Jarum jam terus berputar, membawa manusia sampai pada saat waktu beristirahat.
Caca memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah membalas pesan singkat sang ayah yang menyuruhnya untuk segera datang ke kafe.
Gadis itu pun bergegas memakai helmnya dan segera keluar dari pelataran kampus.
Menikmati waktu senja bersama keramaian jalan adalah kebiasaan Caca. Gadis berusia sembilan belas tahun itu tersenyum sepanjang perjalanan menuju kafe sang ayah yang letaknya tak jauh dari rumah mertuanya.
Mengingat akan kembali pada aktivitas seperti biasa, membuat hormon kebahagiaan dalam diri Caca cukup meningkat. Ia bahkan lupa dengan segala tugas yang harusnya ia kumpulkan keesokan harinya.
Langit sudah terlihat menguning saat Caca tiba di kafe tempat ia biasa menghabiskan waktu sorenya. Ya, gadis itu bekerja di kafe layaknya mahasiswa yang kekurangan biaya. Namun, bedanya gadis itu menjadi manajer, sehingga bisa datang kapan saja. Kalau pun ia sedang banyak tugas dan tidak bisa datang, bukan masalah baginya atau bagi si Pemilik kafe yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
“Ayah di atas?” tanya Caca pada salah satu karyawannya saat ia hendak meminum sekaleng minuman di dapur kafe tersebut.
“Iya, Mbak,” jawab karyawan itu bersamaan dengan anggukan kepalanya.
Netra Caca menyipit tiba-tiba, membuat karyawan yang tengah membawa sapu itu menunduk takut.
“Sudah berapa kali aku bilang? Jangan panggil aku dengan sebutan mbak. Usiaku jauh lebih muda dari kamu. Jadi, panggil Caca saja!” tutur gadis itu sembari melipat tangannya di depan dada.
Karyawan bernama Melati itu semakin menunduk. Caca sangat sering berkata seperti itu kepada seluruh teman-temannya, karena memang hampir semua karyawan di sana memanggilnya dengan embel-embel mbak. Ia dan semua temannya merasa tak sopan jika memanggil putri pemilik kafe tempatnya bekerja tanpa embel-embel. Apalagi selama satu tahun ini, gadis itu menjadi manajer kafe itu. Bukankah akan sangat aneh jika para karyawannya memanggil gadis itu hanya dengan nama?.
“Ta-tapi, Mbak–”
“Sudah turuti saja permintaan gadis nakal itu.”
Mendengar suara yang tak asing, sontak membuat Caca dan karyawan itu menoleh ke arah belakang.
“Ayah!” seru Caca girang. Ia pun segera mendekat pada ayahnya. Lantas memeluk pria itu dengan sangat erat.
“Aku kangen banget sama Ayah,” ucap Caca manja. Ia mengusap-usapkan wajahnya pada dada Banyu. Kebiasaannya dari kecil memang tak bisa hilang hingga sekarang.
“Kamu lihat? Dia masih seperti anak kecil. Jadi, panggil dia Caca saja. Tidak perlu sungkan,” ucap Banyu pada Melati.
Karyawan itu mengangguk. “Ba-baik, Pak,” jawabnya tak bisa membantah.
“Sekarang kamu bisa kembali bekerja!” titah Banyu pada karyawan itu.
Karyawan itu pun mengangguk untuk kemudian mengambil langkah seribu, meninggalkan sepasang ayah dan anak itu.
“Ayo kita ke atas!” Banyu melonggarkan dekapan sang putri, lantas menarik gadis itu menaiki tangga menuju ruangan pribadi keduanya.
“Mama ikut ke sini?”
“Nanti mama ke sini. Mau ketemu kamu, katanya kangen.”
“Yes!”
**
Bruk
“Huh, capek banget,” ucap Abimanyu seraya mengusap peluhnya dengan punggung tangan.
Pria itu menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Ia mengamati seluruh teman-temannya yang juga tengah duduk dengan meluruskan kaki.
“Gue denger bakal ada turnamen futsal dari pemerintah kota, kira-kira nanti kita ikut nggak, Bi?” tanya salah satu teman Abimanyu.
“Terserah kalian. Kalau mau ikut ayo, kalau mau istirahat dulu juga nggak papa,” ujar pria itu santai.
“Ikut aja, Bi. Lumayan hadiahnya banyak katanya,” timpal Aldo.
Semua teman Abimanyu yang berada di sana pun mengangguk setuju dengan ucapan Aldo.
“Ya, terserah deh. Kalau latihannya rutin kayak gini, tanpa gue pun kalian pasti akan menang,” ucap Abimanyu. Semua teman Abimanyu mengangguk.
“Air,” ucap Aldi sembari meletakkan satu kardus air mineral yang baru ia beli.
“Ini lo yang beli, Di?” tanya Aldo saudara kembar Aldi.
“Gue Cuma disuruh sama Pak Bos,” jawab pria itu sembari ikut duduk bersila di samping Abimanyu.
Semua teman Abimanyu segera mengambil minuman tersebut untuk melepaskan dahaga setelah satu jam berlatih futsal. Saat ini mereka sedang berada di lapangan futsal kampus mereka. Setiap satu minggu sekali mereka melakukan latihan secara rutin.
Abimanyu dan Aldo yang memang gemar dengan aktivitas satu ini pun tak pernah absen, berikut juga Aldi. Meskipun ia tak menyukai olahraga itu, ia tetap masuk ke sana hanya untuk melihat dan menunggu saudara kembarnya.
Abimanyu bersama teman-temannya masih sibuk mengobrol. Membahas turnamen futsal yang akan mereka ikuti. Mereka terlihat sangat antusias membahas turnamen tersebut, membuat Abimanyu tersenyum bangga. Ia memang tidak salah dalam memilih kawan bermain. Mereka selalu terlihat bersemangat ketika latihan dan selalu antusias saat mendengar kabar turnamen futsal.
Lama mereka mengobrol, hingga tiba-tiba seorang gadis masuk ke lapangan tersebut membawa satu kantung kresek berukuran besar.
“Hai, Kak,” sapa gadis itu sembari mendudukkan dirinya di samping Abimanyu.
“Hai Crys,” balas Abimanyu.
Teman-teman pria itu pun ikut menyapa gadis cantik itu. Lantas membuka kantung kresek yang dibawa oleh Crystal, setelah dipersilakan oleh sang pemilik.
“Aku ganggu, ya?” tanya gadis itu memasang wajah bersalah.
“Enggak, dong, Crystal cantik,” jawab salah seorang teman Abimanyu bernama Tomi sembari menggigit satu potong roti yang baru saja ia buka.
“Lo dari mana?” tanya Abimanyu pada gadis itu. Ia melihat pergelangan tangannya, kemudian lanjut bicara, “Udah malem loh ini, kok masih di kampus?” lanjutnya sedikit penasaran.
“Hm?” Gadis itu tampak salah tingkah, karena ini memang pertama kalinya ia nekat menghampiri Abimanyu dan teman-temannya latihan futsal. Biasanya gadis itu hanya akan melihat dari kejauhan saja.
“Emm, itu ... aku tadi ada tugas kerja kelompok sama temen-temen. Baru selesai tugasnya. Terus tadi waktu mau beli minuman di mini market depan, aku lihat Kak Aldo bawa kardus air mineral. Aku jadi inget kalau hari ini Kak Abi sama temen-temennya pasti lagi latihan futsal. Jadi, tadi aku beli banyak makanan deh,” jelas gadis itu berbohong. Tanpa diingatkan pun Crystal pasti tidak akan lupa hari latihan futsal Abimanyu bersama teman-temannya.
“Aldo? Yang beli minum tadi dia bukan gue!” sungut Aldo sembari menunjuk saudara kembarnya.
Sontak semua orang tertawa, karena Crystal salah mengenali Aldi. Mereka berdua memang sangat mirip. Hampir tidak ada perbedaan di antara keduanya, jika saja Aldi tidak memiliki tahi lalat pada pelipisnya.
Crystal menggigit lidahnya, sebab merasa malu sekaligus bersalah. Ia menatap Aldi yang juga menatapnya, tetapi dengan tatapan datar.
“Maaf, ya, Kak,” ucap gadis itu dengan seulas senyum bersalah.
“Hm,” jawab pria itu malas.
Gadis itu tersenyum canggung kembali. Lantas menatap seluruh teman-teman Abimanyu dan berkata, “Ayo, Kak dimakan! Jangan sungkan.” Ia menggeser kantung kresek tersebut untuk lebih dekat dengan teman-teman Abimanyu lainnya.
“Lo pulang naik apa?”
“Hm? Aku tadi dianter sama papa, tapi tadi katanya nggak bisa jemput. Mungkin nanti naik taksi,” jawab gadis itu.
“Mau bareng gue?” tawar Abimanyu. Ibu gadis itu merupakan sahabat ibunya. Ia akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu dengan Crystal, apabila gadis itu pulang sendiri. Saat ini kejahatan begitu marak. Membuat siapa saja harus lebih waspada.
“Emang boleh?” tanya Crystal.
“Boleh lah, entar kalau lo kenapa-kenapa di jalan, pasti yang ditanya pertama sama Om Dipta gue,” kelakar Abimanyu. Ia terkekeh sendiri mengingat bagaimana posesifnya pria paruh baya itu terhadap sang putri.
“Ya, udah deh, kalau nggak ngrepotin Kak Abi nggak papa. Lumayan hemat uang,” timpal gadis itu dengan sedikit candaan. Di dalam hatinya ia merasa begitu berbunga-bunga mendapati akan pulang bersama Abimanyu.
“Mau pulang kapan?”
“Terserah Kak Abi aja, sekarang juga boleh, nanti juga nggak papa.”
Abimanyu mengangguk. Ia lantas berdiri mengajak Crystal untuk pulang, karena waktu sudah cukup malam.
Pria itu membawa motor dengan cukup tenang, hingga ia sampai di depan rumah orang tua Crystal. Abimanyu segera menarik tuas gasnya setelah Crystal turun dan masuk ke dalam rumah.
Malam belum terlalu larut, tetapi Abimanyu ingin segera pulang. Perutnya terasa lapar dan rindu masakan ibu tercintanya.
Tanpa menambah kecepatan, Abimanyu menyusuri jalanan ibu kota yang cukup ramai dengan santai. Ia tampak begitu menikmati suasana malam dengan kerlap-kerlip lampu jalanan. Pria itu seperti tak pernah bosan melihat indahnya jalanan yang tak pernah sepi kendaraan.
Pada satu persimpangan terakhir sebelum memasuki komplek rumahnya, Abimanyu menghentikan kendaraan roda duanya dengan sempurna. Ia tampak menatap sekelilingnya yang cukup ramai. Ia fokus menatap lampu merah yang belum berubah warna, hingga sebuah motor berhenti tepat di sampingnya.
Awalnya Abimanyu diam saja, tak peduli dengan siapa itu. Namun, perasaan merasa diawasi tiba-tiba menjalar ke dalam benaknya. Ia pun menoleh pelan, seolah tengah menatap jalan. Dan ia terkejut saat mendapati Caca yang berhenti di sampingnya dengan menatapnya tak suka.
Setelah beberapa saat bersitatap. Caca memalingkan muka, dan bersiap untuk menarik tuas gas motor matic besarnya.
Saat detik lampu merah berada pada angka satu, dengan cepat Caca melajukan motornya. Kecepatan gadis itu membuat Abimanyu menggeleng.
Pria dengan motor berwarna putih itu pun segera menyusul langkah kendaraan Caca. Ia sama seperti gadis itu, mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ia merasa tertantang untuk mendahului motor Caca.
Setelah menemukan posisi istrinya, Abimanyu kembali menambah kecepatan, hingga ia bisa menyalip gadis itu. Ia tersenyum miring, seolah tengah menyombongkan diri, karena telah mendahului Caca.
Namun, tak lama kemudian Caca kembali berada di depan motor Abimanyu.
Suami Caca itu terheran-heran dengan keberanian Caca dalam mengendarai motor. Ia pun semakin tertantang untuk kembali menyalip gadis itu.
Di jalanan yang cukup ramai. Keduanya terlihat seperti sedang balapan motor. Mereka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, saling menyalip satu sama lain, bahkan menyalip para pengendara lain, hingga mereka tiba di depan gerbang rumah secara bersamaan.
***
Jangan lupa like dan komen❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Hemi Imut
kaya tom n jerry g ada yg mau kalah
2022-06-18
0
❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇
wkakakaka...kegabutan yang hakiki dr pasutri🤣🤣🤣
2022-04-01
0
Dita Susandi
up thor..🥰🥰🥰
2022-02-18
0