“Aku tidak suka miliki di sentuh orang lain”. Bisik Edward setelah ia puas menyesap bibir tipis Laura.
Nafas keduanya masih memburu, dengan kening mereka yang saling menempel.
Laura mengangguk, Edward lalu mendekap gadis itu. Entah perasaan apa yang ia miliki pada gadis ini. Yang ia tau, dirinya merasa marah saat Laura di sentuh pria lain.
Ketukan di pintu terdengar, mengharuskan kedua insan berbeda usia dan jenis kelamin itu, memisahkan diri.
“Kembali lah bekerja. Jangan berani dekat-dekat dengan pria mana pun di luar sana”. Kata Edward sambil mengecup kening Laura.
Laura berjalan ke arah pintu dan membukanya. Nampak Johan berdiri disana dengan dua orang pria dewasa. Laura mempersilahkan mereka masuk.
“Nona, tolong bawakan kami kopi dan kue yang paling di gemari di restoran ini”. Kata Johan, saat Laura hendak memberikan menu makanan.
“Baik, pak Jo. Aku permisi dulu”.
*****
“La… Lala, mbak mau bicara sama kamu”. Tiba-tiba Yulia datang menghampiri Laura yang sedang mengelap meja.
Mereka pun berlalu menuju ruang kerja Yulia.
“Siapa pria yang di meja pojok tadi, La ?” Tanya Yulia to the point, saat mereka sudah duduk di sofa. Tadi ia sempat melihat adegan tangan Laura yang di pegang seorang pria. Dia juga melihat kedatangan Edward Hugo ke restorannya dan langsung menyambutnya.
“Dia mantan pacar aku mbak. Yang dulu aku ceritakan itu”. Jawab Laura. Memang tak ada hal yang Laura rahasiakan dari Yulia. Dia sudah menganggap Yulia seperti kakaknya sendiri. Begitu juga Yulia, sangat menyayangi Laura seperti adiknya, karena ia mempunyai adik perempuan yang seumuran Laura, tapi sayang sudah meninggal saat berusia 6 tahun.
“Apa dia datang mencari mu ?”
Laura mengangguk. “Dia jadi dosen di kampus mbak”.
“Wah, beruntung kamu La, ada dua pria tampan di sekitar mu sekarang.” Yulia memukul kecil lengan Laura.
Laura menyunggingkan bibirnya. ‘Beruntung?’ Batinnya.
“Bagaimana bisa Edward Hugo itu juga datang kemari? Untung jam sepi, kamu bayangkan jika ini jam ramai. Bisa-bisa heboh tempat ini.” Cerocos Yulia
“Memang sampai segitunya, mbak ?” Tanya Laura.
“La..La..kamu benar-benar tidak tau tentang Edward Hugo?”
Laura menggeleng. Meski sekarang ia sudah tinggal bersama dengan Edward, tapi tak ada niat untuknya mencari tau lebih dalam tentang pria itu. Dia harus tau diri.
*****
“Apa ada yang ingin kamu ceritakan padaku, Ara?” Ucapan Edward membuat kepala Laura mendongak. Kini mereka tengah berbaring di atas peraduan. Dengan posisi Laura berada di dalam dekapan Edward.
Sejak pulang kerja tadi, baik Edward dan Laura tak ada membahas apapun. Hanya saling menyapa, lalu membersihkan diri masing-masing.
“Dia.. dia..”
“Kamu tidak sedang memulai bernyanyi kan?” Tanya Edward.
“Maaf..” Laura menghela nafasnya kasar. Pandangannya menerawang jauh.
“Dia mantan pacarku, Ed.” Laura menggigit bibir bawahnya. Ia takut menoleh ke arah Edward.
Tangan kanan Edward yang sedari tadi mengusap punggung Laura tiba-tiba berhenti. Dan Laura merasakan itu.
‘Gawat, pria tua ini pasti marah’
“Ceritakan!” Nada suara Ed terdengar berbeda.
“Tidak ada yang perlu di ceritakan. Hanya akan membuatku sakit hati saja.” Laura benar-benar enggan menceritakan kisah masa lalunya dengan Rendra.
“Kenapa? Apa dia berselingkuh”. Laura menggeleng.
“Lalu..?” Tanya Edward lagi. Ia berusaha mengulik masa lalu Laura. Ia bisa saja mencari tau sendiri dengan bantuan ‘Uang’, tapi lebih baik dia tau dari sumbernya langsung.
“Orang tuanya tidak setuju karena latar belakang keluargaku yang hanya mempunyai panti asuhan saja”.
“Masih ada orang tua yang seperti itu?” Tanya Edward lagi.
“Ed.. aku mohon, jangan membahasnya lagi. Itu sangat menyakitkan. Mengingat bagaimana kedua orang tua kita di rendahkan”. Suara Laura terdengar parau seperti menahan tangis.
Edward mengerti, mungkin begitu menyakitkan bagi Laura untuk mengingatnya kembali. Ia pun kembali mengusap punggung gadis itu.
Laura kembali mendongak, saat itu juga Edward melihat ke arahnya. Tatapan mereka bertemu dan saling mengunci. Beberapa saat kemudian, entah siapa yang memulai. Mungkin ada setan yang membisikkan mereka. Ciuman panas pun terjadi. Laura yang tadi berada di samping Edward, kini berada di atas tubuh pria dewasa itu.
Tangan keduanya pun tak tinggal diam, meraba, mere*mas anggota tubuh lawan jenisnya.
Hampir 10 menit adegan itu terjadi, piyama Laura juga sudah berantakan. Namun asupan oksigen telah menipis, akhirnya mereka menyudahi nya. Masih berada di atas tubuh Edward, Laura mengatur nafasnya agar kembali normal sambil menatap lekat pada manik mata pria tampan itu.
“Ayo tidur. Ini sudah malam”. Suara Edward terdengar berat. Mungkin ia menahan sesuatu.
Edward merebahkan tubuh Laura di sebalah kirinya. Lalu ia mendekap gadis itu dengan lembut.
“Good night, Ara-ku”.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Eka Mardiani
🤣
2022-12-02
1
Dewi Fuzi
jaga hatimu Laura jgn biarkan terluka untuk yg kedua kalinya dan yg kedua akan lebih sakit 🏃💔
2022-10-20
0
Ismu Srifah
felisha kau kemanakan kampret
2022-08-14
0