ringkih Bianca yang semakin menjauh dari jangkauan Nya.
Kaki mungil Bianca berjalan masuk ke dalam rumah yang begitu banyak memberikan luka kepada dirinya. Suara tawa saling bersahutan terdengar di Indra pendengaran Bianca saat memasuki ruangan keluarga Nya. Netra mata Bianca menatap sebuah pemandangan yang begitu menyakitkan baginya.
"Papah..."Lirih Bianca dengan menundukkan kepalanya saat semua pasang mata menatap ke arah dirinya.
"Untuk apa lagi kau kesini Ja*ang!"Pekik Agnes kak tiri Bianca dengan menatap Bianca tajam.
Agnes bangkit dari posisinya dan berjalan ke arah Bianca dengan tatapan yang begitu tajam, Sehingga membuat Bianca merasa terintimidasi karenanya.
"Awww."Pekik Bianca saat Agnes mendorongnya dengan kasar. Membuat Bianca terhuyung beberapa langkah ke belakang.
"Kak Agnes."Pekik Bianca dengan membolakan kedua matanya.
"Sudah berapa kali ku katakan bahwa aku bukanlah kakak mu Ja*ang!"Tukasnya dengan menggebu-gebu.
"Kak Bianca kesini bukan untuk mencari keributan. Bianca kesini hanya ingin mengambil buku tabungan Bianca yang kakak ambil saat itu."Tutur Bianca membuat mata Agnes membelik tajam.
"Ckck Uang segitu untuk belanja ku satu kali pun tidak cukup."Tukas Agnes dengan berdecak pinggang.
"Tapi kak, Bianca sangat membutuhkan uang itu."Kata Bianca dengan penuh harap.
"Kau itu Bodoh atau Tuli! Cepat pergi dari sini."Pungkas Agnes seraya memanggil para pelayan untuk menyeret Bianca keluar dari ruangan tersebut.
"Kak Agnes! Kak Agnes tidak bisa melakukan hal ini kepada Bianca kak."Pekik Bianca saat tubuhnya di tarik paksa oleh beberapa pelayan.
Dan seperti biasanya Sang Ayah hanya
diam mematung melihat Bianca di perlakuan seperti itu. Tidak ada rasa belas kasihan ataupun cinta di kedua manik mata laki laki parubaya itu. Sang ayah hanya menatap Bianca dengan datar dan penuh kebencian.
Jangan lupa
Like
Comment
Rate
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Gracie
Thor dapet cerita dari mana sih sedih banget
2022-09-24
0
Gracie
Lanjuttttt Thorrrr
2022-09-24
0