Tok... Tok... Tok...
"Ziaaa... Cepat bangun Kita harus bersiap untuk jemput Zayn." pekik Faraz yang sudah berdiri di depan pintu kamar Zia.
Di dalam kamar, Zia dan Om Bryan masih panik tidak tau apa yang harus Mereka lakukan.
"Ziaaaa..." pekik Faraz lagi.
"Bagaimana ini Om?"
"Om juga bingung Zia."
"Om sih, Kenapa gak pergi sebelum subuh?"
"Om ketiduran Zia."
"Terus sekarang bagaimana, Jika Papa tau Om di kamar Zia, Bisa-bisa Zia langsung di tinggal di pesantren."
"Ziaaa! Bhrukkk... Bhrukkk.. Bhrukkk..."
"Ya, Tunggu Pa.."
"Cepatlah bersembunyi."
"Dimana?" Bryan berlari kesana-kemari mencari tempat bersembunyi.
Kemudian kembali mendekati Zia.
"Apalagi Om?"
"Bagaimana kalau Om katakan yang sebenarnya pada Papa Faraz jika kita saling mencintai?"
"Tidak bisa Om, Ini bukan momen yang tepat, Jika Papa tau Kita tidur bersama, Zia akan benar-benar di masukin pesantren kaya Kak Zayn."
"Zia! Sebenarnya apa yang kamu lakukan?" triak Faraz yang mulai hilang kesabaran.
"Om, Zia mohon bersembunyi lah."
Om Bryan mengangguk pasrah dan bersembunyi di bawah selimut.
Zia kembali menariknya dan menyuruhnya sembunyi di tempat lain,
Kemudian Om Bryan bersembunyi di samping ranjang yang memang ranjang itu tidak ada kolongnya, Namun Om Bryan membatalkannya, kemudian lari ke arah lemari dan bersembunyi di dalamnya.
"Zia kalau Kamu tidak keluar juga maka Papa akan..."
"Pa.." Zia membuka pintunya dengan tegang.
"Zia apa sih yang Kamu lakukan? Kenapa lama sekali membuka pintu?"
"Maaf Pa, Zia bangun kesiangan hehe."
Faraz melihat Zia penuh curiga.
"Lalu kenapa kamu ngos-ngosan begitu?"
"Zia-Zia habis mimpi buruk Pa, Mimpi di kejar hantu."
"Makanya kalau tidur baca Doa."
"Iya Pa, Zia lupa."
"Kalau begitu cepat ke bawah, Kita sarapan dan berangkat ke pesantren."
Zia mengangguk lega.
Krrekkk..
Zia membulatkan matanya mendengar suara lemari, Apa lagi Papanya kembali menoleh dan melihat ke dalam kamar penuh curiga.
"Suara apa itu?"
"Suara apa Pa, Zia gak denger apa-apa,"
Faraz terus menunggu suara itu kembali berbunyi dan mencoba masuk.
"E-eh Papa mau ngapain?"
"Papa mau memeriksa, Takut ada binatang berbahaya atau apa di kamar mu."
"Tidak ada Papa, Mana mungkin hotel bintang lima ada binatang berbahaya,"
"Biar Papa periksa sebentar Zia."
"Tidak usah Pa!"
"Zia, Ada apa dengan mu, Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari Papa?"
"Sesuatu apa Pa, Kita datang hampir pagi, Apa yang bisa Zia sembunyikan,"
"Lalu kenapa kamu terlihat khawatir kalau Papa masuk?"
"Bukannya khawatir Pa, Tadi kan Papa bilang sendiri kalau kita harus cepat bersiap untuk ke pesantren, Nanti kalau kesiangan kasian Kak Zayn."
"Ya, Kamu benar juga, Baiklah, Cepat kamu turun, Jangan lama-lama."
Zia menganggukan kepalanya dan menutup rapat pintunya.
Zia menyandarkan tubuhnya di pintu dan menghelai nafas lega, Kemudian berlari ke arah lemari untuk melihat keadaan Om Bryan.
"Hah... huff.." Om Bryan keluar dari dalam lemari dan merasa kehabisan nafas.
"Om, Om tidak papa?"
"Tidak Sayang, Om hanya merasa sesak, Engap banget di dalam."
"Ya udah Om cepat kembali ke kamar takut ada yang datang lagi."
"Iya Sayang," Om Bryan mengecup kening Zia dengan lembut.
"Kita ketemu di luar, Aktifkan ponselmu,"
"Baik Om."
Zia berjalan di depan Om Bryan mengawasi situasi, Setelah di rasa aman Zia menyuruh Om Bryan keluar dari kamarnya.
Kemudian Zia pergi ke lantai dasar untuk menyusul keluarganya bersarapan.
sekitar sepuluh menit berlalu Zia melihat Om Bryan yang menyusulnya dan duduk tidak jauh dari mejanya.
Om Bryan mengedipkan mata dan melempar senyum menggoda pada kekasih kecilnya.
Zia terseyum sambil terus menatap kearahnya hingga membuat Papanya curiga.
"Zia, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Faraz yang langsung menoleh ke belakang.
Om Bryan langsung menyembunyikan wajahnya menggunakan surat kabar.
"Zia ingat sesuatu yang lucu aja Pa, Kenapa sih Papa curigaan terus sama Zia?"
"Bukan begitu, Beberapa hari ini Papa ngrasa ada yang aneh aja sama sikap Zia."
"Ma dengerin tuh, Papa bawaannya curiga mulu sama Zia." rengek Zia berharap pembelaan.
"Mas kenapa sih protektif terhadap Zia, Perasaan sama yang lain nggak?" protes Lia yang membela putrinya.
"Sayang, Zia itu Anak perempuan, Mas harus mengawasinya lebih daripada mengawasi anak laki-laki."
"Iya tapi jangan sampai berlebihan, Jangan sampai Mas membuat Zia tertekan."
"Zia gara-gara Kamu, Papa dan Mama bertengkar kan?" bisik Zayd
"Biarin aja daripada Papa curiga terus sama Zia." Zia kembali menatap Om Bryan dan terseyum manis padanya.
Zayd menatap Zia dan melihat ke arah pandangnya dan betapa terkejutnya Zayd melihat Om Bryan yang tengah menikmati sarapan hanya berjarak beberapa meja di belakang Papanya duduk.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Yuli Silvy
🤣🤣🤣
2023-01-10
0
🌹🌺gemini🌺🌹
q degdegn loh bcax tkut ketahuan
2022-12-10
0
Ita rahmawati
laka wedine in si om 🤣🤣🤣
2022-12-08
0