Ganteng

Malam sudah sangat larut. Hari hampir berganti. Namun, gadis berkacamata yang tengah memandangi layar monitor di sebuah kamar masih belum bisa terlelap. Netranya sudah terlihat lelah. Namun, raganya belum jua diistirahatkan.

Pikiran gadis itu masih melayang pada kejadian beberapa jam yang lalu. Saat ia tak sengaja melihat seseorang yang begitu ia tunggu.

“Dean?”

“Dean! Dean!”

Caca berlari mengejar sosok yang tak pernah hilang dari kepalanya. Di tengah keramaian pusat perbelanjaan, gadis itu memanggil nama sang kekasih yang seharusnya menikahinya beberapa waktu yang lalu.

“Dean,” panggil Caca lagi saat punggung pemuda itu semakin tertelan keramaian.

Malam itu di depan toko pakaian terkenal memang tengah membuka diskon besar-besaran, hingga masa mengerumuni tempat itu dan menghalangi pandangan Caca.

Berusaha menyibak keramaian manusia di sana, Caca kehilangan sosok yang ia kejar sejak tadi. Gadis itu luruh ke lantai, ia hampir saja menemukan kekasihnya, tetapi ternyata takdir berkata lain.

Teringat sesuatu. Gadis itu pun beranjak berdiri sebelum merogoh tasnya dan mengambil ponsel. Ia menghubungi seseorang yang sejak kemarin dimintai bantuan.

“Ha-halo, Pak,” ucap Caca saat telepon itu tersambung.

“Pak, sa-sa-saya tadi melihat Dean di mal dekat kantor kakek. Tapi, saya tidak berhasil mengejarnya. A-apa Bapak sudah menemukan keberadaannya?” tanya gadis itu tergagap.

Memang sejak Dean hilang saat hari pernikahan itu, Caca meminta seorang untuk mencari keberadaan sang kekasih tanpa sepengetahuan ayahnya. Caca tahu, pria paruh baya itu tak akan suka jika ia melakukannya. Namun, Caca tak bisa tinggal diam dengan apa yang tengah menimpanya. Ia harus tahu bagaimana keadaan kekasihnya itu.

“Dean? Maaf, Nona. Kami belum menemukan keberadaan Dean hingga sekarang. Mungkin Nona salah orang,” jawab orang suruhan Caca itu.

“Tapi, Pak–”

“Tenang saja, Nona. Kami akan menemukan kekasih Anda secepatnya. Anda tenang saja,” ucap pria itu meyakinkan.

Caca hanya bisa mengangguk untuk mengiyakan penuturan pria itu. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu menutup sambungan telepon dan memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket.

“Sebenarnya kamu di mana, De? Apa benar yang ayah katakan, bahwa kamu sengaja kabur dan tidak benar-benar ingin menikahiku?” gumam Caca dengan suara yang begitu lirih.

“Belum tidur, lo?”

Caca terenyak mendengar suara Abimanyu. Pria itu sudah berdiri di samping dirinya yang tengah duduk di lantai dengan laptop yang telah padam. Sepertinya Caca melamun cukup lama hingga tak menyadarinya.

Gadis itu menatap Abimanyu sekejap, kemudian menggeleng. Ia menyalakan kembali laptopnya untuk melanjutkan mengerjakan tugas.

“Udah malem, masih mau lanjut?” tanya pemuda itu seraya mendudukkan diri di sofa belakang Caca. Ia baru saja terjaga saat tidurnya terinterupsi oleh rasa ingin buang air kecil. Ketika keluar dari kamar mandi, Abimanyu mendapati sang istri tengah menatap kosong pada laptop yang telah padam.

“Belum selesai,” jawab Caca tak acuh. Ia kembali meluncurkan jarinya pada keyboard laptop dengan lincah.

“Itu materi buat sosialisasi kampus?” Abimanyu memindai layar laptop istrinya. Kemudian, ia lanjut bicara, “Udah, diselesain besok aja, Ca. Ini udah malem banget.”

Abimanyu merebut laptop istrinya dengan paksa. Lalu, mematikan laptop tersebut setelah menyimpan file yang baru saja dibuat oleh gadis itu.

“Bi–”

“Gue nggak mau ayah Banyu marahin gue gara-gara anak perempuannya begadang,” ucap pemuda itu seraya menyimpan laptop sang istri.

Abimanyu hendak kembali merebahkan diri, tetapi urung karena ia mengingat sesuatu.

“Ca, ponsel lo mati?” tanya Abimanyu sembari kembali mendudukkan diri.

Caca melihat ponselnya, kemudian menggeleng.

“Ayah Banyu tadi nanya kenapa lo nggak angkat telepon dia,” ujar Abimanyu jujur. Tadi, saat Caca baru pulang, ayah mertuanya menelepon dan menanyakan keberadaan Caca. Abimanyu pun menjelaskan bahwa gadis itu memang baru saja sampai di rumah dan tengah mandi. Setelah itu Banyu memutuskan sambungan telepon mereka setelah mengucapkan terima kasih.

“Enggak mati, cuma lagi gue silent,” jawab Caca tampak tak peduli. Ia segera merebahkan diri setelah Abimanyu tak bertanya lagi.

Abimanyu memandang aneh pada istrinya. Ia merasa ada yang janggal dengan sikap gadis itu, tetapi ia berusaha tak peduli. Pemuda itu lantas kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

**

Hari telah berganti. Matahari telah terbit sangat tinggi. Namun, Caca masih menyelami mimpi. Gadis itu masih mengeratkan selimutnya saat alarm ponselnya berbunyi. Hingga pada dering ke sekian, gadis itu akhirnya bangun dan mematikan alarm tersebut.

Akhir pekan. Selalu membuat Caca merasa malas beranjak dari tempat tidur. Ia tak pernah bisa bangun pagi. Gadis itu menguap lebar sambil meregangkan tubuhnya. Tidur di sofa membuat seluruh badannya terasa sangat kaku. Gadis yang baru saja bangun itu tampak menyisir kamar dan ia merasa ada sesuatu yang aneh.

Abimanyu

Pemuda itu tak tampak di atas ranjangnya seperti yang ia lihat terakhir kali. Abimanyu yang biasanya tak bisa bangun pagi, pagi itu sudah pergi entah ke mana. Namun, Caca tak peduli dan bergegas ke kamar mandi.

“Baru bangun?” tanya Nabila, saat Caca baru saja masuk ke dapur.

Caca meringis, kemudian menggaruk tengkuknya yang terasa gatal secara mendadak.

“Maaf, ya, Bun. Aku kalau weekend suka telat bangunnya,” ucap gadis itu sedikit menyesal.

Nabila tersenyum. Ia memasukkan beberapa potong sayuran ke dalam panci berisi air mendidih, kemudian menjawab, “Enggak papa, Ca. Abi malah kebalikannya. Kalau weekend dia bisa bangun pagi, tapi kalau hari biasa ....” Nabila menggelengkan kepalanya. “Kamu tahu sendiri lah, ya,” lanjut wanita itu sambil terkekeh.

Caca ikut terkekeh seperti ibu mertuanya. Ia baru tahu, pemuda seperti Abimanyu tak bisa bangun pagi saat hari biasa. Padahal, pemuda itu terlihat selalu disiplin saat di kampus.

“Kamu mau masak sendiri atau ikut Bunda?” tanya Nabila menyentak lamunan Caca.

“Ikut Bunda aja, udah siang, males,” jawab gadis itu seraya memperlihatkan deretan gigi putihnya.

“Sayur sop?” tanya Caca saat melihat olahan Nabila.

Nabila mengangguk. Kemudian meminta Caca untuk melanjutkan masakannya. Sementara wanita itu keluar dari dapur, karena ada panggilan dari telepon rumah.

“Kenapa setiap hari Bunda masak olahan nggak pedes?” tanya gadis itu saat sang ibu mertua telah kembali.

Nabila menoleh. “Kan Abimanyu nggak suka pedes. Jadi, setiap hari Bunda masak dua menu. Sekarang kan kamu selalu bantu masak, jadi Bunda tinggal masak untuk suami kamu aja,” jelas wanita itu.

Sejenak Caca terdiam. Sekarang ia tahu kenapa Abimanyu tak pernah menyentuh olahan masakannya. Namun, masih ada satu hal yang mengganjal dalam benak Caca. Bagaimana bisa seorang laki-laki tidak suka makan pedas?

“Nanti kalau udah mateng kamu bawa ke sana, ya, Ca,” pinta Nabila dari arah pintu dapur. Wanita itu kemudian menyiapkan dua piring dan dua gelas untuk sarapan.

“Hah? Iya, Bun,” jawab Caca sedikit terkejut, karena ia sempat melamun.

Caca memindahkan sayur sop itu ke dalam mangkuk bening berukuran sedang. Kemudian ia meminta seorang asisten rumah tangga untuk membawa olahan sang bunda ke meja makan. Sebagai pencinta makanan pedas, Caca berniat membuat sambal sebagai pendamping sop ayam buatan Nabila.

**

“Kayaknya bulan ini aku belum bisa masuk ke kantor, Yah,” ucap Abimanyu pada Arjuna.

Saat ini, Abimanyu bersama ayah dan adiknya berada di sebuah stand bubur ayam pinggir jalan. Mereka baru saja bersepeda bersama, kegiatan yang tak pernah mereka tinggalkan saat akhir pekan.

“Kenapa?” Pria paruh baya itu menaikkan sebelah alisnya, meminta alasan sang putra.

“Selama satu bulan ini bakal ada sosialisasi kampus. Aku ditunjuk jadi koordinator,” jelas pemuda itu.

“Lo ketua BEM kan, ya?” tanya Dio memastikan.

Abimanyu mengangguk. Lalu kembali memandang ayahnya yang masih diam.

“Gimana, Yah?” tanya Abimanyu.

“Kamu harus pintar-pintar membagi waktu, Bi. Ayah nggak minta kamu ke kantor setiap hari, kok. Tapi, jangan bulan depan juga, kelamaan,” jawab pria itu sembari meneguk air mineral untuk menghilangkan rasa hausnya.

“Yah–”

“Bi, Ayah nggak akan ngelarang kamu berkegiatan di kampus, tapi kamu juga harus ingat tanggung jawab. Meskipun kamu nggak suka sama Caca, dia itu tetep istri kamu. Seseorang yang harus kamu nafkahi.”

Arjuna memandang putra ke tiganya dengan sorot mata tegas. Sejak dulu ia memang tak pernah mengeluh mengenai kegiatan Abimanyu yang terkesan sangat padat. Namun, saat ini kondisinya berbeda. Abimanyu telah menikah dan Arjuna tak bisa membiarkan putranya itu terus bertopang padanya. Meskipun bekerja di perusahaannya sendiri, setidaknya Abimanyu bisa mendapatkan penghasilan dengan hasil jerih payahnya.

“Kamu bisa datang ke kantor saat ada jam kuliah siang atau saat jam kuliah kamu nggak sampai sore. Kamu juga nggak harus setiap hari ke kantor. Tapi, setidaknya kamu bantu-bantu pekerjaan abang kamu,” nasihat Arjuna.

Pemuda itu mengangguk sebelum menyuapkan satu sendok bubur ke dalam mulutnya.

“Jadi, aku bisa mulai kapan?”

“Terserah kamu, tapi jangan bulan depan.”

“Minggu depan gimana, Yah? Minggu ini kayaknya aku belum bisa diwakili apalagi hari rabu udah mulai kegiatannya. Aku nggak mungkin nggak dateng,” tanya Abimanyu meminta pendapat.

Arjun berpikir sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepala.

“Iya, nggak papa,” jawab Arjuna.

Mereka kembali menyantap bubur ayam langganan mereka. Sesekali Arjuna mengajak kedua putranya mengobrol ringan, seperti bertanya bagaimana kegiatan mereka selama satu minggu ini di sekolah dan di kampus.

Ketika bersantai seperti ini, Arjun memang mencari kesempatan untuk mengobrol dengan putra putrinya. Ia tak mau melewatkan waktu kebersamaan mereka saat hari libur, meskipun ia sedang banyak pekerjaan. Baginya, anak-anak lebih dari segalanya.

Hari sudah semakin siang. Matahari juga semakin meninggi, hingga menimbulkan rasa panas pada permukaan kulit. Arjuna pun menghela kedua putranya untuk kembali ke rumah setelah bubur ketiganya telah tandas dan rasa lelah mereka telah reda.

Tak butuh waktu lama bagi ketiganya untuk sampai di rumah, karena jarak stand bubur dengan rumah mereka tak terlalu jauh.

Setelah memarkirkan sepeda, Dio dan Abimanyu segera masuk ke dalam rumah, sedangkan Arjuna masih mengobrol dengan salah satu tetangga mereka.

“Lo ngerjain apa, Kak?” Dio bertanya pada Caca yang tengah membuka laptop di ruang tengah.

Caca memutar kepalanya mendengar suara sang adik ipar. “Ngerjain tugas, Di,” jawab gadis itu.

Dio melonggok, melihat tugas seperti apa yang Caca maksudkan.

“Bang, ini bukannya kegiatan yang lo omongin tadi?” Dio bertanya saat Abimanyu melintas di belakangnya.

Abimanyu berhenti, ikut melihat layar laptop Caca. “Iya, kenapa?” jawabnya.

“Kok, lo nggak bantu Kak Caca buat bahan presentasinya? Katanya lo koordinator.”

“Dia juga koordinator,” jawab Abimanyu sembari mendudukkan diri di samping Caca.

“Masih belum selesai? Mau dibantu apa?”

Caca menoleh pada suaminya. Dari samping pemuda itu terlihat lebih tampan dengan peluh bercucuran di kening dan juga lehernya.

“Mau dibantu apa?” tanya Abimanyu lagi saat tak ada respons dari istrinya.

“Hah? Em, ada nanti ... em, gue masih lupa mau tanya yang mana,” jawab gadis itu gugup.

Mikir apa si gue? batinnya.

“Sekarang aja, mumpung gue ada di sini.”

“Mandi dulu kali, Bi. Masih keringetan, lo. Bau,” olok Caca.

Abimanyu menaikkan sebelah alisnya. Menarik kerah kausnya sendiri untuk ia cium aromanya.

“Keringat gue wangi, Ca. Lagian biasanya cewek-cewek kalau lihat cowok ganteng keringetan biasanya malah seneng,” ujar pemuda itu percaya diri.

Alis Caca bertaut tiba-tiba. Bibirnya tersungging sebelah, tak setuju dengan apa yang Abimanyu katakan.

“Itu untuk cowok ganteng. Emang lo ganteng?” cibir Caca terang-terangan. Bahunya bergidik, kepalanya menggeleng tak percaya suaminya sangat percaya diri. Meskipun apa yang Abimanyu katakan benar adanya.

“Lah, emang gue ganteng kan?” balas Abimanyu semakin percaya diri. Dagunya mengedik pada sang adik meminta persetujuan.

“Udah ya, Bi. Sekarang lo mandi, abis itu bantu gue. Nih! Banyak yang mau gue tanya ke lo!” Caca memperlihatkan beberapa tulisan yang akan ia jadikan bahan untuk acara sosialisasi kampus pada suaminya.

“Ya udah makanya tanya sekarang aja.” Abimanyu masih kekeh tak ingin mandi terlebih dahulu, karena ia masih sangat lelah. Ia masih ingin beristirahat.

“Mandi dulu, Bi!”

“Entar, Ca!”

“Sekarang!”

“Nanti aja”

“Sekarang!”

“Nan–”

“Abi!” Nabila memotong bantahan Abimanyu terhadap Caca.

“Mandi sekarang! kamu itu kebiasaan, nggak pernah langsung mandi.” Nabila memasang sorot mata tajam pada putranya.

Sejak dulu kebiasaan Abimanyu tak pernah berubah. Pemuda itu sangat sulit disuruh untuk segera mandi setelah berolahraga.

“Tapi, Bun–”

“Mau bantah lagi Abimanyu Lakeswara?”

Abimanyu menggeleng. Ia langsung berdiri ketika sang ibu tercinta telah memanggilnya dengan nama lengkap. Itu pertanda sang ibu sudah sangat jengkel dengannya.

“Abi tu emang gitu, ya, Bun?” Caca bertanya saat Abimanyu sudah berlari ke kamar.

“Gitu gimana?” tanya Nabila balik.

“Sok ganteng”

“Lah, bukannya Abi emang ganteng?” Nabila terkekeh mendapati menantunya mendelik terkejut.

***

Jangan lupa like dan komen❤

Terpopuler

Comments

Hemi Imut

Hemi Imut

lucuuuu

2022-06-19

0

Fransiska Ida Toruan

Fransiska Ida Toruan

lanjut Thor.... seru ni....

2022-03-12

0

Dita Susandi

Dita Susandi

jangan lama2 upnya.. please..🥰🥰☺️

2022-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Flashback
3 Flashback 2
4 Memelas
5 Tak Sopan
6 Tetap percaya
7 Perjanjian
8 Kegamangan
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Musuh baru?
12 Tak cocok
13 Ganteng
14 Kagum
15 Mimpi buruk
16 Habis manis sepah dibuang
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34 : Tidak masuk akal
35 Bab 35 : Memperjuangkan
36 Bab 36 : Perhatian kecil
37 Bab 37 : Tak terganggu
38 Bab 38 : Sakit
39 Bab 39 : Panik
40 Bab 40 : Menangis
41 Bab 41 : Mengusir
42 Bab 42 : Aku malu
43 Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44 Bab 44 : Halusinasi
45 Bab 45 : Kejadian
46 Bab 46 : Menertawakan
47 Bab 47 : PDKT
48 Bab 48 : Penasaran
49 Bab 49 : Dibela
50 Bab 50 : Salah menilai
51 Bab 51 : Mikirin kamu
52 Bab 52 : Menggoda
53 Bab 53 : Rencana
54 Bab 54 : Jalan-jalan
55 Bab 55 : Sedikit perubahan
56 Bab 56 : Pertama kali
57 Bab 57 : Pertanyaan
58 Bab 58 : Mengantarkan pulang
59 Bab 59 : Sedekat apa?
60 Bab 60 : Memenuhi kepala
61 Bab 61 : Berlebihan
62 Bab 62 : Tanpa sadar
63 Bab 63 : Sikap
64 Bab 64
65 Bab 65 : Sederhana
66 Bab 66 : Oma
67 Bab 67 : Masa lalu
68 Bab 68 : Pesan
69 Bab 69 : Yang benar saja!
70 Bab 70 : Seseorang
71 Bab 71 : Menjelaskan
72 Bab 72 : Menyangkal
73 Bab 73 : Tidak fokus
74 Bab 74 : Goyah
75 Bab 75 : Kecewa
76 Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77 Bab 77 : Perdebatan kecil
78 Bab 78 : Berbeda
79 Bab 79 : Baru kali ini
80 Bab 80 : Maaf
81 Bab 81 : Ternyata!
82 Bab 82 : Menonton pertandingan
83 Bab 83 : Mengakui
84 Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85 Bab 85 : I'm yours
86 Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87 Bab 87 : Menerima
88 Bab 88 : Berangkat liburan
89 Bab 89 : Vila
90 Bab 90 : Pesta
91 Bab 91 : Cemburu
92 Bab 92 : Mengenyahkan
93 Bab 93 : Khawatir
94 Bab 94 : Perasaan
95 Bab 95 : Parasit
96 Bab 96 : Maaf
97 Bab 97 : Menyembunyikan
98 Bab 98 : Mengganggu
99 Bab 99 : Tidak akan!
100 Bab 100 : Jail
101 Bab 101 : Masalah kecil
102 Bab 102 : Menyadarkan
103 Bab 103 : Sejak dulu
104 Bab 104 : Rindu
105 Bab 105 : Masih rindu
106 Bab 106 : Kejutan?
107 Bab 107 : Tragedi
108 Bab 108 : Kesedihan
109 Bab 109 : Senyuman
110 Bab 110 : Menghabiskan Uang
111 Bab 111 : Kondisi
112 Bab 112 : Tidak menginginkan
113 Bab 113 : Kembali
114 Bab 114 : Nyaman
115 Bab 115 : Dean
116 Bab 116 : TAMAT
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Flashback
3
Flashback 2
4
Memelas
5
Tak Sopan
6
Tetap percaya
7
Perjanjian
8
Kegamangan
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Musuh baru?
12
Tak cocok
13
Ganteng
14
Kagum
15
Mimpi buruk
16
Habis manis sepah dibuang
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34 : Tidak masuk akal
35
Bab 35 : Memperjuangkan
36
Bab 36 : Perhatian kecil
37
Bab 37 : Tak terganggu
38
Bab 38 : Sakit
39
Bab 39 : Panik
40
Bab 40 : Menangis
41
Bab 41 : Mengusir
42
Bab 42 : Aku malu
43
Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44
Bab 44 : Halusinasi
45
Bab 45 : Kejadian
46
Bab 46 : Menertawakan
47
Bab 47 : PDKT
48
Bab 48 : Penasaran
49
Bab 49 : Dibela
50
Bab 50 : Salah menilai
51
Bab 51 : Mikirin kamu
52
Bab 52 : Menggoda
53
Bab 53 : Rencana
54
Bab 54 : Jalan-jalan
55
Bab 55 : Sedikit perubahan
56
Bab 56 : Pertama kali
57
Bab 57 : Pertanyaan
58
Bab 58 : Mengantarkan pulang
59
Bab 59 : Sedekat apa?
60
Bab 60 : Memenuhi kepala
61
Bab 61 : Berlebihan
62
Bab 62 : Tanpa sadar
63
Bab 63 : Sikap
64
Bab 64
65
Bab 65 : Sederhana
66
Bab 66 : Oma
67
Bab 67 : Masa lalu
68
Bab 68 : Pesan
69
Bab 69 : Yang benar saja!
70
Bab 70 : Seseorang
71
Bab 71 : Menjelaskan
72
Bab 72 : Menyangkal
73
Bab 73 : Tidak fokus
74
Bab 74 : Goyah
75
Bab 75 : Kecewa
76
Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77
Bab 77 : Perdebatan kecil
78
Bab 78 : Berbeda
79
Bab 79 : Baru kali ini
80
Bab 80 : Maaf
81
Bab 81 : Ternyata!
82
Bab 82 : Menonton pertandingan
83
Bab 83 : Mengakui
84
Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85
Bab 85 : I'm yours
86
Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87
Bab 87 : Menerima
88
Bab 88 : Berangkat liburan
89
Bab 89 : Vila
90
Bab 90 : Pesta
91
Bab 91 : Cemburu
92
Bab 92 : Mengenyahkan
93
Bab 93 : Khawatir
94
Bab 94 : Perasaan
95
Bab 95 : Parasit
96
Bab 96 : Maaf
97
Bab 97 : Menyembunyikan
98
Bab 98 : Mengganggu
99
Bab 99 : Tidak akan!
100
Bab 100 : Jail
101
Bab 101 : Masalah kecil
102
Bab 102 : Menyadarkan
103
Bab 103 : Sejak dulu
104
Bab 104 : Rindu
105
Bab 105 : Masih rindu
106
Bab 106 : Kejutan?
107
Bab 107 : Tragedi
108
Bab 108 : Kesedihan
109
Bab 109 : Senyuman
110
Bab 110 : Menghabiskan Uang
111
Bab 111 : Kondisi
112
Bab 112 : Tidak menginginkan
113
Bab 113 : Kembali
114
Bab 114 : Nyaman
115
Bab 115 : Dean
116
Bab 116 : TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!