"Nona...!!"Panggil laki laki itu setelah turun dari pohon kelapa.
Namun wanita hamil itu tetap terdiam dengan kedua matanya menatap punggung tegap Edward yang perlahan mulai menghilang dari pandangan mereka.
"Nona Bianca...!!"Laki laki itu pun kembali memanggil nama bianca setelan berada di hadapan wanita hamil itu.
"iyaaa...!!"Bianca tersentak dengan cepat wanita itu menghapus air matanya dan menatap laki laki yang kini tengah memegang buah kelapa keinginan nya.
"Sudah kak..?"Tanya Bianca tanpa menatap laki laki yang ada di hadapannya.
Laki laki itu y menganggukkan kepalanya. "Anda baik-baik saja Nona?"Tanya laki laki itu dengan menatap Bianca penuh arti.
"Ya..?!"Bianca berpura-pura tidak mengerti arah pembicaraan dari laku laki itu.
"Tidak apa-apa Nona..."
"Terima kasih ya kak, sudah membatu Bianca."Sambung Bianca dengan tersenyum di paksakan.
"Anda tidak perlu sungkan seperti itu kepada saya Nona. Jika memang Anda memerlukan ataupun menginginkan sesuatu, Anda bisa memanggil Saya."Pungkas laku laki itu yang mengerti kondisi Bianca hamil seorang diri dan di benci oleh Ayah dari anak yang ada di dalam kandungannya..
Bianca menundukkan kepalanya."Ya Tuhan kenapa sakit sekali..."
"Kenapa hatimu begitu beku kepada kebenaran yang ada di hadapan mu Tuan. Sebenci itukah kamu terhadap kehadiran kami di hidup kamu? Sehingga begitu teganya kamu berlaku dan berkata kata kasar kepada wanita yang kini tengah mengandung darah daging mu."Guman Bianca di dalam hatinya dengan menahan isakan yang akan keluar
ri mulutnya.
"Nona Bianca...! Anda baik-baik saja?"Panggil laki-laki itu saat mendengar suara tangisan wanita hamil itu.
"Tidak apa apa kak. Bianca baik baik saja." Ucap Bianca tanpa menatap laki laki itu.
"Bianca pamit ke kamar ya kak. Dan sekali terima kasih atas bantuannya."Imbuh Bianca seraya pergi meninggalkan laki laki itu.
Bianca menundukkan kepalanya dengan cairan bening yang tidak henti hentinya keluar dari pelupuk matanya. Hatinya yang ringkih kembali hancur atas semua perkataan dan perlakuan kasar Edward kepada dirinya.
"Ya Tuhan mengapa sakit sekali."Lirih wanita malang itu dengan meremat ujung baju yang dia kenakan.
"Apa salahku Tuhan? Mengapa laki laki itu begitu kejam kepada ku? Tidak tahukah dia bahwa aku adalah korban dan pihak yang paling di rugikan atas semua situasi ini?" Tutur Bianca dengan isakan dan air mata di setiap kalimatnya.
Bianca berlari. Berlari sekencang kencangnya menuju kamarnya saat sudah masuk ke dalam rumah. Wanita itu tidak ingin kembali bertemu Edward dan mendapatkan kata kata kasar dari suaminya itu, Karena Bianca sudah tidak sanggup lagi untuk mendapatkan cercaan dan hinaan dari laki laki itu.
Bianca adalah korban dari situasi ini. Namun, mengapa semua orang menyalahkannya seolah olah bahwa lah pihak yang harus di salahkan. Mengapa semua umpatan, makian dan hinaan mereka lontarkan kepada dirinya. Bukan kepada Edward.
Bianca tidak akan pernah membenci apa yang telah di katakan maupun yang di perbuat Edward kepada dirinya. Karena Bianca tahu sejatinya Edward juga adalah korban dari seseorang yang tengah mempermainkan kehidupan Edward dan Bianca.
Hati Bianca selembut dan seputih salju, Bianca hanya diam membiarkan kemana arus hidup nya mengalir dan membiarkan sesuatu yang telah menjadi takdir kepada nya terjadi sesuai yang telah tuhan tuliskan di dalam takdir kehidupanya.
Bianca menenggelamkan kepalanya di antara kedua celah lututnya, hati Bianca hancur berkeping keping atas apa yang di ucapkan oleh Edward.
Tiada hari tanpa makian, bentakan, maupun umpatan bianca terima dari Edward Akan tetapi Bianca akan berlapang dada atas apa yang di katakan dan perbuatan oleh Edward.
Bianca tidak dapat menjabarkan bagaimana keadaan hatinya saat ini. Sungguh jika Bianca dapat memilih, Bianca ingin sekali pergi dari kehidupan nya saat ini, pergi jauh dari semua orang orang yang selalu memberikan luka dan penderitaan kepada dirinya, terutama pergi sejauh jauh mungkin dari kehidupan Edward.
Namun Bianca tidak dapat egois untuk saat ini. Bayi yang ada di dalam kandungan nya membutuhkan sosok ayah di dalam kehidupan Nya. Biarkanlah Bianca menderita asalkan bukan anaknya, karena Bianca merasakan tumbuh tanpa dampingan orang tua dan Bianca tidak ingin itu terjadi kepada anaknya.
"Auchh...."Bianca memekik lirih saat merasakan nyeri di bagian perutnya.
"Apakah kamu juga merasakan apa yang mamah rasakan sayang. Maafkan Mamah mu ya sayang, Bahkan pada saat kamu masih ada di dalam kandungan mamah, kamu harus merasakan kesakitan dan penderitaan yang mamah rasakan."Ucap Bianca dengan suara yang parau dan menyeka air mata yang keluar dari kedua pelupuk matanya.
_
_
_
Dentingan suara sendok memecah keheningan di dalam ruangan itu. Suasana ruangan itu begitu mencekam terlihat jelas dengan nafas yang memburu Edward berjalan menuju sumber suara yang membuat amarahnya memuncak di pagi hari seperti sekarang ini.
"Dasar wanita Sialan..!!"Pekik Edward melihat punggung wanita yang paling di bencinya yang kini tengah membungkuk di depan wastafel dengan tubuh yang bergetar.
Suara muntahan Bianca terdengar jelas di pendengaran Edward. Edward menarik tubuh Bianca dengan kasar sehingga membuat posisi wanita itu berhadapan dengan dirinya.
"Tu-tuan Edward..."Ucap Bianca dengan parau.
Edward melihat mata dan hidung Bianca yang memerah dan cairan bening di sudut matanya. Sudut hati Edward tersentil melihat keadaan Bianca Namun saat tatapan matanya menatap perut Bianca, Amarah laki laki kembali memuncak dan siap kapan saja melupakannya.
"Bisakah kau tidak membuat sedikit saja masalah sehari saja Hah..!!"Pekik Edward sehingga membuat tubuh wanita itu terjingkrak karena suara lengkingan dari Edward.
"Ma-maafkan Saya Tuan...!"Kata Bianca meskipun Bianca tidak tahu apa kesalahannya Bianca tetap meminta maaf kepada Edward.
"Maaf..! Maaf..! Apa kau tidak punya pikiran?" Sentak Edward dengan nafas yang memburu seraya mengguncang bahu Bianca dengan kasar.
"Tu-tuan Sakit..!"Jerit Bianca saat Edward mencengkeram pundaknya dengan begitu kencang
"Dasar manusia tidak berguna..!!"Desis Edward membuat tubuh mungil itu bergetar menahan tangisannya karena kembali mendapatkan kata kata kasar dari laki laki yang berstatus sebagai suaminya
"Apa kesalahannya saya Tuan? Sehingga Tuan begitu marah kepada saya?"Sahut wanita hamil itu dengan menatap mata Edward yang berdiri menjulang di hadapan nya.
"Kau masih bertanya kesalahan mu?!"Seru Edward dengan menajamkan suaranya begitu pun dengan tatapan matanya. Dengan kasar Edward menjambak rambut Bianca sehingga mau tidak mau Bianca mengikuti langkah laki laki itu.
"Akhhh...."
"Tuan lepaskan..!!"Pekik Bianca merasakan sakit yang teramat karena jambakkan Edward, Seakan-akan kulit kepalanya akan terlepas dan bianca merasa rambutnya rontok karena jambakkan tangan Edward.
Edward semakin mengeratkan jambakanya di rambut Bianca saat Bianca berusaha memberontak dan ingin melepaskan jambakannya. Sehingga membuat wanita hamil itu memekikkan suaranya kesakitan.
"A-apa kesalahan Saya Tuan? Sehingga Tuan begitu murka kepada saya?!"Tanya Bianca dengan rintihannya dan entah kapan air matanya sudah mengalir di kedua pelupuk matanya.
Dan kejadian itu di tonton langsung oleh para pegawai dan pelayan di kediaman mewah Edward. Hati nurani mereka bergejolak untuk membantu Bianca, Namun apalah daya mereka hanyalah seorang pelayan rendahan yang tidak bisa ikut campur dalam urusan sang majikan.
Edward menghempaskan tubuh Bianca dengan kasar, Sehingga membuat tubuh Bianca terhuyung ke belakang beberapa langkah karenanya.
"Tu-tuan...!!"Pekik Bianca yang hampir saja terjerembab akibat perbuatan kasar Edward.
"Sekali lagi aku mendengar suara muntahan mu yang menjijikkan itu. Akan aku pastikan kau akan mendapatkan balasan yang lebih menyakitkan dari pada yang ku lakukan saat ini kepada mu..!!"Seru Edward dengan sungguh sungguh membuat tubuh Bianca bergetar.
Setelah mengatakan hal itu Edward pergi meninggalkan seorang wanita yang tengah menangis karena perbuatan dan perkataan kasarnya.
"Apa salahku Tuhan..?"Lirih wanita itu dengan mengusap wajahnya dengan kasar.
Luruh sudah pertahanan Bianca saat Edward tidak terlihat lagi dari jangkauan penglihatan wanita itu. Bianca tidak tahu apa kesalahan yang telah dia lakukan nya kepada Edward, Sehingga membuat laki-laki itu begitu murka kepada dirinya.
"Bianca..!!"Panggil seseorang yang tidak asing bagi dirinya
Bianca mendongakkan kepalanya dan kedua manik matanya bersitatap dengan seorang wanita yang kini tengah berdiri di hadapan dirinya dengan sorot mata penuh kekhawatiran.
"Are you ok..?"Tanya dengan lirih wanita itu menyamakan posisi Bianca yang kini tengah terduduk di atas lantai.
"Kak Liza..."Lirih Bianca seraya menyeka air mata yang keluar dari kedua pelupuk matanya.
"Tidak usah menangisi Tuan Edward. Laki laki kejam itu tidak pantas mendapatkan air mata berharga mu itu..!!"Tukas Liza dengan seulas senyuman di sudut bibirnya.
_
_
_
Seperti hari hari biasanya Bianca mengayuh sepedanya untuk mengantarkan botol botol susu kepada pemiliknya.
Pandangan matanya kosong dan pikirannya berkelana entah kemana, Sehingga membuat wanita hamil itu tidak menyadari sebuah mobil mewah melaju dengan kecepatan tinggi berlawanan arah dengan Nya. Suara klakson dan pekikan orang orang di sekitarnya membuat Bianca tersadar. Namun, Semua terlambat jarak sepada Bianca dan mobil itu terlalu dekat sehingga Bianca tidak mengerem sepedanya. Bianca membanting sepeda nya ke kiri sehingga sepedanya tidak mengenal mobil mewah yang ada di hadapan Nya.
Bianca terjatuh dengan sepeda yang menimpa kakinya, sehingga membuat Bianca harus menahan nyeri di telapak tangannya dan kakinya yang tertimpa sepeda. Dan Warga di sekitar pun segera membantu Bianca untuk Bangkit.
"Aww..."Ringis Bianca seraya memejamkan matanya saat merasakan nyeri di sekitar kakinya.
BRAKK..!!
Suara gebrakan membuat Meraka semua mengalihkan atensinya. Terlihat seorang wanita berpakaian modis keluar dari mobil tersebut dengan wajah yang memerah padam.
"Si-siapa pemilik sepeda sialan itu?!"Seru wanita itu dengan suara yang menajam dan kedua tangan yang berdecak pinggang.
Deg
Bianca mematung di tempatnya saat mendengar suara yang begitu tidak asing di pendengaran nya.
"Suara itu..?"Lirihnya seraya mendongkakkan kepalanya dan manik mata bersitatap dengan wanita yang kini tengah menatapnya dengan tajam.
"KAU..."Pekik wanita itu dengan menunjuk Bianca yang kini kembali menundukkan kepalanya.
"Kenapa di tempat seluas ini. Aku harus kembali bertemu dengan Nya Tuhan."Guman Bianca seraya memejamkan matanya.
Wanita yang ada di hadapan adalah salah satu teman sekolah Bianca, yang selalu menghina dan membully Bianca bahkan tanpa segan bermain tangan kepada Bianca. Sehingga menyisakan trauma yang sangat mendalam untuk wanita hamil itu.
"Setelah sekian lama kita bertemu kembali Nona Yatim Piatu."Ujarnya dengan tersenyum menyeringai.
Tubuh Bianca bergetar. Namun wanita hamil itu berusaha melawan rasa takutnya dengan membalas tatapan wanita itu Sehingga kekehan terdengar dari bibir wanita tersebut.
"Kau sudah berani melawan heh."Ujarnya dengan menarik salah satu sudut bibirnya.
Wanita itu berjalan menuju Bianca Namun kedua matanya memindah penampilan Bianca dari atas hingga bawah. Namun kedua matanya terpaku terhadap perut Bianca yang membuncit di balik baju kebesaran yang di pakai oleh wanita hamil itu.
"Kau hamil..?!"Cetus wanita itu tanpa mengalihkan pandangannya dari perut Bianca.
Bianca pun memeluk perutnya dengan posesif Kedua matanya menatap tajam kepada wanita itu.
"Mau aku hamil ataupun tidak! Itu semua bukanlah urusan mu Nona Megan Alexander!" Tutur Bianca penuh dengan penekanan membuat seringai di sudut bibir wanita itu semakin terlihat jelas.
Jangan lupa Like Comment Rate dan Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Jayna
Lanjuttttt
2022-09-23
1
Jayna
Seruuuu😘😘😘
2022-09-23
1