Flashback 2

Tanggal pernikahan Caca dan Dean sudah ditentukan. Mereka menikah tiga bulan setelah pertemuan dua keluarga tersebut. Dan sekarang hanya tinggal menunggu satu bulan mereka akan resmi menjadi pasangan suami istri.

Sebagai orang tua, Banyu tentu sangat memikirkan kebahagiaan putri sulungnya. Terlebih, Caca sangat dekat dengan dirinya dibanding dengan saudaranya yang lain. Semakin hari Banyu dibuat semakin gundah. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

Istrinya yang tahu akan hal itu hanya berusaha menenangkan dengan berkata, “Mungkin itu karena kamu belum bisa rela melepaskan putri kesayangan kamu, Mas. Aku sebagai mamanya juga merasakan hal sama, tapi mau bagaimana lagi, cepat atau lambat ketiga anak kita juga harus menikah.” Senyum lembut wanita itu juga selalu membuat Banyu tenang dan berusaha untuk yakin.

Tapi, suatu hari ia mendengar sebuah perbincangan beberapa pemuda yang Banyu sendiri tidak tahu mereka siapa.

Saat itu, Banyu mengunjungi restoran bersama seorang klien yang ingin menyewa restorannya untuk acara pesta. Ia bisa mendengar semua yang mereka katakan, karena jarak tempat duduknya yang cukup dekat.

“Alah, cewek kayak dia mah gue enggak demen. Gue Cuma manfaatin kepinteran dia doang.”

“Wah, parah lo, Bro. Cewek secantik dia lo mainin.”

Mendengar dua kalimat itu membuat hati Banyu kembali dilanda resah. Ia kembali mengingat masa lalunya saat masih awal pernikahannya dengan sang istri. Dulu istrinya juga hanya dipermainkan oleh mantan pacarnya. Dan kini Banyu takut, putrinya juga hanya dijadikan sebagai mainan oleh kekasihnya.

Hingga malam harinya, Banyu mengajak putrinya bicara.

“Ca, janji sama Ayah.”

“Janji apa sih, Yah?” gadis itu terkekeh. “Aku janji, nanti bakal sering ngunjungin Ayah.”

“Bukan itu, Ca!”

“Terus?” Kening Caca berkerut.

“Berjanjilah untuk menuruti semua perkataan Ayah jika Dean membuat kekacauan pada saat pernikahan kalian.”

“Ih Ayah ngomong apa sih? Dean enggak mungkin gitu lah. Masa pernikahan sendiri dikacau. Aneh.” Gadis itu cemberut. Tidak suka saat kekasihnya dituduh seperti itu.

“Kita enggak tahu bagaimana masa depan, Caca.”

“Ya tapi Dean enggak mungkin lah kayak gitu.”

“Janji dulu aja, Ca!” Banyu menatap serius putrinya.

“Iya, iya. Aku janji. Tapi bukan berarti aku percaya sama omongan Ayah, ya.” Gadis itu lantas berdiri meninggalkan ayahnya. Ia mengentakkan kakinya kesal. Ucapan ayahnya seakan tidak percaya dengan Dean, kekasihnya.

Hari pernikahan semakin dekat. Semua orang, termasuk Caca, disibukkan dengan persiapan pernikahan. Undangan telah disebar. Seluruh keluarga sudah menyiapkan hadiah mereka sejak jauh-jauh hari.

Kolega bisnis keluarga juga tak lupa turut hadir untuk acara besar ini. Pernikahan anak sulung dari dua keluarga tentu tak bisa mereka lewatkan.

“Gaun pernikahan kamu udah siap, Ca?” tanya Jingga pada putrinya.

“Udah, Ma. Besok dianter langsung ke hotel.” Caca mengutak-atik ponselnya. Sudah seminggu ia dan sang kekasih tak bertemu. Keluarga mereka melarangnya. Katanya itu merupakan sebuah tradisi. Dan sekarang Dean sama sekali tak membalas pesan dari Caca. Ponsel pria itu mati sejak tadi pagi. Gadis itu berusaha berpikir positif. Mungkin calon suaminya itu sibuk.

Tidak adanya balasan pesan dari Dean membuat Caca dilanda rasa gelisah. Gadis cantik dengan rambut sedikit bergelombang itu merasa ada sesuatu mengganjal di hatinya. Kata ibunya, mungkin itu karena ia terlalu gugup untuk acara besok. Tapi, rasanya bukan seperti itu. Caca merasa akan terjadi sesuatu tidak baik, entah pada siapa.

***

Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Caca sudah berada di hotel sejak pukul enam pagi. Gadis itu dirias untuk pengucapan janji suci yang akan diteruskan dengan resepsi.

Senyum gadis itu tak luntur sejak tadi. Saat ini ia sedang duduk di depan meja rias. Seorang MUA memoles wajahnya agar terlihat lebih cantik. Caca sudah merasa sedikit lega, karena Dean sudah mengabarinya semalam. Meskipun begitu, rasanya hati Caca masih tak tenang. Mungkin benar katanya ibunya, itu efek dari rasa gugup yang menggerayanginya.

“Ciye mau nikah,” goda Sofi–sahabat Caca.

“Ciyee yang bakal jadi hot mama,” goda sahabat Caca yang lain, bernama Maya.

“Ih udah dong jangan godain gue, malu tahu.” Caca mencebikkan bibirnya. Matanya menatap tajam kedua sahabatnya melalui cermin.

“Eh, Ca. Ini anak-anak kampus nggak lo undang?” tanya Maya tiba-tiba.

“Enggak, kata Dean nanti bakalan dibikinin party sendiri. Acara hari ini khusus untuk kerabat sama sahabat dekat dan kolega bisnis keluarga,” jawab Caca masih memandang mereka berdua dari pantulan cermin.

“Enak, ya jadi istrinya sultan,” kelakar Sofi. Tawa Sofi dan Maya menggema di ruangan tersebut.

Mereka bertiga tertawa bersama. Bersenda gurau selagi Caca masih belum berstatus istri. Mereka sangat yakin Caca akan sangat sulit dicari jika sudah menikah nanti. Mungkin hal seperti ini akan menjadi langka bagi mereka bertiga.

Tanpa mereka bertiga tahu, sebuah perdebatan sengit terjadi di kamar samping Caca.

“Bagaimana bisa putra Anda hilang pada hari pernikahannya!” Banyu berteriak sekencang mungkin di dalam kamar tersebut. Wajahnya memerah menahan amarah.

“Apa yang akan aku katakan pada putriku nanti Cel? Apa?” Banyu menatap tajam pada teman lamanya, yang tak lain ibu Dean.

“Maafkan kami, Banyu. Kami juga enggak tahu Dean akan menghilang seperti ini,” ucap Celin dengan isak tangis. Ia sendiri bingung ke mana perginya Dean. Pagi tadi putranya bilang akan berangkat ke hotel lebih dulu. Tapi, saat seluruh keluarganya sudah tiba di sana, ternyata Dean tidak ada.

“Maafmu tidak bisa mengembalikan semuanya,” ujar Banyu dingin.

“Kami akan berusaha mencari Dean, Pak Banyu,” ucap Kean sukses membuat Banyu menatapnya tajam.

“Waktunya tinggal tiga puluh menit, mau Anda cari di mana pria brengsek itu.”

Kean memejamkan matanya. Ia juga tidak yakin bisa menemukan putranya dalam waktu dekat.

“Agrhhh”

“Harusnya aku tidak menerima lamaran putra, Anda. Sedari awal saya sudah tidak yakin dengan dia.”

“Nyu, sabar!” Deva, sahabat ayah Caca mencoba menenangkan kondisi yang mulai panas.

“Pak Kean. Mungkin Anda tahu di mana putra Anda biasanya singgah? Atau mungkin putra Anda memiliki apartemen yang ia tinggali sendiri?” tanya Deva mencoba menengahi.

Ayah Dean itu hanya menggeleng. Jujur saja, dia tidak tahu bagaimana pergaulan putranya. Yang ia tahu putranya akan datang ke perusahaan empat kali dalam seminggu untuk membantunya. Selebih itu Kean sama sekali tidak tahu.

“Sekarang gimana nasib putriku Dev?” tanya Banyu frustrasi. Ditambah istrinya sejak tadi juga menangis di dalam ruangan tersebut, dan kini sedang ditenangkan oleh istri Deva.

“Maafkan putraku, Nyu,” ucap Celin, ibu Dean.

“Kau ingat ini Cel. Jika sampai hari ini dia tidak datang aku akan menghancurkannya. Meskipun dia putramu.”

“Nyu, tenang!” ujar Deva kembali.

“Kamu pikir aku bisa tenang saat kebahagiaan putriku dalam ambang kehancuran?” teriak Banyu semakin frustrasi.

“Kami akan mencoba untuk mencari solusi dari masalah ini, Pak Banyu. Kami–“ Kean menoleh pada pintu yang tiba-tiba terbuka.

“Uncle, ayah bilang Dean masih belum ditemukan. Oma sama Opa juga khawatir di bawah, apalagi tamu mulai berdatangan. Mereka nyuruh aku manggil uncle untuk tur–”

“Abi tolongin uncle, please.”

Kean memotong ucapan keponakannya. Ia tidak sedang memerlukan laporan putra adiknya itu. Ia hanya perlu bantuan.

Pria yang dipanggil Abi itu menaikkan alisnya. “Tolong? Minta tolong apa lagi uncle? Bang Riyo sama timnya sudah mencari Dean. Mereka bahkan belum kembali,” jelas Abi.

“Bi, tolongin uncle ya, kamu gantiin Dean jadi mempelai pria?”

“WHAT?” pekik Abi tak percaya.

Banyu dan Jingga yang sedari tadi menunduk langsung mendongakkan kepala. Telinga mereka mendengar jelas apa yang dua orang itu katakan.

“Abimanyu?” gumam Jingga dan Banyu bersamaan.

“Uncle yang benar saja,” protes Abi. Bagaimana bisa mempelai pria diganti semudah itu. Apalagi ia tidak tahu siapa mempelai wanitanya.

Tunggu. Dean menikah dengan kekasihnya bukan? Yang Abi ingat kekasih Dean itu ....

Tidak, tidak. Abi tidak akan pernah mau menggantikan posisi Dean apalagi jika benar gadis itu calon pengantin wanitanya.

“Bi, please. Uncle mohon. Kita tidak punya pilihan lain.” Kean merapatkan kedua tangannya di depan dada. Otaknya sudah buntu. Hanya ini satu-satunya cara agar pernikahan ini tetap berlanjut dan kedua nama keluarga tidak akan dipermalukan.

“Nggak bisa gitu uncle. Aku–”

“Nak Abi,” panggil Jingga memotong ucapan Abimanyu.

“Dokter Jingga?” gumam Abi lirih.

Jingga berdiri dari duduknya. Ia menghampiri Abimanyu lantas bersujud di depan kaki pria muda itu. Membuat semua yang ada di sana terkejut, terutama Abimanyu.

“Abi, saya mohon, kamu gantikan posisi Dean. Saya akan lakukan apa pun yang kamu mau. Tapi saya mohon, jadilah pengantin pria putri saya.”

“Dokter jangan seperti ini.” Abi mengangkat bahu Jingga. Membawanya berdiri.

“Abi, saya mohon.” Jingga menundukkan kepalanya di hadapan Abimanyu. Air matanya sudah menganak sungai, sejak ia mendengar kabar Dean tidak berada di hotel.

“A-Abi dulu pernah janji ‘kan sama Dokter Jingga?. Katanya mau memberikan hadiah sesuai keinginan Dokter. Sekarang Dokter ingin menagih itu. Kamu nikahi putri dokter, ya, Bi?”

Abimanyu menatap Jingga prihatin. Ia sama sekali tidak tahu calon besan omnya adalah dokter yang dulu pernah menyelamatkan hidupnya. Dulu saat Abi masih SMP memang pernah berjanji akan memberikan hadiah pada wanita ini. Dan dokter Jingga bilang akan memintanya jika mereka dipertemukan lagi saat Abimanyu sudah tumbuh dewasa. Dan sekarang Jingga benar-benar menagih itu.

Perasaan bimbang menyelimuti benak Abimanyu. Ia tidak ingin menikah di usia sekarang. Tapi jika permintaan ini dari Jingga ia merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Ia memiliki hutang budi pada keluarga ini.

“Tapi dokter–”

“Abi, Dokter mohon. Dokter tidak meminta kamu menikahi putri dokter selamanya. Tapi tolong, kamu nikahi putri Dokter hari ini. Untuk menjaga reputasi putri dokter juga keluarga kita,” tutur Jingga dengan suara begitu lirih.

“Jika kamu mau menikahi putri kami, kami akan memberikan apa pun yang kamu minta. Bahkan om akan berikan satu restoran om untuk kamu.” Banyu berdiri di hadapan Abimanyu. Merengkuh istrinya dan menatap Abimanyu, memohon.

Abimanyu menatap semua orang yang ada di sana. Semuanya menatap Abimanyu dengan tatapan memohon. Dan tatapannya berhenti pada sang ibu yang ternyata sudah berdiri di samping omnya.

“Bi,” panggil wanita itu lirih.

Abimanyu memejamkan matanya. Mengambil napas dalam-dalam, kemudian menjawab, “Baiklah, aku akan menggantikan Dean. Tapi, aku tidak menerima tawaran om Banyu untuk masalah restoran.” Abimanyu menatap Jingga. “Aku melakukan ini untuk Dokter Ji.”

Jingga sontak memeluk Abimanyu. Mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Banyu bersyukur dengan adanya Abimanyu. Setidaknya putrinya tidak akan bisa berharap kepada pria brengsek tak bertanggung jawab itu lagi. Dan ia mendapatkan menantu idamannya.

***

Jangan lupa like dan komen❤

Terpopuler

Comments

sherly

sherly

Dean nyari penyakit

2023-05-30

0

❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇

❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇

manasih si dean geblek aja kelakuan,awa nongol kamu yaaaa

2022-03-29

0

Syifa Azzahra

Syifa Azzahra

sedih q kak😭😭

2022-03-26

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Flashback
3 Flashback 2
4 Memelas
5 Tak Sopan
6 Tetap percaya
7 Perjanjian
8 Kegamangan
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Musuh baru?
12 Tak cocok
13 Ganteng
14 Kagum
15 Mimpi buruk
16 Habis manis sepah dibuang
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34 : Tidak masuk akal
35 Bab 35 : Memperjuangkan
36 Bab 36 : Perhatian kecil
37 Bab 37 : Tak terganggu
38 Bab 38 : Sakit
39 Bab 39 : Panik
40 Bab 40 : Menangis
41 Bab 41 : Mengusir
42 Bab 42 : Aku malu
43 Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44 Bab 44 : Halusinasi
45 Bab 45 : Kejadian
46 Bab 46 : Menertawakan
47 Bab 47 : PDKT
48 Bab 48 : Penasaran
49 Bab 49 : Dibela
50 Bab 50 : Salah menilai
51 Bab 51 : Mikirin kamu
52 Bab 52 : Menggoda
53 Bab 53 : Rencana
54 Bab 54 : Jalan-jalan
55 Bab 55 : Sedikit perubahan
56 Bab 56 : Pertama kali
57 Bab 57 : Pertanyaan
58 Bab 58 : Mengantarkan pulang
59 Bab 59 : Sedekat apa?
60 Bab 60 : Memenuhi kepala
61 Bab 61 : Berlebihan
62 Bab 62 : Tanpa sadar
63 Bab 63 : Sikap
64 Bab 64
65 Bab 65 : Sederhana
66 Bab 66 : Oma
67 Bab 67 : Masa lalu
68 Bab 68 : Pesan
69 Bab 69 : Yang benar saja!
70 Bab 70 : Seseorang
71 Bab 71 : Menjelaskan
72 Bab 72 : Menyangkal
73 Bab 73 : Tidak fokus
74 Bab 74 : Goyah
75 Bab 75 : Kecewa
76 Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77 Bab 77 : Perdebatan kecil
78 Bab 78 : Berbeda
79 Bab 79 : Baru kali ini
80 Bab 80 : Maaf
81 Bab 81 : Ternyata!
82 Bab 82 : Menonton pertandingan
83 Bab 83 : Mengakui
84 Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85 Bab 85 : I'm yours
86 Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87 Bab 87 : Menerima
88 Bab 88 : Berangkat liburan
89 Bab 89 : Vila
90 Bab 90 : Pesta
91 Bab 91 : Cemburu
92 Bab 92 : Mengenyahkan
93 Bab 93 : Khawatir
94 Bab 94 : Perasaan
95 Bab 95 : Parasit
96 Bab 96 : Maaf
97 Bab 97 : Menyembunyikan
98 Bab 98 : Mengganggu
99 Bab 99 : Tidak akan!
100 Bab 100 : Jail
101 Bab 101 : Masalah kecil
102 Bab 102 : Menyadarkan
103 Bab 103 : Sejak dulu
104 Bab 104 : Rindu
105 Bab 105 : Masih rindu
106 Bab 106 : Kejutan?
107 Bab 107 : Tragedi
108 Bab 108 : Kesedihan
109 Bab 109 : Senyuman
110 Bab 110 : Menghabiskan Uang
111 Bab 111 : Kondisi
112 Bab 112 : Tidak menginginkan
113 Bab 113 : Kembali
114 Bab 114 : Nyaman
115 Bab 115 : Dean
116 Bab 116 : TAMAT
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Flashback
3
Flashback 2
4
Memelas
5
Tak Sopan
6
Tetap percaya
7
Perjanjian
8
Kegamangan
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Musuh baru?
12
Tak cocok
13
Ganteng
14
Kagum
15
Mimpi buruk
16
Habis manis sepah dibuang
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34 : Tidak masuk akal
35
Bab 35 : Memperjuangkan
36
Bab 36 : Perhatian kecil
37
Bab 37 : Tak terganggu
38
Bab 38 : Sakit
39
Bab 39 : Panik
40
Bab 40 : Menangis
41
Bab 41 : Mengusir
42
Bab 42 : Aku malu
43
Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44
Bab 44 : Halusinasi
45
Bab 45 : Kejadian
46
Bab 46 : Menertawakan
47
Bab 47 : PDKT
48
Bab 48 : Penasaran
49
Bab 49 : Dibela
50
Bab 50 : Salah menilai
51
Bab 51 : Mikirin kamu
52
Bab 52 : Menggoda
53
Bab 53 : Rencana
54
Bab 54 : Jalan-jalan
55
Bab 55 : Sedikit perubahan
56
Bab 56 : Pertama kali
57
Bab 57 : Pertanyaan
58
Bab 58 : Mengantarkan pulang
59
Bab 59 : Sedekat apa?
60
Bab 60 : Memenuhi kepala
61
Bab 61 : Berlebihan
62
Bab 62 : Tanpa sadar
63
Bab 63 : Sikap
64
Bab 64
65
Bab 65 : Sederhana
66
Bab 66 : Oma
67
Bab 67 : Masa lalu
68
Bab 68 : Pesan
69
Bab 69 : Yang benar saja!
70
Bab 70 : Seseorang
71
Bab 71 : Menjelaskan
72
Bab 72 : Menyangkal
73
Bab 73 : Tidak fokus
74
Bab 74 : Goyah
75
Bab 75 : Kecewa
76
Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77
Bab 77 : Perdebatan kecil
78
Bab 78 : Berbeda
79
Bab 79 : Baru kali ini
80
Bab 80 : Maaf
81
Bab 81 : Ternyata!
82
Bab 82 : Menonton pertandingan
83
Bab 83 : Mengakui
84
Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85
Bab 85 : I'm yours
86
Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87
Bab 87 : Menerima
88
Bab 88 : Berangkat liburan
89
Bab 89 : Vila
90
Bab 90 : Pesta
91
Bab 91 : Cemburu
92
Bab 92 : Mengenyahkan
93
Bab 93 : Khawatir
94
Bab 94 : Perasaan
95
Bab 95 : Parasit
96
Bab 96 : Maaf
97
Bab 97 : Menyembunyikan
98
Bab 98 : Mengganggu
99
Bab 99 : Tidak akan!
100
Bab 100 : Jail
101
Bab 101 : Masalah kecil
102
Bab 102 : Menyadarkan
103
Bab 103 : Sejak dulu
104
Bab 104 : Rindu
105
Bab 105 : Masih rindu
106
Bab 106 : Kejutan?
107
Bab 107 : Tragedi
108
Bab 108 : Kesedihan
109
Bab 109 : Senyuman
110
Bab 110 : Menghabiskan Uang
111
Bab 111 : Kondisi
112
Bab 112 : Tidak menginginkan
113
Bab 113 : Kembali
114
Bab 114 : Nyaman
115
Bab 115 : Dean
116
Bab 116 : TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!