“Ha... Ini makin aneh saja." Anto yang tahu kenapa mereka berlima bersikap begitu padanya. "Sepertinya, mereka menganggapku Master hebat gara-gara minuman yang kubuat sebelumnya.” Anto yang sudah tau kenapa mereka bersikap begitu padanya sambil melihat mereka yang masih memberi hormat padanya. "Sepertinya akan sulit untuk menyelesaikan masalah ini." Pikr Anto yang sudah terlibat terlalu jauh pada tamu nya yang mengira dirinya seorang Master hebat. “Kemana kalian pergi?” Tanya Anto dengan sopan sambil melihat reaksi yang akan di tunjukkan mereka.
“Kami pergi untuk belanja, seperti yang Master katakan.” Jawab Roy dengan sopan sambil menundukkan kepalanya. Anto yang sangat di hormati oleh mereka hanya bisa terdiam dan tetap lanjut saja jadi Master bohongan untuk sementara sampai dia menjelaskannya.
“Ini jadi hari yang tidak akan pernah ku lupakan.” Anto yang semakin bingung dengan sikap mereka dan juga tidak tahu cara yang tepat untuk membenahi masalah yang di timbulkannya. “Kalian, masuk dan kita bicara di ruang tamu,” Ajak Anto sambil berjalan terlebih dahulu masuk ke dalam rumahnya. "Ini akan jadi hal yang merepotkan." Anto yang pelan masuk ke dalam rumahnya.
Mereka berlima, mengikuti Anto dri belakang dan masuk pelan masuk ke dalam rumah dan tidak mendahuluinya. Setelah beberapa meter berjalan, mereka semua sampai di ruang tamu. “Kalian duduk duluan saja.” Anto menyuruh kelima orang tamu dengan sopan pada mereka.
“Baik.” Merek berlima menjawab dengan sangat formal dan juga tergas. Anto yang melihat itu hanya diam terpaku karena sudah terlanjur.
“Ah… Kenapa jadi seperti ini?" Anto yang melihat tamu nya sangat formal sekali bicara padanya dan juga sambil meliihat mereka berlima duduk di sopa mereka sebelumnya "Aku harap, mereka cepat tahu tentang ini diriku yang cuma bocah 5 tahun saja.” Pikir Anto sambil meninggalkan mereka menuju ruang makan. Anto yang jalan ke ruang makan berpikir renacanya sendiri. “Sepertinya, aku harus segera membuatnya.” Guman Anto dengan wajah serius menuju arah ruang makan dengan langkah pelan.
Anto yang berjalan ke ruang makan, sampai dalam waktu singkat dan tidak terlalu lama. Anto di sana pergi langsung ke meja makan dan kemudian mengambil ayam goreng di atas meja setelah itu, kembali ke ruang tamu. Anto membawa ayam goreng yang cukup banyak itu ke ruang tamu. Anto terdiam saat mengingat mereka terlalu cepat kembali dan juga dengan mambawa terntara seperti itu. "Kata mereka tadi belanja! Tapi, tadi aku tidak melihat bahan makanan yang mereka bawa. Ke mana mereka belanja sebenarnya." Anto yang mengingat saat mereka berlima hanya membawa diri mereka saat masuk ke rumah.
Anto lanjut jalan dan setelah beberapa meter berjalan, Anto sampai di ruang tamunya. Kelima tamunya langsung melihat ke arah Anto yang datang dengan membawa piring. Tatapan mereka berubah ke arah ayam goreng yang di bawa Anto. Anto tidak tersenyum saat masuk ke euang tamu lalu duduk di sopanya. “Mana bahan makanannya?” Tanya Anto pada mereka semua yang sedang melihat ke arah ayam gorenga yang di bawa Anto. Mereka berlima langsung berdiri tegak saat Anto selesai bertanya. Kemudian Roy berjalan pelan ke arah Anto yang masih berdiri di dekat meja tamu. Setelah dekat dengan Anto, Roy merogoh kantung sakunya.
“Ini master.” Roy menyerahan sebuah kubus kecil pada Anto.
"Kubus?" Anto yang tidak mengerti kenapa Roy membertinya kubus itu sambil mengambil dari tangannya.
“Itu cincin penyimpanan.” Roy dengan sopan menjelaskan singkat.
“Cincin penyimpanan?” Anto yang sedikit kaget saat mendengar perkataan Roy. Tentu saja Anto langsung tahu saat di sebut cincin penyimpanan. Dlaam komik dan novel yang pernah di bacanya, itu merupakan penyimpanan ruang kecil tergantung siapa yang membuatnya. “Jadi apa isinya?” Tanya Anto dengan santai dan juga ekpresi biasa saja.
“Semua yang anda katakan master." Jawab Roy dengan singkat. "Meski itu tidak sebandingn dengan apa yang anda berikan kepada kami” Roy menambshkan dengan tegas sambil bersikap sangat sopan pada Anto.
"Tidak berharga!" Anto yang bingung dengan ucapa Roy yang menganggap cincin itu tidak berharaga "Cincin ini baru lebih berharga dari bahan makanan yang ku minta. Kenapa mereka memberikan hal seperti ini?" Anto yang tidak mengerti denga kelima tamunya yang besikap biasa saja, setelah memeberikan hal berhaga pada dirinya. “Sepertinya kalian semua salah paham tentang ku. Aku bukan master seperti yang kalian pikirkan itu.” Anto dengan tenang menjelaskan dan juga dengan wajah yang begitu tegas.
"Kami tau itu." Jawab Roy dengan bersikap sopan pada Anto. Anto lega dan merasa baikan dengan perkataan Roy yang terdengar percaya. "Master memang bukan orang seperti itu, maka nya kami berusaha membalas perlakuan Master pada kami dengan sangtaatulus." Roy menambahkan dengan senyum yang terlihat bahagia di wajahnya saat berbicara begitu pada Anto.
"Hah...!" Anto yang tahu bahwa kesalah pahaman mereka sudah sangat besar sekali, tidak bisa menjelaskan lagi kalau dirinya itu bukan Master yang di anggap mereka. "Ini tidak akan jadi hal yang rumit." Anto yang merasa tidak tau harus melakukan apa karena mereka sudah melakukan kesalah pahaman besar padanya. "Terus, Ini berapa harganya?" tanya Anto dengan sopan pada Roy di depannya.
“Untuk saat ini haeganya cuma 1 triliyun dan bisa isi minimal seisi rumah 3 lantai.” Jawab dengan santai Roy.
“Triliyun!" Anto kaget saat mendengar jawaban Roy yang terlihat biasa saja saat mengucapkannya "Tapi, apa itu triliyun?" Anto yang belum tau tingkatan mata uang di duniananya. "Sudahlah. Nanti ku cari tau saja.” Anto yang masih bersikap tenang meski tidak tau harga sebenarnya dari cincin yang di bawanya. “Jadi apa saja isinya?” Tanya Anto dengan tenang dan juga tidak peduli lagi dengan harga yang di maksud oleh Roy.
“Master bisa mengeceknya sendiri, apa saja yang ada di dalamnya.” Bicara Roy dengan tenang dan terus bersikap sopan pada Anto.
“Baiklah, akan ku lihat sendiri.” Dengan sopan Anto membalas perkataan Roy “Study!” Anto menggunakan Skil dengan mengguakan imajinasinya. Anto mengetahui kalau kubus kecil itu terbuat dari bahan baku yang sangat tidak sederhana dan hanya bisa di buka oleh orang yang sudah di bri izin dan jika yang membukanya bukan orang yang di beri ini, kotak itu akan langsung meledakkan diri. "Ini bukan kotak cincin biasa." Anto yang sudah tau cara membuka kotak itu sekaligus mendapat info yang sangat tidak terduga dan juga pengetahuan baru.
Setelah tau cara membukanya, Anto dengan pelan menekan tombol di atas kubus yang berpola kecil. Setelah Anto menekannya, sebuah alat pemindai muncul dan menscan Anto. Anto sedikit kaget saat alat itu mensecennya secara tiba-tiba.Namun, Anto dengan tetap tenang dan menjaga kondisi dengan tetap tenang meski agak kaget. Setelah beberapa saat, alat itu berhenti menscan dan membuka secara otomatsis kubus itu terbuka. "Ini!" Anto yang melihat sebuah cincin yang cukup kecil di dalamnya.
Anto dengan pelan menarik keluar cincin yang ada dalam kubus itu. Setelah di tarik keluar, tiba-tiba kubus cincin itu hancur dengan sendiri menjadi butiran debu. Anto tidak kaget saat kotak cincin itu meledak, karena dia sudah tau sebelumnya. "Study!" Anto menggunakan sklilnya dan mempalajari, semua hal yang ada dalam cincin itu serta bagaimana cara penggunaannya.
Anto cukup lama melihat cincin itu, supaya tidak di curigai oleh tamunya yang sudah menganggap dirinya sebagai Master. Setelah beberapa saat, Anto kemudian menempelkan cicin itu di kepalanya. Saat menempelkan cincin di kepalanya, Andri dapat melihat semua isi dari cincin yang ada di dalam penyimpanan itu. “Astaga, apa yang mereka berikan padaku.” Anto sangat kaget dengan isi yang di dapatnya. Anto melihat begitu banyak barang seperti pedang dan elexcir yang tidak terhitung jumlahnya di dalam penyimpananitu.
"Apa sebenarnya yang mereka berikan padaku?” Tanya Anto pada diri sendiri karena tidak mengerti sama sekali dengan apa yang terjadi "Ini bukan permintaan yang ku minta, sebenarnya mereka pergi kemana tadi?" Tanya Anto pada dirinya sambil menurunkan cinicn dari keningnya. “Kemana kalian pergi tadi?” Tanya Anto yang sangat penasaran dengan wajah serius dan juga tanpa merubah ekpresi wajahnya dan juga masih di landa rasa bingung yang sudah berlebihan untuk anak seumurannya.
“Kami pergi keseluruh dunia untuk memberikan Master itu.” Jawab Roy dengan singkat. Anto terdiam dengan tetap menjaga ekspresi tenang.
"Meski mereka seperti ini, mereka bukan orang sembarangan. Mereka pasti sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Tapi, apa ini tidak terlalu berlebihan bagi anak seperti ku menerima banyak hal yang tidak cocok untuk anak seusia ku." Anto yang merasa tidak enak sekali sama tamunya yang sudah terlalu salah paham padanya hingga menganggap dirinya sebgai Master besar “Kalian menganggap ku apa, sampai kalian memberikan aku ini?” Tanya Anto dengan sangat serius dnan juga sangat penasaran sekali dengan melepas semua ekspresinya dan tidak pedulai lagi kakau ketahuan.
Mereka semua terdiam tidak ada yang bersuara. Dan hanya diam di tempat masing-masing. Cukup lama mereka tidak menjawab dan hanya diam saja dan sepertinya juga tidak ada niat unuk mereka menjawab pertanyaannya. "Sudahlah." Kata Anto dengan suara biasa saja sama seperti saat mereka bertemu “Sepertinya aku terlalu berlebihan pada mereka.” Pikir Anto yang tidak tau kenapa dengan mereka. “Terus dimana bahan makanan yang aku minta?” Tanya Anto dengan sopan dan iasa saja
Mereka berlima diam lagi sambil mencerna maksud dari Anto. “Maaf master, kam tidak tahu maksud master!." Jawab Roy yang merasa bersalah pada Anto. "Sebenarnya kami sudah mencari bahan yang bisa mengantikan semua bahan makan itu, tapi kami tidak meneukan sama sekali hal yang master minta. Jadi kami tidak menemukan bahan makan berkelas tinggi itu, mohon maap master.” Roy dengan sangat sopan menjelaskan kenapa mereka tidak membawa pesanan master mereka.
Anto terdiam saat Roy menjelaskan secara singkat tentang mereka berlima yang sudah berkeliling dunia mencari bahan makanan. Anto menepuk dahinya dengan tangannya karena tidak percaya kalau hanya bahan makanan biasa mereka harus ke sluruh Dunua mencarinya, namun pulangnya malah membawa barang lain. “Ada apa dengan mereka ini?” Anto yang tidak habis pikir kenapa mereka begitu tidak paham maksud dirinya. “Aku minta kalian belikan aku bahan makanan saja seperi ayam, sayur, beras, minyak dan lainnya saja. Apa kalian tidak mengerti?” Tanya Anto yang sabar pada kelima tamu nya yang sudah aneh sekali.
“Tapi, di mana kami harus membelinya?” Tanya Roy dengan sopan dan juga terlihat tidak tau harus membeli di mana. Anto tidak bisa berkata apa-apa pada Roy yang bertanya sesuau yang sudah jelas jawabannya.
“Kalian ini, kenapa tidak pergi ke toko toserba saja. Kan, di sana ada banyak sekali barang yang bisa di beli.” Anto yang menjawab Roy dalam pikriannya dengan sangat kesal pada Roy dan lainnya “Kamu serius Tanya itu?” Tanya Anto lagi karena tidak paham sama otak mereka sekali.
“Ya” Jawab Roy dengan sopan dan juga sangat yakin. Anto jadi lelah bicara sama mereka berlima dan berharap mereka segra pulang dan tidak menemuinya lagi.
“Dengarkan ini, aku hanya meminta kalian pergi ke toserba saja. Tidak ada yang lain, kalian kira aku makan apa saat aku lapar?” Dengan suara penuh kesabaran memberi tahu tempat membeli bahan makanan yang di maksudnya.
“Maaf master." Roy dengan cepat meminta maaf dengan cepat "Roger, belilah semua toserba.” Perintah Roy dengan cepat setelah meminta maaf. Tanpa menjawab Roger langsung pergi dengan sangat cepat ke toserba yang tidak tahu di mana maksu oleh Roy. Setelah Roger pergi dengan cepat, Roy tidak berkata apa-apa lagi dan hany tetap berdiri di depan Anto yang juga masih berdii dengan membawa piring di tangannya dan cincin yang masih di pegangnya.
“Mereka semua ini terlihat sudah terlatih sepenuhnya." Anto yang tidak tau harus bagaiana pada kelima tamu nya sangat aneh baginya. "Selain itu juga, dari mana mereka mendapatkan semua iem itu?” Anto yang bingung dengan item yang begitu banyak dan berhanga di cincin penyimpanan itu. Anto diam cukup lama, dengan terus memikirkan apa yang sebenarnya mereka pikirkan tentangnya dan juag kepikiran dengan item yang di berikan padanya.
“Aku ingin tanya!” Keempat orang langsung melihat wajah Anto. “Di mana kalian membeli ini semua?” Tanya dengan sopan pada mereka sambil menunjukkan cincin penyimpan itu.
“Kami tidak mengeluarkan uang sepeserpun, itu semua hasil pekerjaan dari kami.” Jawab Roy dengan tegas dan juga dengan sangat yakin.
"Entah kenapa, jawaban yang selalalu ku terima aneh dan juga salah paham." Anto yang tidak yakin dengn jawaban yang di berikan oleh Roy padanya. “Sebenanya apa pekerjaan kalian berempat?” Tanya Anto dengan sopan dan penasaran pada si kembar dan Rain yang dari tadi hanya diam saja memperhtikan Roy yang selalu jawab. Rain dan si kembar saling melihat dan menyuruh Rain yang duluan menjawab.
"Ini!" Anto yang melihat itu, melihat mereka seperti adegan sebuah drama di sekolah yang guru bertanya pada muridnya yang nakal. Anto melihat Rain mengalah dan terlihat sangat cemas dan takut pada Anto yang terus melihat ke arah mereka.
“Maaf master, pekerjaan saya adalah bodygard, dan saya hanya melakukan tugas saya saat di panggil saja” Jawab dengan sopan dan juga dengan sedikit cemas. Anto mengangguk tanda paham sebagai jawaban dan tidak bertanya lebih jauh lagi.
“Kalau kalian berdua?” Tanya tanpa ragu dan sopan pada Maeli dan Eli yang terlihat emas dan juga takut padanya.
“Aku dan Adikku adalah pegadang antar Negara." Jawab Maeli dengan cukup takut "Tapi, kami bersifat netral, jadi kami mengizinkan siapapun menggunakan jasa kami atau tidak ikut mencmpuri urusan apa yang perdagangan lain.” Tambah Maeli dengan sopan dan juga sangat cemas dan takut pada Anto dengan juga gemetar.
'"ku bahkan tidak bertanya sejauh itu." Anto yang tidak bisa brkata apa-apa dan hanya diam saja. “Mereka semua adalah orang tinggi, dan sekarang menganggapku sebagai Master, apa yang mereka pikirkan?” Anto yang masih kepikiran sambil memgang kepalanya dan berusaha untuk tetap tenang. Mereka berempat tidak berkata apapun dan diam seribu bahasa di tempat masing-masing.
“Saya kembali.” Sapa Roger yang entah kapan masuk ke dalam ruang tamu. Ano hanya melihat saja saat Roger sudah datang dan tidak berkata apa-apa.
“Kalian semua duduk dulu." Anto dengan santai menyuruh Roger dan lainnya duduk yang dari tadi berdiri. tapi mereka semua tidak duduk dan tetap berdiri. "Sebelum kalian duduk, aku tidak akan melanjutkan ini.” Kata Anto dengan sopan pada mereka karena dia susuk sendiri. Mereka semua dengan cepat ke sopa masing-masing dan kemudian duduk dengan penuh rasa tegang.
“Dengar ini, yang ku katakan mulai dari sekarang adalah perintah. Paham?” Kata Anto dengan tegas dan sambil menaruh ayam goreng di atas meja makan. Mereka semua mengangguk dengan singkat dan juga penuh ketegangangan. "Apa yang kalian mau dari ku dan apa pendapat kalian tentangku?" Tanya Anto dengan sangat jelas sekali pada kelima tamunya. Mereka semua diam saja dan tidak ada yang berani menjawab pertanyaan Anto. Selama 10 menitan lebih, Mereka masih diam saja dan tidak menajwab pertanyaan Anto.
"Mereka diam saja dan juga sangat takut. Apa yang sedang terjadi sih?" Anto yang tidak paham sama sekali bagaimana hal ini bisa terjadi dalam kehidupannya. “Hah... Aku tidak tau apa yang kalian pikirkan tentangku, tapi aku tidak akan bertanya lebih jauh lagi mengenai itu. Apa yang akan kalian lakukan dan apa yang kalian pikirkan tentsng ku, tidak akan ku permasalahkan lagi. Tapi, kuharap kalian bisa merahasiakan ini dan juga apa yang telah kalian lakukan di rumahku. Dan ini yang terakhir, jadilah orang baik dan jangan lakukan hal aneh di rumah orang.” Anto dengas tegas memperingatkan dan juga berusaha tetap tenang dengan apa yang telah di lakukan ke lima tamu di rumahnya. Mereka berlima langsung saling lihat setelah mendengar itu kemduian terdiam dan sepertinya ingin menatakan sesuatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 322 Episodes
Comments
hitam is black
untung Hua dusah Hila ACA typo
2022-02-18
0
DNK • SLOTH SINN
next
2022-02-17
0