Malam Hari 🌙
Zia tengah bersedih dengan memeluk gulingnya memikirkan Pria yang mencuri hatinya telah memiliki Anak dan istri.
Padahal ini pertama kalinya Ia merasakan apa yang namanya jatuh cinta. Namun belum juga cinta itu tumbuh, Ia harus merasakan patah hati karena sang pujaan hati telah memiliki istri.
Ceklekkk...!!!
Zia menyembunyikan kesedihannya melihat Papanya memasuki kamarnya.
"Sayang.."
"Kok Papa tungguin gak keluar-keluar dari kamar? Ada apa, Kamu lagi ada masalah?"
"Lagi gak mood aja Pa."
"Kemarin semangat banget, Kok sekarang jadi murung begitu."
"Sepi aja Pa, Kak Zayn dak Zayd belum pulang." ujar Zia beralasan.
"Sama Papa sama Mama aja yuk."
Zia mengangguk dan beranjak duduk.
"Oh ya Pa, boleh tanya gak?"
"Apa?
"Om Bryan udah nikah ya?"
"Udah, Tapi istrinya sudah meninggal."
"Hah, Apa! Jadi istrinya sudah meninggal?"
"Kok Kamu kelihatan seneng denger ada orang meninggal?"
"E-e Bukan gitu Pa, Aku hanya terkejut saja, Tadi Om Bryan cuma bilang udah nikah, Gak bilang istrinya udah meninggal."
"Udah meninggal lama, Anaknya aja seumuran Kakak mu."
"Apa! Kalau umur Anak Om Bryan sudah 18th Om Bryan umur berapa, Kok gak kelihatan tua?"
"37 atau 38 Papa lupa, Emang kenapa sih tanya-tanya, Jangan bilang Kamu naksir sama Om Bryan."
"Hagh! Ya, Enggak lah Pa, Masa naksir sama Om Om." Zia memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan perasaannya.
Setelah menggali informasi dari Papanya, Kini Zia berpindah ke kamar Papa Mamanya. Zia sengaja bermanja-manja dengan kedua orang tuanya untuk mencari nomer ponsel Om Bryan dari ponsel Papanya. Setelah melihat Papa dan Mamanya lengah, Zia mengambil ponsel Papanya dan menyembunyikan di belakang badannya. Kemudian Zia langsung beranjak bangun dan meminta izin untuk kembali ke kamarnya.
"E-e Papa, Mama, Zia kembali ke kamar ya, Udah ngantuk."
"Baiklah, Selamat malam Sayang." saut Faraz yang langsung naik ke tempat tidur. Sementara Zia langung berlari ke kamarnya dan membuka ponsel Papanya. Zia mulai mencari kontak Om Bryan diantara ratusan kontak yang tersimpan.
"Sayang ponsel Mas mana sih?" tanya Faraz sembari mencari-cari di bawah bantalnya.
"Tadi ada di situ deh,"
"Gak ada."
"Coba cari di luar, Kali aja ketinggalan di luar."
"Baiklah, Bentar ya." Faraz keluar dari kamar untuk mencari ponselnya.
Dengan senyum lebar Zia melompat kegirangan karena telah berhasil mencatat nomor Om Bryan di ponselnya.
Ingin rasanya Zia berteriak saat itu juga. Namun Ia masih memikirkan harus mengembalikan ponsel Papanya, Ia pun segera keluar dan begitu terkejut melihat Papanya sudah berdiri di depan pintu.
"Pap-pa.."
"Zia, Mau kemana lagi?"
"E-e mau, Mau ke-ke kamar Papa, E-e ini, Ponsel Papa ketinggalan." Zia menyodorkan ponselnya.
"Pantas saja Papa cari gak ada, Taunya di kamar mu."
Zia menghelai nafas lega karena Papanya tidak curiga kepadanya.
Namun baru saja Zia melangkah masuk, Faraz kembali menghentikannya
"Tunggu!"
Zia kembali menoleh ke belakang.
"Bagaimana bisa ponsel Papa di kamarmu?"
"A-e... Tadi kan Papa ke kamar Zia."
Faraz mengernyitkan keningnya mengingat-ingat.
Sementara Zia langsung menutup pintunya.
"Perasaan Aku gak bawa ponsel deh." batin Faraz Kemudian mencebikan bibir sembari mengangkat kedua bahunya.
•••
Keesokan harinya setelah pulang sekolah Zia mampir ke kantor Om Bryan untuk menemuinya.
Perasaan rindu yang tidak bisa Ia tahan lagi, Membawanya ke sana meskipun cuaca di luar sedang hujan deras.
Zia meminta supir mengantarnya sampai gerbang dan menyuruhnya pulang, Kemudian Zia berlari masuk di tengah hujan, Namun langkahnya di hentikan oleh Satpam untuk mempertanyakan alasannya datang ke kantor.
"Saya adalah Putri dari Faraz Shehzad Shaikh, Rekan kerja Tuan Bryan. Jika Anda tidak percaya, Anda bisa menanyakannya padanya.
"Tunggu sebentar." Satpam masuk ke Pos dan menghubungi Tuan Bryan.
Bryan yang mengangkat ponselnya Menyalakan CCTV di layar komputernya, Bryan begitu terkejut melihat Zia yang sedang berdiri di samping Pos Satpam di tengah derasnya hujan.
"Zia..." Bryan berlari dari ruangannya dan segera menghampiri Zia.
"Zia apa yang sedang kamu lakukan disini?" tanya Bryan yang langsung memakaikan jasnya.
Belum sempat Zia menjawab, Bryan menitah Zia masuk ke kantornya dan mengajak ke ruangannya.
Zia menggengam kerah jas Om Bryan yang menutup tubuhnya hingga sepanjang lutut.
Kemudian Bryan mengambilkan handuk kecil dan memberikannya pada Zia.
"Keringkan rambutmu biar tidak masuk angin."
Zia mengangguk dan duduk di sofa.
Kemudian mulai mengeringkan rambutnya.
"Zia ngapain hujan-hujan ke sini?"
"Pingin mampir aja Om, Kebetulan lewat sini, hehe."
"Terus Papa Faraz tau nggak kalau Zia kemari?"
"Nggak Om, Jangan bilang-bilang Papa ya."
"Jangan bilang Zia tau alamat kantor Om dari kartu nama yang Zia curi dari Papa,"
"Hehehe." Zia hanya menggaruk-garuk kepalanya.
Bryan terseyum menggelengkan kepalanya.
Kemudian duduk di depan Zia dengan meja setinggi lutut sebagai penghalangnya.
"Zia udah tau kan Om sudah tua dan memiliki putri yang satu tahun lebih tua dari Zia?"
Zia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat.
"Zia masih sangat muda, Masih harus belajar dan memiliki pandangan luas untuk hal cinta,"
"Maksud Om?"
"Maksud Om, Zia bisa mencari Pria yang sebaya dengan usia Zia."
"Kok Om tau kalau Zia suka sama Om?"
Bryan tertawa melihat mimik wajah Zia yang begitu polos meskipun Ia langsung menebak jika Zia menyukainya.
"Dari mana Om tau?"
"Om sudah cukup berpengalaman memahami karakter gadis yang menyukai Om."
"Emang banyak banget ya yang suka sama Om?"
Bryan hanya tertawa mendengar pertanyaan Zia.
Sedangkan Zia merasa sedih karena melihat Om Bryan yang terlihat sama sekali tidak tertarik padanya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Yuliana Purnomo
tambah lemes aja nihh Zia,, secara Brian terang2an,, melemahkan niat hatinya untuk menyukai temn papa nya ini
2025-01-02
0
Ita rahmawati
klo msih 38 thn nerarti duluny bryan nikah muda dong y 🤔🤔🤔🤔
2022-12-08
4
Kth30
astagaaa🤣
2022-10-26
0