Bab 9

Jarum jam terus berputar, membawa manusia sampai pada saat waktu beristirahat.

Caca memasukkan ponselnya ke dalam tas setelah membalas pesan singkat sang ayah yang menyuruhnya untuk segera datang ke kafe.

Gadis itu pun bergegas memakai helmnya dan segera keluar dari pelataran kampus.

Menikmati waktu senja bersama keramaian jalan adalah kebiasaan Caca. Gadis berusia sembilan belas tahun itu tersenyum sepanjang perjalanan menuju kafe sang ayah yang letaknya tak jauh dari rumah mertuanya.

Mengingat akan kembali pada aktivitas seperti biasa, membuat hormon kebahagiaan dalam diri Caca cukup meningkat. Ia bahkan lupa dengan segala tugas yang harusnya ia kumpulkan keesokan harinya.

Langit sudah terlihat menguning saat Caca tiba di kafe tempat ia biasa menghabiskan waktu sorenya. Ya, gadis itu bekerja di kafe layaknya mahasiswa yang kekurangan biaya. Namun, bedanya gadis itu menjadi manajer, sehingga bisa datang kapan saja. Kalau pun ia sedang banyak tugas dan tidak bisa datang, bukan masalah baginya atau bagi si Pemilik kafe yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

“Ayah di atas?” tanya Caca pada salah satu karyawannya saat ia hendak meminum sekaleng minuman di dapur kafe tersebut.

“Iya, Mbak,” jawab karyawan itu bersamaan dengan anggukan kepalanya.

Netra Caca menyipit tiba-tiba, membuat karyawan yang tengah membawa sapu itu menunduk takut.

“Sudah berapa kali aku bilang? Jangan panggil aku dengan sebutan mbak. Usiaku jauh lebih muda dari kamu. Jadi, panggil Caca saja!” tutur gadis itu sembari melipat tangannya di depan dada.

Karyawan bernama Melati itu semakin menunduk. Caca sangat sering berkata seperti itu kepada seluruh teman-temannya, karena memang hampir semua karyawan di sana memanggilnya dengan embel-embel mbak. Ia dan semua temannya merasa tak sopan jika memanggil putri pemilik kafe tempatnya bekerja tanpa embel-embel. Apalagi selama satu tahun ini, gadis itu menjadi manajer kafe itu. Bukankah akan sangat aneh jika para karyawannya memanggil gadis itu hanya dengan nama?.

“Ta-tapi, Mbak–”

“Sudah turuti saja permintaan gadis nakal itu.”

Mendengar suara yang tak asing, sontak membuat Caca dan karyawan itu menoleh ke arah belakang.

“Ayah!” seru Caca girang. Ia pun segera mendekat pada ayahnya. Lantas memeluk pria itu dengan sangat erat.

“Aku kangen banget sama Ayah,” ucap Caca manja. Ia mengusap-usapkan wajahnya pada dada Banyu. Kebiasaannya dari kecil memang tak bisa hilang hingga sekarang.

“Kamu lihat? Dia masih seperti anak kecil. Jadi, panggil dia Caca saja. Tidak perlu sungkan,” ucap Banyu pada Melati.

Karyawan itu mengangguk. “Ba-baik, Pak,” jawabnya tak bisa membantah.

“Sekarang kamu bisa kembali bekerja!” titah Banyu pada karyawan itu.

Karyawan itu pun mengangguk untuk kemudian mengambil langkah seribu, meninggalkan sepasang ayah dan anak itu.

“Ayo kita ke atas!” Banyu melonggarkan dekapan sang putri, lantas menarik gadis itu menaiki tangga menuju ruangan pribadi keduanya.

“Mama ikut ke sini?”

“Nanti mama ke sini. Mau ketemu kamu, katanya kangen.”

“Yes!”

**

Bruk

“Huh, capek banget,” ucap Abimanyu seraya mengusap peluhnya dengan punggung tangan.

Pria itu menopang tubuhnya dengan kedua tangan. Ia mengamati seluruh teman-temannya yang juga tengah duduk dengan meluruskan kaki.

“Gue denger bakal ada turnamen futsal dari pemerintah kota, kira-kira nanti kita ikut nggak, Bi?” tanya salah satu teman Abimanyu.

“Terserah kalian. Kalau mau ikut ayo, kalau mau istirahat dulu juga nggak papa,” ujar pria itu santai.

“Ikut aja, Bi. Lumayan hadiahnya banyak katanya,” timpal Aldo.

Semua teman Abimanyu yang berada di sana pun mengangguk setuju dengan ucapan Aldo.

“Ya, terserah deh. Kalau latihannya rutin kayak gini, tanpa gue pun kalian pasti akan menang,” ucap Abimanyu. Semua teman Abimanyu mengangguk.

“Air,” ucap Aldi sembari meletakkan satu kardus air mineral yang baru ia beli.

“Ini lo yang beli, Di?” tanya Aldo saudara kembar Aldi.

“Gue Cuma disuruh sama Pak Bos,” jawab pria itu sembari ikut duduk bersila di samping Abimanyu.

Semua teman Abimanyu segera mengambil minuman tersebut untuk melepaskan dahaga setelah satu jam berlatih futsal. Saat ini mereka sedang berada di lapangan futsal kampus mereka. Setiap satu minggu sekali mereka melakukan latihan secara rutin.

Abimanyu dan Aldo yang memang gemar dengan aktivitas satu ini pun tak pernah absen, berikut juga Aldi. Meskipun ia tak menyukai olahraga itu, ia tetap masuk ke sana hanya untuk melihat dan menunggu saudara kembarnya.

Abimanyu bersama teman-temannya masih sibuk mengobrol. Membahas turnamen futsal yang akan mereka ikuti. Mereka terlihat sangat antusias membahas turnamen tersebut, membuat Abimanyu tersenyum bangga. Ia memang tidak salah dalam memilih kawan bermain. Mereka selalu terlihat bersemangat ketika latihan dan selalu antusias saat mendengar kabar turnamen futsal.

Lama mereka mengobrol, hingga tiba-tiba seorang gadis masuk ke lapangan tersebut membawa satu kantung kresek berukuran besar.

“Hai, Kak,” sapa gadis itu sembari mendudukkan dirinya di samping Abimanyu.

“Hai Crys,” balas Abimanyu.

Teman-teman pria itu pun ikut menyapa gadis cantik itu. Lantas membuka kantung kresek yang dibawa oleh Crystal, setelah dipersilakan oleh sang pemilik.

“Aku ganggu, ya?” tanya gadis itu memasang wajah bersalah.

“Enggak, dong, Crystal cantik,” jawab salah seorang teman Abimanyu bernama Tomi sembari menggigit satu potong roti yang baru saja ia buka.

“Lo dari mana?” tanya Abimanyu pada gadis itu. Ia melihat pergelangan tangannya, kemudian lanjut bicara, “Udah malem loh ini, kok masih di kampus?” lanjutnya sedikit penasaran.

“Hm?” Gadis itu tampak salah tingkah, karena ini memang pertama kalinya ia nekat menghampiri Abimanyu dan teman-temannya latihan futsal. Biasanya gadis itu hanya akan melihat dari kejauhan saja.

“Emm, itu ... aku tadi ada tugas kerja kelompok sama temen-temen. Baru selesai tugasnya. Terus tadi waktu mau beli minuman di mini market depan, aku lihat Kak Aldo bawa kardus air mineral. Aku jadi inget kalau hari ini Kak Abi sama temen-temennya pasti lagi latihan futsal. Jadi, tadi aku beli banyak makanan deh,” jelas gadis itu berbohong. Tanpa diingatkan pun Crystal pasti tidak akan lupa hari latihan futsal Abimanyu bersama teman-temannya.

“Aldo? Yang beli minum tadi dia bukan gue!” sungut Aldo sembari menunjuk saudara kembarnya.

Sontak semua orang tertawa, karena Crystal salah mengenali Aldi. Mereka berdua memang sangat mirip. Hampir tidak ada perbedaan di antara keduanya, jika saja Aldi tidak memiliki tahi lalat pada pelipisnya.

Crystal menggigit lidahnya, sebab merasa malu sekaligus bersalah. Ia menatap Aldi yang juga menatapnya, tetapi dengan tatapan datar.

“Maaf, ya, Kak,” ucap gadis itu dengan seulas senyum bersalah.

“Hm,” jawab pria itu malas.

Gadis itu tersenyum canggung kembali. Lantas menatap seluruh teman-teman Abimanyu dan berkata, “Ayo, Kak dimakan! Jangan sungkan.” Ia menggeser kantung kresek tersebut untuk lebih dekat dengan teman-teman Abimanyu lainnya.

“Lo pulang naik apa?”

“Hm? Aku tadi dianter sama papa, tapi tadi katanya nggak bisa jemput. Mungkin nanti naik taksi,” jawab gadis itu.

“Mau bareng gue?” tawar Abimanyu. Ibu gadis itu merupakan sahabat ibunya. Ia akan merasa bersalah jika terjadi sesuatu dengan Crystal, apabila gadis itu pulang sendiri. Saat ini kejahatan begitu marak. Membuat siapa saja harus lebih waspada.

“Emang boleh?” tanya Crystal.

“Boleh lah, entar kalau lo kenapa-kenapa di jalan, pasti yang ditanya pertama sama Om Dipta gue,” kelakar Abimanyu. Ia terkekeh sendiri mengingat bagaimana posesifnya pria paruh baya itu terhadap sang putri.

“Ya, udah deh, kalau nggak ngrepotin Kak Abi nggak papa. Lumayan hemat uang,” timpal gadis itu dengan sedikit candaan. Di dalam hatinya ia merasa begitu berbunga-bunga mendapati akan pulang bersama Abimanyu.

“Mau pulang kapan?”

“Terserah Kak Abi aja, sekarang juga boleh, nanti juga nggak papa.”

Abimanyu mengangguk. Ia lantas berdiri mengajak Crystal untuk pulang, karena waktu sudah cukup malam.

Pria itu membawa motor dengan cukup tenang, hingga ia sampai di depan rumah orang tua Crystal. Abimanyu segera menarik tuas gasnya setelah Crystal turun dan masuk ke dalam rumah.

Malam belum terlalu larut, tetapi Abimanyu ingin segera pulang. Perutnya terasa lapar dan rindu masakan ibu tercintanya.

Tanpa menambah kecepatan, Abimanyu menyusuri jalanan ibu kota yang cukup ramai dengan santai. Ia tampak begitu menikmati suasana malam dengan kerlap-kerlip lampu jalanan. Pria itu seperti tak pernah bosan melihat indahnya jalanan yang tak pernah sepi kendaraan.

Pada satu persimpangan terakhir sebelum memasuki komplek rumahnya, Abimanyu menghentikan kendaraan roda duanya dengan sempurna. Ia tampak menatap sekelilingnya yang cukup ramai. Ia fokus menatap lampu merah yang belum berubah warna, hingga sebuah motor berhenti tepat di sampingnya.

Awalnya Abimanyu diam saja, tak peduli dengan siapa itu. Namun, perasaan merasa diawasi tiba-tiba menjalar ke dalam benaknya. Ia pun menoleh pelan, seolah tengah menatap jalan. Dan ia terkejut saat mendapati Caca yang berhenti di sampingnya dengan menatapnya tak suka.

Setelah beberapa saat bersitatap. Caca memalingkan muka, dan bersiap untuk menarik tuas gas motor matic besarnya.

Saat detik lampu merah berada pada angka satu, dengan cepat Caca melajukan motornya. Kecepatan gadis itu membuat Abimanyu menggeleng.

Pria dengan motor berwarna putih itu pun segera menyusul langkah kendaraan Caca. Ia sama seperti gadis itu, mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Ia merasa tertantang untuk mendahului motor Caca.

Setelah menemukan posisi istrinya, Abimanyu kembali menambah kecepatan, hingga ia bisa menyalip gadis itu. Ia tersenyum miring, seolah tengah menyombongkan diri, karena telah mendahului Caca.

Namun, tak lama kemudian Caca kembali berada di depan motor Abimanyu.

Suami Caca itu terheran-heran dengan keberanian Caca dalam mengendarai motor. Ia pun semakin tertantang untuk kembali menyalip gadis itu.

Di jalanan yang cukup ramai. Keduanya terlihat seperti sedang balapan motor. Mereka mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, saling menyalip satu sama lain, bahkan menyalip para pengendara lain, hingga mereka tiba di depan gerbang rumah secara bersamaan.

***

Jangan lupa like dan komen❤

Terpopuler

Comments

Hemi Imut

Hemi Imut

kaya tom n jerry g ada yg mau kalah

2022-06-18

0

❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇

❦ℝ𝕒𝕟𝕚❦🍇

wkakakaka...kegabutan yang hakiki dr pasutri🤣🤣🤣

2022-04-01

0

Dita Susandi

Dita Susandi

up thor..🥰🥰🥰

2022-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Flashback
3 Flashback 2
4 Memelas
5 Tak Sopan
6 Tetap percaya
7 Perjanjian
8 Kegamangan
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Musuh baru?
12 Tak cocok
13 Ganteng
14 Kagum
15 Mimpi buruk
16 Habis manis sepah dibuang
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34 : Tidak masuk akal
35 Bab 35 : Memperjuangkan
36 Bab 36 : Perhatian kecil
37 Bab 37 : Tak terganggu
38 Bab 38 : Sakit
39 Bab 39 : Panik
40 Bab 40 : Menangis
41 Bab 41 : Mengusir
42 Bab 42 : Aku malu
43 Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44 Bab 44 : Halusinasi
45 Bab 45 : Kejadian
46 Bab 46 : Menertawakan
47 Bab 47 : PDKT
48 Bab 48 : Penasaran
49 Bab 49 : Dibela
50 Bab 50 : Salah menilai
51 Bab 51 : Mikirin kamu
52 Bab 52 : Menggoda
53 Bab 53 : Rencana
54 Bab 54 : Jalan-jalan
55 Bab 55 : Sedikit perubahan
56 Bab 56 : Pertama kali
57 Bab 57 : Pertanyaan
58 Bab 58 : Mengantarkan pulang
59 Bab 59 : Sedekat apa?
60 Bab 60 : Memenuhi kepala
61 Bab 61 : Berlebihan
62 Bab 62 : Tanpa sadar
63 Bab 63 : Sikap
64 Bab 64
65 Bab 65 : Sederhana
66 Bab 66 : Oma
67 Bab 67 : Masa lalu
68 Bab 68 : Pesan
69 Bab 69 : Yang benar saja!
70 Bab 70 : Seseorang
71 Bab 71 : Menjelaskan
72 Bab 72 : Menyangkal
73 Bab 73 : Tidak fokus
74 Bab 74 : Goyah
75 Bab 75 : Kecewa
76 Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77 Bab 77 : Perdebatan kecil
78 Bab 78 : Berbeda
79 Bab 79 : Baru kali ini
80 Bab 80 : Maaf
81 Bab 81 : Ternyata!
82 Bab 82 : Menonton pertandingan
83 Bab 83 : Mengakui
84 Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85 Bab 85 : I'm yours
86 Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87 Bab 87 : Menerima
88 Bab 88 : Berangkat liburan
89 Bab 89 : Vila
90 Bab 90 : Pesta
91 Bab 91 : Cemburu
92 Bab 92 : Mengenyahkan
93 Bab 93 : Khawatir
94 Bab 94 : Perasaan
95 Bab 95 : Parasit
96 Bab 96 : Maaf
97 Bab 97 : Menyembunyikan
98 Bab 98 : Mengganggu
99 Bab 99 : Tidak akan!
100 Bab 100 : Jail
101 Bab 101 : Masalah kecil
102 Bab 102 : Menyadarkan
103 Bab 103 : Sejak dulu
104 Bab 104 : Rindu
105 Bab 105 : Masih rindu
106 Bab 106 : Kejutan?
107 Bab 107 : Tragedi
108 Bab 108 : Kesedihan
109 Bab 109 : Senyuman
110 Bab 110 : Menghabiskan Uang
111 Bab 111 : Kondisi
112 Bab 112 : Tidak menginginkan
113 Bab 113 : Kembali
114 Bab 114 : Nyaman
115 Bab 115 : Dean
116 Bab 116 : TAMAT
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Prolog
2
Flashback
3
Flashback 2
4
Memelas
5
Tak Sopan
6
Tetap percaya
7
Perjanjian
8
Kegamangan
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Musuh baru?
12
Tak cocok
13
Ganteng
14
Kagum
15
Mimpi buruk
16
Habis manis sepah dibuang
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34 : Tidak masuk akal
35
Bab 35 : Memperjuangkan
36
Bab 36 : Perhatian kecil
37
Bab 37 : Tak terganggu
38
Bab 38 : Sakit
39
Bab 39 : Panik
40
Bab 40 : Menangis
41
Bab 41 : Mengusir
42
Bab 42 : Aku malu
43
Bab 43 : Pertanyaan yang membosankan
44
Bab 44 : Halusinasi
45
Bab 45 : Kejadian
46
Bab 46 : Menertawakan
47
Bab 47 : PDKT
48
Bab 48 : Penasaran
49
Bab 49 : Dibela
50
Bab 50 : Salah menilai
51
Bab 51 : Mikirin kamu
52
Bab 52 : Menggoda
53
Bab 53 : Rencana
54
Bab 54 : Jalan-jalan
55
Bab 55 : Sedikit perubahan
56
Bab 56 : Pertama kali
57
Bab 57 : Pertanyaan
58
Bab 58 : Mengantarkan pulang
59
Bab 59 : Sedekat apa?
60
Bab 60 : Memenuhi kepala
61
Bab 61 : Berlebihan
62
Bab 62 : Tanpa sadar
63
Bab 63 : Sikap
64
Bab 64
65
Bab 65 : Sederhana
66
Bab 66 : Oma
67
Bab 67 : Masa lalu
68
Bab 68 : Pesan
69
Bab 69 : Yang benar saja!
70
Bab 70 : Seseorang
71
Bab 71 : Menjelaskan
72
Bab 72 : Menyangkal
73
Bab 73 : Tidak fokus
74
Bab 74 : Goyah
75
Bab 75 : Kecewa
76
Bab 76 : Jangan tinggalkan aku!
77
Bab 77 : Perdebatan kecil
78
Bab 78 : Berbeda
79
Bab 79 : Baru kali ini
80
Bab 80 : Maaf
81
Bab 81 : Ternyata!
82
Bab 82 : Menonton pertandingan
83
Bab 83 : Mengakui
84
Bab 84 : Kebahagiaan kecil
85
Bab 85 : I'm yours
86
Bab 86 : (Bukan) yang pertama
87
Bab 87 : Menerima
88
Bab 88 : Berangkat liburan
89
Bab 89 : Vila
90
Bab 90 : Pesta
91
Bab 91 : Cemburu
92
Bab 92 : Mengenyahkan
93
Bab 93 : Khawatir
94
Bab 94 : Perasaan
95
Bab 95 : Parasit
96
Bab 96 : Maaf
97
Bab 97 : Menyembunyikan
98
Bab 98 : Mengganggu
99
Bab 99 : Tidak akan!
100
Bab 100 : Jail
101
Bab 101 : Masalah kecil
102
Bab 102 : Menyadarkan
103
Bab 103 : Sejak dulu
104
Bab 104 : Rindu
105
Bab 105 : Masih rindu
106
Bab 106 : Kejutan?
107
Bab 107 : Tragedi
108
Bab 108 : Kesedihan
109
Bab 109 : Senyuman
110
Bab 110 : Menghabiskan Uang
111
Bab 111 : Kondisi
112
Bab 112 : Tidak menginginkan
113
Bab 113 : Kembali
114
Bab 114 : Nyaman
115
Bab 115 : Dean
116
Bab 116 : TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!