Bryan mengirimkan pesan pada Zia jika Ia akan pulang karena merasa tidak enak jika terus menginap di rumahnya.
Setelah itu Ia keluar menemui Faraz dan Alia untuk berpamitan.
Zia yang telah membaca pesan Om Bryan bergegas turun menemuinya.
"Terimakasih Tuan Faraz, Terimakasih Nyonya Alia."
"Sama-sama Bryan, Jangan sungkan jika ingin menginap lagi."
Bryan mengangguk dan melirik Zia yang berdiri menatapnya dari kejauhan.
Setelah meninggalkan rumah Faraz, Bryan menghentikan mobilnya di tepi jalan dan menghubungi Zia. Namun belum sempat panggilannya tersambung Pintu mobilnya di ketuk.
Bryan menutup ponselnya dan membuka jendelanya.
"Om..."
"Zia, Kamu mengikuti Om?"
Zia mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tawa cerianya.
"Masuklah Sayang."
Zia langsung berlari memutar dan masuk ke dalam mobil Om Bryan.
Zia menghadap Om Bryan dengan tatapan yang menggebu-gebu.
Begitupun pun dengan Om Bryan, Rasanya ingin terus bersama kekasih kecilnya yang selalu membuat dirinya bersemangat.
Zia melingkarkan kedua tangannya ke leher Om Bryan dan menarik ke arahnya hingga Om Bryan harus mencondongkan tubuhnya.
kemudian Zia mencium pipi Om Bryan dengan malu-malu.
Om Bryan terseyum dan mencubit pipinya dengan gemas.
"Dasar gadis nakal." ucapnya tertawa.
Dari luar mobil, Arah yang berlawanan terlhat David memperhatikan kedua sejoli itu yang tengah bercum'bu mesra dengan tawa saling menggoda.
David mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya.
Dengan kesal Ia memukul stir mobilnya.
"Kita lihat saja Zia, Bagaimana reaksi Papa mu saat mengetahui dirimu berpacaran dengan Pria dewasa yang lebih pantas menjadi Ayahmu."
"Apa Kita harus terus sembunyi-sembunyi seperti ini?" tanya Bryan sembari mengusap bibir Zia yang basah karenanya.
"Untuk sementara waktu saja Om, Setelah Zia lulus, Kita beritahu Papa."
"Itu terlalu lama Sayang, Om ingin bebas menemui mu tanpa rasa takut ketahuan."
"Lalu bagaimana dengan Anak Om?"
"Om akan bicara dengannya, Hari ini Dia pulang."
"Bagaimana jika Anak Om tidak setuju?"
"Om akan berusaha meyakinkannya, Kamu jangan khawatir."
Zia mengangguk lega dan kembali memeluk Om Bryan.
•••
Bryan sampai di rumahnya dan terkejut melihat Bella bersama Anita sedang bersenda gurau di ruang tengah.
"Bella..."
"Eh, Pah.." Bella langsung berlari memeluk Papahnya.
"Kok sama Tante Anita?" lirih Bryan.
"Loh kenapa, Tante Anita kan yang menjemput ku di bandara."
Bryan menghelai nafas panjang dan menatap kesal Anita.
"Papah ada masalah sama Tante Anita?"
"Nanti Papah ceritain, Sekarang masuklah istirahat, Papah ingin bicara pada Tante Anita."
"Baiklah."
Setelah melihat putrinya masuk, Bryan berjalan mendekati Anita yang berdiri melempar senyum penuh arti padanya.
"Apa yang Kamu lakukan di sini?" Bryan mencengkeram lengan Anita dengan kesal.
"Kenapa Bryan, Aku menjemput putrimu, Seharusnya Kamu berterimakasih kepada ku, Kamu saja yang jadi Papahnya sibuk mengejar gadis kecil itu."
"Tutup mulutmu Anita, Aku sudah pernah mengatakan, Jangan pernah campuri urusanku dan jangan pernah lagi mendekati putriku, Hubungan Kita sudah selesai setelah kamu berselingkuh dariku!"
"Itu bukan kesalahanku, Aku berselingkuh karena Kamu tidak pernah memberiku kepastian kapan Kamu akan menikahiku, Jadi..."
"Jadi untuk apa Kamu kemari? Bukankah Kamu tau selama ini Aku tidak pernah mencintaimu? Aku menjalani hubungan dengan mu karena putriku, Sekuat hati Aku menerima hubungan Kita demi putriku dan berharap Kamu bisa jadi Ibu yang baik untuknya karena Bella sangat menyayangi mu, Tapi apa kenyataannya, Kamu tidak benar-benar menyayangi Bella, Kamu hanya berpura-pura menyayanginya demi kepentingan mu, Benarkan?"
"Kepentingan apa yang Kamu bicarakan?"
"Kamu yang tau jawabannya."
"Bryan Kamu salah faham pada ku, Aku benar-benar mencintai mu, Aku juga benar-benar menyayangi Bella, Aku..." Anita menghentikan ucapannya mendengar ponselnya berdering.
Anita menjadi panik melihat layar ponselnya.
"Apa itu selingkuhan mu?" tanya Bryan terseyum smirk.
"Bryan ini hanya..."
"Keluar dari rumahku dan jangan pernah kembali lagi!"
"Bryan Aku bisa menjelaskan."
"Aku bilang keluar!" Bryan menyeret Anita dan menghempasnya dengan kasar.
"Bryan, Brhuk... Brhuk.. Brhuk..." Anita mencoba menggedor pintu namun Bryan tidak memperdulikannya.
Bella yang mendengar keributan keluar dari kamarnya.
Bryan menatap putrinya dan menoleh ke arah pintu keluar yang masih terus di gedor.
"Ada apa Pah? Kenapa Papah mengusir Tante Anita?"
"Sayang, Tante Anita tidak baik untuk Kita, Dia hanya berpura-pura baik kepadamu."
"Lalu menurut Papah gadis kecil itu yang baik untuk Kita?"
Bryan terkejut mendengar putrinya yang telah mengetahui hubungannya dengan Zia.
"Sayang... Darimana Kamu tau tentang Zia?"
"Jangan sebut namanya di depanku!"
"Bella..."
"Aku tidak pernah menyangka Papah akan lebih memilih gadis kecil itu daripada Tante Anita yang sudah bertahun-tahun Kita kenal."
"Sayang Papah bisa jelaskan."
"Tidak perlu! Tante Anita sudah menceritakan semuanya." Bella meninggalkan Papahnya dengan kesal.
"Bella... Bella..." Bryan mencoba mengejarnya namun Bella langsung menutup pintunya dengan kencang.
Bryan menghentikan usahanya dan kembali ke kamar.
Rencananya untuk memberitahu hubungannya dengan Zia secara perlahan gagal karena Anita telah memberitahukannya yang mungkin dengan cerita yang berbeda sehingga membuat Bella marah padanya.
Kemudian Bryan masuk ke kamar mandi dan merendam tubuhnya di air hangat untuk menenangkan pikirannya. Namun bukannya tenang, Wajah Zia terlintas saat Ia memejamkan matanya.
Pikirannya melayang jauh membayangkan betapa nikmatnya berendam bersama dengan kekasih kecilnya tersebut.
"Arrrgghhhh apa yang ku pikirkan." ucapnya kesal pada pikiran kotornya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Gadis KECIL tapi TULUS ,Dari DEWASA tapi MUNAFIK buat apa coba..
2024-10-07
0
Qaisaa Nazarudin
Harusnya Bella liat dan dengerin semua itu, Jangan langsung beneran masuk ke kamar..
2024-10-07
0
Qaisaa Nazarudin
Anita juga pasti gak akan gampang melepaskan kamu,Apalagi Rivalnya cuman Bocil...
2024-10-07
0