“Aku tau.. kamu menggoda ku.. karena itu kamu sengaja kan tak menggunakan pakaian dalam di dadamu itu?”
“Hah”
Laura membolakan matanya. ‘Sengaja menggoda pria ini’?’. Batin Laura
“Tidak ada yang ingin menggoda mu tuan”.
“Lalu kenapa kamu tak menggunakan pakaian dalam?” Selidik Ed
“Bagaimana tuan bisa tau aku tidak…?” Laura menjeda ucapannya, dan melirik dadanya.
“Kamu lupa, semalam aku menggunakannya sebagai bantal”. Jawab Ed yang juga menatap dada Laura.
“Hah” Laura menghela nafasnya.
“I-itu.. itu sudah menjadi kebiasaan ku, kalau tidur memang tak menggunakan bra”.
“Benarkah?” Laura mengangguk.
“Bukan karena ingin menggodaku?” Laura menggeleng.
“Menggoda ku juga tidak apa”. Ed menyunggingkan bibirnya.
“Hah”
“Ayo tidur, ini sudah malam. Besok aku ada meeting pagi”. Kata Edward seraya merebahkan badannya dan menarik selimut.
Laura pun mengikuti apa yang Edward lakukan, tapi dia menutup tubuhnya hingga ke leher.
“Kemarilah, Ara”. Ed meraih tubuh Laura dan mendekapnya.
‘Astaga..pria ini..’ Laura menempel pada tubuh kekar Edward
Edward mengusap punggung Laura.
“Good night, Ara”.
“Good night, too”
Di tengah malam Laura terbangun, ia masih berada dalam dekapan Edward. Dan pria itu tidak mengigau. Jadi Laura mengambil kesimpulan, Ed akan mimpi buruk jika ia tidur sendirian. Laura pun membiarkan dirinya tetap di dekap Edward.
******
Pagi telah menyapa. Laura telah membersihkan diri, mengganti pakaiannya dan menyiapkan pakaian kerja untuk Edward. Ia pun keluar dari ruang ganti.
Dilihatnya Edward telah duduk bersandar di atas ranjang.
“Tuan, aku duluan ya. Pakaian mu sudah aku siapkan”. Kata Laura sambil tersenyum.
“Hmm.. hati-hati di jalan Ra, ingat pulang kuliah ganti ponselmu dengan yang baru”. Edward mengingatkan.
“Baik tuan”
Laura menuruni tangga, seperti kemarin ia melihat Johan menata sarapan di meja makan.
Mereka berbasa-basi sebentar, lalu Laura sarapan duluan. Setelahnya ia pamit untuk pergi ke kampus.
****
Hari menjelang siang, Laura yang harusnya keluar kelas jam 12 siang, hari ini keluar jam 2 siang, karena adanya jam tambahan. Laura juga telah meminta ijin libur kerja hari ini pada Yulia.
“Lelah sekali, La” keluh Melani sembari merentangkan tangannya
“Humm”. Laura mengangguk.
“Setelah ini mau kemana, La?”
“Apa kamu sibuk, Mel?” Tanya Laura
“Tidak La. Memangnya kenapa?”
“Ayo ikut aku. Kita shopping”. Seru Laura
“Dapat traktiran ga nih? Secara kamu udah bawa kartu sakti”. Kata Melani terkekeh
“Tenang saja. Aku traktir kamu, makan baso sepuasnya”.
“Uh.. dasar pelit kamu, La”.
Mereka pun berjalan menuju parkiran kampus sambil tertawa.
Melani ikut menumpang di mobil Laura, karena hari ini dia tidak membawa mobil.
Mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di ibukota.
“Mau beli apa dulu kita, La?” Tanya Melani jelalatan.
“Antar aku ke toko ponsel, Mel”.
“Loh.. bukannya ponsel kamu masih baru? Kan baru beli beberapa bulan ini. Belum juga setahun”. Cerocos Melani
“Tuan Edward tidak suka melihat ponsel ini, dia suruh aku ganti yang baru”.
“Ah,, baiklah,. Bos mah bebas ya. Ya sudah, ayo. Toko ponsel yang mana?” Tanya Melani lagi.
“Apel tergigit, Mel”.
“Wah..benar-benar kamu, La”.
****
Mereka melihat-lihat jenis ponsel yang terpajang. Mata Melani tak hentinya berbinar melihat banyaknya ponsel mahal yang terpajang.
“Kapan ya La, aku bisa beli satu? Yang kameranya dua aja. Tidak masalah”.
Laura tersenyum melihat tingkah sahabatnya itu.
“Mbak, yang ini”. Laura menujuk ponsel keluaran terbaru, berwarna hitam, dengan tiga kamera di belakangnya.
“Wah..wah.. seriusan La? Kamu beli yang itu?” Melani menelan ludahnya kasar.
“Iya, Mel. Itu sama dengan punya dia. Jadi dia tidak akan sakit mata lagi melihat ponsel ku kan?”.
Melani mengangguk. Dalam benak Melani, begitukah kehidupan orang kaya? Apa yang tidak di sukai tinggal diganti. Tinggal beli yang baru. Seperti membeli kacang saja.
Laura dan seorang SPG melakukan aktivasi ponsel barunya. Memindahkan kartu SIM ponsel lamanya, ke ponsel yang baru. Setelah hampir 2 jam, akhirnya semua selesai. Ponsel sudah dapat di gunakan.
Mereka melanjutkan berjalan-jalan, mencuci mata.
Laura juga membeli beberapa pasang baju untuk kuliah, dan pakaian rumahan. Dia juga mentraktir Melani.
Setelah puas berbelanja, mereka memutuskan untuk mengisi perut. Karena waktu juga sudah menjelang sore.
Saat sedang menunggu makanan, ponsel baru Laura berdering. Terlihat nama ‘Tuan Tampan’ di layar ponsel. Ia pun langsung mengangkatnya.
“Halo Tuan?”
“Apa sudah puas belanjanya?”
“Hah..i-iya tuan”.
“Kenapa hanya belanja segitu? Itu terlalu sedikit”.
‘Apa dia bilang terlalu sedikit? Aku menghabiskan uangnya hampir 50 juta’
Bibir Laura menganga sempurna.
“Ara, kamu mendengar ku?”
“Ah, ya tuan. Itu saja sudah banyak. Dan aku juga sudah selesai berbelanja”. Jelas Laura
“Lain kali, jangan terlalu irit. Belanja lah lebih banyak lagi”.
“Iya tuan”
Panggilan pun di akhiri.
“Huh” Laura menghela nafasnya, lalu menyimpan ponselnya ke dalam tas.
“Sepertinya dia sangat perhatian sama kamu, La?” Celetuk Melani, yang sedari tadi menguping pembicaraan Laura dan Edward
“Dia perhatian pasti ada maunya. Bukannya pria seperti dia begitu?” Tanya Laura kembali.
“Hmm”
Makanan mereka pun tiba. Dan mereka makan dengan damai.
*****
Tepat pukul 7 malam, Laura tiba di penthouse. Ia mendapati penthouse masih gelap. Yang artinya belum ada penghuni yang datang.
Laura menyalakan lampu-lampu di ruang tamu. Ia mengamati setiap penjuru ruangan. Ternyata tempat ini begitu luas.
Puas mengamati ruangan tersebut, Laura mendudukkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi ibu Maria.
Ibu Maria mengatakan kalau keadaan di panti baik-baik saja. Semua berjalan normal seperti biasanya.
Setelah puas berbicara dengan ibu Maria. Laura memutuskan membersihkan dirinya.
Waktu menunjukkan pukul 8.30 malam, Laura memutuskan kembali turun ke ruang tamu. Namun, suasana masih sepi. Yang artinya Edward dan Johan belum juga kembali.
Akhirnya Laura memutuskan menunggu Edward di kamarnya, sembari mengerjakan tugas kuliah.
*****
Edward pulang pukul 10 malam. Ia mendapati mobil Laura sudah terparkir di basemen.
Senyum tersungging di bibir pria tampan itu, ketika melihat mobil tua milik Laura.
Ia teringat perkataan Johan, yang mengatakan kalau Laura menolak memakai salah satu mobil miliknya.
“Bos, sepertinya nona sudah pulang” kata Johan menunjuk mobil Laura.
“Hmm”
Mereka berlalu memasuki lift.
“Istirahat lah, Jo” perintah Ed kepada Johan, ketika mereka sudah berada di dalam penthouse.
“Iya bos” Johan pun mematikan lampu.
Mereka pun menuju kamarnya masing-masing.
Laura merasa tubuhnya melayang. Dengan berat, ia membuka matanya. Ia kaget karena sekarang berada dalam gendongan Edward.
“Tu-tuan”
“Kenapa tidur di meja?”
“Maaf.. aku ketiduran. Tadi mengerjakan tugas”. Laura melirik ke arah meja.
“Hah”
Dimana buku dan laptopnya? Bukankah tadi berserakan di meja?
“Aku sudah membereskan nya” kata Edward yang ikut melihat ke arah meja. Ia meletakan tubuh Laura di atas ranjang.
“Ayo tidur..”
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Dewi Soraya
enk amt y
2024-05-23
0
Eddy Junaedi
dinikmati aja la
2023-10-23
0
Minthulrawan IR
ya syukuri aja Lala,👍👍👍
2022-11-28
1