Dentuman musik memekikkan telinga memenuhi ruangan di sebuah Club malam ternama di ibu kota. Lautan manusia menari dengan erotis tanpa mengenal batas antara laki-laki ataupun perempuan. Yang kaya ataupun yang miskin mereka menari meliuk- liukkan badannya mengiringi Seorang DJ perempuan yang sedang memainkan piring hitamnya dengan sangat estetik.
Di lantai atas tepatnya di sebuah ruangan VVIP terlihat sekumpulan pria sedang meminum minumannya dengan sangat rakus. Botol botol minuman berserakan di atas meja maupun di bawah lantai, bau alkohol menyerukan di dalam ruangan itu. Bahkan ada beberapa orang di antara mereka yang telah kehilangan kesadarannya akibat minuman minuman keras mereka.
Namun ada seseorang di antara mereka yang mengalami hal aneh yang terjadi di dalam tubuhnya. Yaitu Edward O'deon laki-laki yang sebentar lagi akan melepaskan masa lajangnya.
Laki-laki itu merasa tubuhnya begitu panas dan kepalanya terasa pening dan memutar- mutar, jantung nya berpacu dengan cepat dan gairah yang ada di dalam diri Edward tiba-tiba saja memuncak dan semua itu mengarah pada satu kejadian. Ada seseorang yang tengah dengan sengaja mencampurkan obat perangsang di dalam minumannya.
"****...!!"Umpat Edward berusaha bangkit dari posisinya.
"Sialan..!! Siapa yang sudah beraninya memberikan ku obat perangsang..!!"
Dengan langkah yang gontai Edward berjalan keluar dari dari ruangan tersebut.
Menyisakan teman temannya yang masih asik dengan kegiatan mereka masing masing. Tanpa Edward sadari sepasang mata tengah menatap ke arah laki-laki itu dengan penuh arti dan senyuman penuh kemenangan tercekat jelas di sudut bibirnya.
"Kena kau Edward..! Sebentar lagi Permainan akan segera dimulai."Lirih laki-laki itu dengan tatapan matanya tidak lepas melihat punggung Edward yang semakin menjauh.
Laki laki itu pun segera mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di dalamnya dan tidak lama kemudian terdengar suara seseorang di seberang sana.
"Bagaimana? Apakah sudah melakukan apa yang telah aku perintahkan?"Tanya laki-laki itu dengan mata yang tidak henti-hentinya menatap pintu ruangan yang kini tengah dia tempati.
"Semuanya berjalan sesuai dengan perintah Anda Tuan."Jawab seseorang di seberang sana membuat sebuah seringai semakin tercekat jelas di wajah tampannya.
"Bagus, Lanjutkan rencana selanjutnya dan cepat kau suruh wanita itu untuk keluar."Titah laki-laki itu kepada salah satu bawahannya.
"Baik Tuan...."
"Jangan sampai ada kesalahan sedikit pun yang kalian lakukan. Jika tidak, Maka bersiap siaplah kematian yang akan menanti kalian." Ancam laki-laki itu dengan sungguh sungguh sehingga membuat seseorang orang di seberang sana menelan Savilanya dengan susah payah.
Laki laki itu pun segera mematikan sambungan teleponnya tanpa mendengarkan balasan jawaban dari seseorang di seberang sana.
"Sedikit lagi Laura, Sedikit lagi Kau akan menjadi milikku Seutuhnya dan tidak ada satupun orang yang bisa memisahkan kita." Katanya dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Edward menyandarkannya tubuhnya di dinding lorong yang dia lewat, pada saat lagi- lagi kepalanya terasa berdenyut dan semua itu membuat Edward mengusap wajahnya dengan kasar.
"Laura..."Kini Edward menyesal seharusnya dia mendengarkan perkataan Laura yang melarangnya untuk pergi ke Club malam merayakan pesta lajangnya.
"Malam tampan...."Seorang wanita dengan pakaian yang begitu mini dan tipis sehingga menampilkan semua lekuk tubuhnya.
Wanita itu berjalan dengan berlenggak- lenggok menuju hadapan Edward. Baju yang wanita itu kenakan begitu menerawang dan di atas lutut dengan belahan dada yang rendah membuat Edward harus menahan sesak di pusat tubuhnya yang kian menegang.
"Sendirian aja..."Ucap Wanita itu setelah berada di depan Edward.
Edward hanya berdehem tanpa membalas perkataan wanita itu. Laki laki itu yang kini dalam pengaruh obat perangsang itu pun berusaha berpikir jernih akan situasi yang sedang dia hadapi.
Edward tahu bahwa ada seseorang yang berusaha menjebak dirinya, dengan memasukkan obat perangsang di dalam minumannya. Dan untuk saat ini Edward tidak mengetahui siapa dalang di balik kejadian yang menimpa dirinya saat ini.
"Mau saya temani?"Wanita itu semakin mendekat bahkan Edward dapat merasakan hembusan nafasnya.
Wanita itu semakin menjadi jadi bahkan dengan beraninya wanita itu mencium dan menji*at leher Edward dan menyesap nya sehingga meninggalkan jejak kemerahan di sekitar leher dan tengkuk laki laki itu.
"Shhh...!!"Desis Edward yang mulai terbuai dengan permainan wanita itu.
Laki laki tampak memejamkan matanya meresapi apa yang kini di inginkan oleh tubuhnya. Akan tetapi kedua mata Edward terbelalak saat bayang wajah Laura sang kekasih terlintas di benaknya.
"Lepas..!!"Desis Edward berusaha menahan gemuruh yang ada di dalam dirinya.
Wanita itu tidak mengindahkan peringatan Edward, dirinya tetap melanjutkan apa yang telah menjadi pekerjaan Nya. Bahkan tangan wanita itu sudah menjalar di bagian sensitif Edward.
"Pergilah, aku tidak ingin tubuhku di sentuh oleh wanita murahan seperti mu."Tukas Edward dengan suara penuh penekanan.
"Jangan munafik Tuan! Saya tahu anda pasti kesepian."Goda wanita itu dengan kerlingan nakalnya.
"Ckck..."
"Mari bermalam dengan saya Tuan." Wanita itu semakin gencar menggoda Edward.
Namun hal terduga Edward lakukan, Edward mencengkram tangan wanita itu sehingga membuat sang empu meringis kesakitan saat cengkraman Edward begitu kuat di tangan nya, Seakan-akan dengan cengkraman nya Edward dapat meremukkan pergelangan tangan wanita itu.
"Tu-tuan...!!"Wanita itu semakin ketakutan terlebih lagi melihat kilatan amarah di kedua mata Edward.
"Siapa Namamu..?"Tanya Laki-laki itu dengan menahan amarah yang membelenggu dadanya, karena walau bagaimanapun yang ada di hadapannya adalah wanita. karena pantang bagi Edward untuk bermain fisik dengan seorang wanita.
"Je-jessica Tuan... Akhh."Wanita itu memekik saat Edward semakin mencengkram tangannya.
Edward pun segera menghempaskan tangan wanita itu sehingga membuat tubuh wanita itu terbentur dinding yang cukup kuat.
"Pergilah Sebelum aku semakin berbuat kasar kepada mu."Seru Edward membuat tubuh wanita itu bergetar.
Wanita itu pun segera pergi meninggalkan Edward dengan tergesa-gesa, Sebelum Edward membuktikan perkataannya.
_
_
_
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan itu waktunya untuk Bianca mengakhiri pekerjaannya dan rutinitas sehari-hari nya .
Dan kini wanita itu tengah berdiri di sebuah halte untuk menunggu kedatangan angkutan umum. Namun sudah lebih dari lima belas menit, tidak ada satupun bus ataupun angkutan umum yang melewati halte tersebut.
Wanita itu menghela nafasnya dengan panjang saat rasa lelah kian mendera wanita itu. Guratan kelelahan nampak jelas di wajah cantiknya, Bagaimana tidak lelah wanita itu melakukan tiga kali pekerjaan dalam satu hari.
Himpitan keadaan membuat Bianca harus dewasa sebelum waktunya dan hidup nya yang begitu kejam membuat Bianca harus berusaha di atas kakinya sendiri.
"Kapan semua ini berakhir Tuhan..?!"Gumam wanita itu dengan helaan nafasnya.
Bianca mengalihkan pandangannya saat sebuah cahaya menyoroti wanita itu dan tidak lama kemudian Bianca mendengar suara deru mesin yang berhenti di hadapan Nya.
"Kak Christ..!!"Pekik Bianca dengan mengerjabkan kedua matanya dan dengan bibir yang mengerucut. Sehingga membuat laki laki itu tidak tahan untuk mengacak rambut Bianca.
"Kak Christ hentikan..!!"Seru Bianca dengan mencebikkan bibirnya membuat Christ tidak tahan untuk tertawa.
"Kenapa belum pulang? Ini sudah malam bianca. Tidak baik seorang wanita berkeliaran di malam hari seperti ini."Tutur laki laki yang bernama Christ dengan penuh penekanan.
"Bianca sedang menunggu angkutan umum lewat kak."Jawab Bianca tanpa berani menatap laki-laki yang ada di hadapannya.
Entah mengapa setiap berhadapan dengan laki laki itu membuat jantung Bianca berdetak kencang dan kedua pipinya bersemu.
"Sampai subuh pun, kau tidak akan menemukan bus ataupun angkutan umum lainnya."Pungkas Christ membuat Bianca mendongkakan kepalanya dengan kedua alis yang bertaut.
"Mengapa memangnya kak?"Kening wanita itu terlihat mengerut dan memiringkan kepalanya menatap Christ yang berdiri menjulang di depannya.
"Kau tidak tahu? Bahwa supir angkutan umum sedang mogok kerja dan melakukan demo besar-besaran di alun kota."Ucap Christ membuat Bianca membulatkan kedua matanya
"Benarkah..?"Bianca menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Apakah kau tidak mempercayai perkataan ku."
"Tidak bukan seperti itu Kak,"Kata Bianca dengan mengerucutkan bibirnya.
"Ayo Naik, Biarkan Kak Christ saja yang mengantarkan Bianca sampai ke rumah."
Ujar laki-laki itu seraya memberikan sebuah helm kepada Bianca.
"Tidak perlu kak! Bianca bisa pulang sendiri saja. Lagi pula arah rumah kak Christ dan Bianca berbeda jalur. Jadi Bianca tidak ingin merepotkan kak Christ untuk kesekian kalinya."Timpal Bianca dengan menyematkan senyuman paksa di sudut.
"Tidak merepotkan sama sekali Bianca, Ayo Naik ke motor kakak Sebelum malam semakin larut dan udara malam tidak baik untuk kesehatan mu."Seru Christ.
Namun Bianca tetap teguh pada pendiriannya untuk menolak ajakan Christ dan dengan segala bujukan dan rayuan akhirnya Christ mengijinkan Bianca pulang sendirian tanpa di Antar olehnya.
"Berhati-hatilah Bianca, Ingat Jika ada sesuatu yang mencurigakan Cepatlah berlari atau kau bisa telepon nomorku."Seru Kak Christ sebelum pergi meninggalkan Bianca.
Bianca menatap punggung tegap itu yang semakin jauh dari pandangan matanya. Sudut hatinya berdenyut saat punggung itu semakin menjauh tanpa mengalihkan pandangan ke arah dirinya.
"Sadarlah Bianca...!!"Wanita itu memukul kepalanya dengan sudut yang mengembun.
"Derajat mu dengan laki laki itu bagaikan langit dan bumi. Jadi janganlah berharap lebih kepada sesuatu yang tidak pernah kau gapai."Lirih Bianca dengan tersenyum kecut.
Bianca tidak bodoh, Bianca tahu rasa yang di miliki nya adalah rasa ketertarikan seorang wanita kepada lawan jenisnya.
Bianca pun tahu bahwa rasa yang di milikinya harus di kuburnya dengan sedalam- dalamnya Karena memiliki Christ ada sesuatu yang mustahil untuk dirinya dapatkan.
Terlebih melihat latar belakang kehidupan Bianca yang terlahir karena sebuah pemerkosaan, Membuat setiap orang tua harus berpikir ulang menerima Bianca menjadi menantu mereka.
Keheningan malam tidak membuat wanita malang itu menyurutkan langkahnya.
Kendaraan yang berlalu lalang menjadi pemandangan bagi Bianca, Namun tidak sepadat saat sang Surya menampakkan sinarnya. Bianca menghentikan langkahnya saat melihat seseorang yang tidak asing baginya.
"Bukankah itu laki laki yang tidak sengaja aku tabrak?"Ucap Bianca dengan mata yang tidak henti hentinya menatap Edward.
Bianca mengerutkan keningnya saat melihat sesuatu yang aneh kepada Edward."Apa dia mabuk?"Tanya bianca kepada dirinya sendiri.
Dan tidak lama kemudian Bianca melihat segerombolan pria berbaju hitam menghalangi jalan Edward. Melihat sesuatu yang tidak beres dengan situasi yang di hadapan nya membuat Bianca merasa Dejavu.
Jangan lupa Like Comment Rate dan Vote
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Jayna
Gak seru ni othor nya lama banget update nya
2022-09-22
0
Jayna
Update nya mana Thorrr
2022-09-22
0
Jayna
Lama banget update nya Thor
2022-09-22
0