Di saat Abimanyu dan Caca merasa tenang di luar sana, karena merasa tak ada yang tahu kepergian mereka. Di sebuah kafe yang tak jauh dari kampus itu Crystal tengah uring-uringan tak jelas.
Muka gadis itu tertekuk, mengeluarkan aura tak bersahabat. Membuat sahabat setianya bingung sendiri.
“Lo kenapa sih, Crys?” tanya Reva bingung. Sahabat Crystal itu sejak tadi hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, karena bingung dengan apa yang terjadi pada Crystal.
“Crystal, please! Lo kalau nggak mau cerita jangan ngajak gue ke sini. Gue tu bukan cenayang yang bisa baca pikiran, lo,” ucap gadis itu frustrasi.
Crystal menghentikan kunyahannya sejenak. Menatap sengit bercampur sedih pada Reva yang sejak tadi memang ia diami.
Setelah menelan potongan burger, Crystal tiba-tiba menangis dengan suara yang cukup untuk membuat para pengunjung lain menatap mereka.
“Crystal!” sentak Reva kesal. Ia dibuat semakin bingung dengan kondisi sahabatnya ini. Ditambah para pengunjung lain sungguh-sungguh menatap mereka membuat Reva semakin frustrasi.
Crystal mengusap pipinya seolah ada air mata jatuh di sana. Ia terisak lemah. Setelah meminum jus jeruknya gadis itu mengangkat suara.
“Kak Abi, Rev,” cicit gadis itu lirih.
“Kenapa? Kak Abi kenapa?” tanya Reva. Ia menatap sahabatnya prihatin.
“Masa tadi gue mau nebeng dia, dia nolak. Katanya mau ke suatu tempat dan itu nggak searah sama rumah gue.” Crystal menceritakan kembali kejadian siang tadi kepada Reva. Ia juga mengatakan tawaran Abimanyu tentang ia yang bisa pulang bersama si kembar Aldi dan Aldo.
Kening Reva terlipat halus. Ia bingung apa yang membuat Crystal sedih. Bukankah sudah biasa Abimanyu sibuk. Pemuda itu memang sering memiliki acara di luar kampus. Lalu, apa yang salah? Reva bertanya-tanya dalam hatinya.
“Tapi, waktu gue di parkiran mau ngambil oleh-oleh di mobil lo. Gue lihat Caca masuk ke mobil Kak Abi.” Crystal kembali menangis dengan keras mengingat kejadian tadi.
Flashback
“Rev, kemarin gue nitip oleh-oleh kan sama lo? Lo beliin nggak?”
Setelah tadi Abimanyu mengatakan tidak bisa memberi tumpangan pada Crystal, suasana hati gadis itu berubah menjadi buruk. Untuk mengembalikan suasana hatinya, Crystal butuh memakan coklat atau camilan lainnya. Beruntung, kemarin Crystal sempat meminta Reva membawakan oleh-oleh, karena sahabatnya itu baru saja berlibur ke Bali.
“Ada. Tapi, masih di mobil. Lo ambil sendiri, ya?” Reva menyerahkan kunci mobilnya pada Crystal. Membuat gadis itu mau tak mau mengambil sendiri oleh-oleh yang Reva bawakan.
Saat sudah dekat dengan tempat parkir mahasiswa, Crystal melihat Abimanyu tengah bersandar pada badan mobil. Pemuda itu terlihat menunggu seseorang.
Awalnya Crystal tak acuh. Ia berpikir, Abimanyu menunggu salah satu temannya yang mungkin saja memang memiliki urusan yang sama dengan Abimanyu. Namun, atensi Crystal benar-benar teralih saat melihat Caca mendekati Abimanyu. Mereka terlihat berbincang sebentar sebelum sama-sama masuk ke dalam mobil.
Crystal mengepalkan tangannya. Ia benar-benar kesal menatap kedua orang itu pergi berdua. Rasa bencinya pada Caca semakin membuncah dengan kejadian hari ini.
“Jadi, gara-gara itu lo sedih?” tanya Reva pelan-pelan.
Crystal mengangguk lemah. Ia kembali menggigit burgernya untuk mengalihkan rasa sesaknya.
“Gue juga kesel sama Caca. Bisa-bisanya dia balik bareng Kak Abi. Kayak nggak ada orang lain aja yang bisa nganterin dia pulang,” ujar Crystal penuh kekesalan. Ia benar-benar kesal hari ini. Sudah tidak jadi pulang bersama Abimanyu, melihat Caca masuk ke dalam mobil pujaan hatinya pula.
Reva bisa melihat sorot kebencian pada Crystal saat membahas Caca. Sejak awal masuk kuliah ia tahu, bahwa sahabatnya ini memang tidak suka dengan gadis berkacamata itu. Demi melegakan rasa keponya, Reva nekat menanyakan alasan Crystal tidak menyukai Caca.
“Lo tahu, Rev? Dia itu selalu jadi musuh gue saat pertandingan basket antar sekolah. Dia jadi ketua tim basket cewek di sekolahnya. Dan dia ....” Rahang Crystal mengeras mengingat masa lalunya yang begitu memalukan.
“Dia selalu ngalahin gue. Dia selalu jadi perhatian para penonton termasuk dari sekolah gue.”
Sorot kebencian itu semakin besar. Mengingat Caca selalu menjadi gadis nomor satu di club basket yang sama-sama mereka ikuti. Namun, sepertinya Caca tidak terlalu mengenal Crystal, karena saat itu pelatihan dijadikan dua sesi dan mereka tidak pernah masuk dalam sesi yang sama. Hanya saja, rasa ketidaksukaan Crystal pada Caca semakin membara saat seseorang yang Crystal sukai justru menyukai Caca.
***
Jangan lupa like dan komen❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Elisnawati Madua
lanjut,tetap semangat 💪💪💪
2022-04-13
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
ya ampun crys jgn apa apain caca
2022-04-05
1
suharlina
semangat
2022-04-04
2