Bianca menatap langit langit ruangan yang wanita hamil itu tempati. Entah sudah berapa lama wanita itu terjebak dalam ruangan sempit dan pengab tersebut. Wanita malang itu tiada henti hentinya mengeluarkan air mata. Tiada hari tanpa penderitaan dan air mata yang wanita hamil itu lalui. Seakan-akan Tuhan memang telah Tuhan mentakdirkan garis kehidupan seperti itu.
"Ya Tuhan Kenapa semua ini terjadi kepada ku."Lirih bianca dengan menatap dinding yang membatasi geraknya saat ini.
"Kenapa Tuan? Mengapa kebencian menutup hati nurani anda Tuan. Sehingga kebenaran yang ada di hadapan anda tidak terlihat."Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari kedua pelupuk matanya.
Bianca membaringkan tubuhnya di atas lantai gudang yang penuh debu. Wanita malang itu menatap langit langit ruangan itu dengan tatapan mata yang sulit untuk di artikan. Suara perut yang bergemuruh membuat Bianca tersenyum getir, Betapa kejam dan teganya Edward kepada wanita yang kini tengah mengandung darah dagingnya. Begitu fatalkah kesalahan yang wanita itu lakukan sehingga Edward memperlakukan dirinya layaknya seorang binatang peliharaan.
"Anak Mamah lapar?"Tutur Bianca dengan menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang keluar dari bibir mungilnya.
"Maafkan Mamah yang harus membawa kamu di dalam lingkaran kehidupan mamah yang penuh dengan penderitaan dan kesakitan ini."
Ucapnya dengan tangan yang mengusap permukaan perutnya.
Menangis? Seberapa lamanya dirinya menangis dan meratapi nasib akan takdir yang kini tidak berpihak kepada dirinya. Namun rasanya tangisan itu tidak mengurangi beban yang ada di dalam dadanya. Dan hati wanita itu kembali nyeri pada saat mengingat perlakuan kejam Edward kepada dirinya, laki laki yang berstatus sebagai suaminya dan ayah dari makhluk kecil yang tengah bersemayam di dalam rahimnya.
Tidak tahukah laki laki kejam itu?! bahwa perasaan wanita hamil itu lebih sensitif dari pada wanita pada umumnya. Tidakkah dia berpikir bahwa perkataan dan perbuatan kasar nya kepada dirinya akan membuat perasaan istrinya itu hancur?
Wanita hamil itu kembali memejamkan kedua matanya dengan erat, sehingga terlihat lipatan di antara kedua mata dan keningnya. Sungguh, ingin rasanya Bianca melupakan dan menghilangkan perasaan sakit dan kecewa yang kini tengah menyelimuti dirinya.
Ingin sekali rasanya Bianca berteriak dan bertanya kepada Tuhan kenapa semua ini terjadi kepada dirinya. Dan apakah masih ada harapan untuk dirinya merasakan kebahagiaan setelah semua penderitaan dan kesakitan yang selama ini menimpa kehidupan Nya.
"Sudah! Sudah cukup hari ini menangis nya Bianca."Pekik Wanita hamil itu menyeka air matanya yang mengalir membasahi kedua pipinya.
"Seberapa banyak pun kau menangis Bianca, Semua itu tidak akan pernah menghilangkan semua rasa sakit dan penderitaan yang tertanam baik di dalam hati begitu pun dengan ingatan mu."Wanita malang itu tersenyum getir atas semua yang terjadi kepada dirinya selama ini.
Perlahan lahan kedua manik mata milik Bianca pun tertutup dengan sendirinya. Dengan kedua tangannya tangan yang membelit erat perut Bianca yang terus menerus meronta ronta menginginkan sesuatu untuk di isikan. Bianca mengigit bibir bawahnya dengan sangat kencang seiringan dengan bunyi yang ada di dalam dirinya.
_
_
_
Edward duduk di atas kursi kebesaran nya dengan nafas yang terdengar sangat memburu, bahkan suara nafasnya terdengar begitu nyaring. amarah di dalam diri Edward selalu saja menyala dan memuncak pada saat berhadapan dengan Bianca.
"Sialan kau Ja*ang!"Umpat Edward dengan segala makiannya yang lontarkan kepada wanita malang itu .
Amarah Edward selalu saja tersulut saat berhadapan dengan seorang wanita yang telah menghancurkan kehidupan Nya. Seorang wanita yang rela menghancurkan kehidupan seorang wanita lainnya hanya demi kepentingan pribadi nya.
"Tu-tuan."Suara pak Jang seketika itu juga membuyarkan lamunan Edward.
"Ada apa pak Jang?"Tanya Edward dengan nada penuh kemarahan. Laki laki itu memijat pelipisnya karena rasa pusing yang menyerang kepalanya.
"Anda baik baik saja Tuan Muda? Apakah saya perlu memanggil dokter Andreas Untuk memeriksa Anda?"Tanya pak Jang yang melihat Edward memijit pelipisnya.
"Tidak perlu pak Jang. Saya baik baik saja." Jawab Edward sembari menyandarkan kepalanya di kursi kebesarannya."Untuk apa pak Jang kesini? Adakah hal penting yang pak Jang akan bicarakan?"Imbuh Edward mata yang menatap pak Jang yang berdiri di hadapannya.
Pak Jang pun mengatakan kepada Edward, bahwa ada Asisten kai yang menunggu Edward di luar sana. Karena Asisten kai tidak berani masuk ke dalam ruangan kerja Edward tanpa seizin dari Tuannya tersebut.
"Izinkan Kai masuk pak Jang."Titah Edward langsung di angguki oleh Laki laki parubaya itu.
"Baik Tuan Muda..."
"Anda benar benar baik saja kan Tuan Muda? Ataukah anda membutuhkan sesuatu? Saya lihat Anda belum sempat sarapan tuan muda!" Tutur pak Jang dengan nada yang penuh dengan kekhawatiran.
"Untuk saat ini Saya tidak memerlukan apapun pak Jang."Balas Edward dengan menyipitkan matanya karena rasa pusing semakin menjadi jadi mendera dirinya."Namun bisakah Tiga puluh menit lagi pak Jang membawakan aku Makan?"Katanya.
"Baik tuan muda."Jawab pak Jang sembari melangkahkan kakinya menuju keluar dari ruangan kerja milik Edward.
Kini Edward tengah duduk di atas sofa yang langsung berhadapan dengan Asisten kai. Beberapa waktu yang lalu Edward memberikan perintah kepada Asisten kai Untuk mencari latar belakang kehidupan Bianca dan dalang dari kejadian malam itu. Entahlah Edward merasa bahwa Bianca tidak sendirian dalam menjebak Edward. Ada beberapa orang di belakang Bianca untuk membantu mempermudah jalanan rencana malam itu.
"Bagaimana? Apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang aku berikan?"Tanya Edward dengan menatap datar laki laki yang sedang duduk di hadapan nya.
"Saya sudah menyelesaikan tugas yang Anda berikan kepada saya Tuan Muda!"Jawab Asisten kai dengan cepat dan penuh percaya diri."Anda bisa melihat hasil kerja saya Tuan" Imbuh lelaki tersebut dengan menerbitkan senyuman hambar ke arah Edward.
"Apakah kau tidak melakukan kesalahan walau sedikit pun? Kau tahukan seberapa besar hukuman yang akan kau dapatkan jika kau melakukan kesalahan sekecil apapun?!"Tutur Edward dengan penuh penekanan.
"Anda bisa mempercayai saya Tuan."Jawab Asisten kai dengan cepat membuat Senyuman kepuasan terlihat jelas di bibir Edward.
"Lalu kau sudah mengetahui siapa saja orang yang telah membantu wanita itu untuk menjebakku malam itu?"Tanya Edward membuat Asisten Kai menelan Savila nya susah payah.
"Maafkan saya Tuan Muda."Entahlah setelah mengatakan hal itu tiba tiba saja Asisten kai merasa Atmosfer di dalam ruangan itu berubah dan membuat tubuh Asisten Kai meremang.
"Apa maksud dari perkataan mu sialan..!!"Pekik Edward dengan membolakan kedua matanya.
"Sepertinya mereka mengetahui bahwa Anda, akan melakukan penyelidikan tentang malam itu. Sehingga mereka mengantisipasi nya dengan menghapus semua rekaman Cctv di hotel maupun jalan yang anda lewati Tuan." Ujar Asisten Kai membuat Amarah Edward kembali tersulut karena Nya.
"Ja*lang Sialan...!!"Desis Edward dengan nafas yang memburu dan kilatan kilatan Amarah terlihat jelas di sorot mata laki laki itu.
"Maafkan saya Tuan."Ucap Asisten Kai penuh penyesalan karena untuk pertama kalinya laki laki itu gagal menjalankan tugas yang di berikan oleh Edward.
"Pergilah! Dan cari semua bukti bukti maupun saksi Yang berkaitan dengan malam itu. Bila perlu kerahkan semua anak buahmu dan para hacker untuk mencari tahu kebenaran apa yang terjadi di malam itu dan orang orang yang terlibat di malam itu."Titah Edward dengan menggebu-gebu.
"Baik Tuan..."Jawab Asisten kai.bLaki laki kepercayaan Edward itu pun segera pergi meninggalkan sang Tuan mendengar titah yang telah di berikan kepalanya.
"SIALAN KAU JA*ANG...!!"Sentak Edward setelah Asisten Kai pergi meninggalkan ruangan nya.
"Akhhh..."Laki laki itu menghempaskan semua barang barang yang ada di hadapan Nya. Tanpa terkecuali sebuah Laptop yang berlogo Apel di gigit menjadi korban kemarahan dari Edward.
"Takkan ku biarkan kalian hidup dengan tenang setelah menghancurkan ku! Terlebih lagi kau Bianca Jackson. Akan ku buat kehidupan mu bagaikan neraka penuh penderitaan dan kesakitan, Sehingga kau lebih baik mati dari pada hidup di dunia ini."Desis Edward dengan senyuman smirknya.
"Kau dimana Sayang?"Edward membelai foto seorang wanita yang selama ini menjadi profil di handphone Nya. Laura kekasihnya, Wanita yang di cintai oleh Edward itu hilang bagaikan di telan bumi setelah pernikahan mereka gagal. Bahkan perusahaan keluarga Laura pun kini sudah beralih tangan kepada seseorang yang Edward pun tidak mengetahui Nya. Bukan Edward tidak mencari keberadaan sang kekasih, sudah puluhan anak buah Edward ataupun detektif Edward kerahkan untuk mencari keberadaan Laura, Namun hasilnya tetap gagal. Laura menghilang bagaikan di telan oleh bumi.
_
_
_
Derap langkah suara sepatu pantofel berbenturan dengan lantai marmer rumah milik Edward, semakin mendekat ke arah ruangan yang dirinya tuju semakin kencang pula dada berdegup. Sang empu menengok ke arah kanan dan kiri untuk mengetahui apa situasi di sekelilingnya.
"Aman."Gumamnya dengan Kedua matanya bergerak awas. Namun sang empu melupakannya sesuatu bahwa di setiap sudut rumah Edward telah terpasang Cctv yang tersambung langsung dengan handphone sang pemilik rumah.
Membuka pintu di ujung lorong yang begitu sunyi yang jarang sekali di lewati oleh penghuni rumah. Seorang wanita yang seharusnya menjadi nyonya rumah di rumah mewah milik Edward O'deon, namun harus terdampar di sebuah tempat yang tidak seharusnya dirinya tempati. Apalagi kondisi wanita tersebut tengah mengandung penerus dari sang pemilik rumah ini.
Hatinya tersayat melihat pemandangan yang ada di hadapan Nya. Akan tetapi dirinya hanyalah seorang pelayan yang tidak memiliki kekuasaan apapun untuk melawan Edward sang pemilik rumah. Dengan langkah yang perlahan-lahan sang empu melangkahkan kakinya menuju ke arah Bianca.
"Bianca."Seru sang empu dengan menaruh sebuah nampan yang sedari tadi di genggaman tangan. Bianca tidak merespon seruan dari wanita tersebut, Wanita malang itu terlihat enggan untuk membuka kedua kelopak matanya.
"Bianca Bangun."Di usap sekali lagi punggung rikuh Bianca. Bianca melenguh di dalam tidurnya. Merasakan sebuah tangan mengusap punggungnya sehingga membuat bianca terkesiap di dalam tidurnya. Kedua manik matanya madunya terbuka sempurna melihat siapa yang telah membangunkan dirinya.
"Kak Liza?"Pekik bianca dengan membolakan kedua matanya.
Jangan lupa
Like
Comment
Rate
Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Jayna
Please lanjut Thor
2022-09-23
0
Jayna
Lanjuttttt Thorrrr
2022-09-23
1