Malam harinya, Laura tiba di penthouse pukul 9 malam. Lagi-lagi ia mendapati penthouse masih sepi. Laura pun memutuskan membersihkan diri dan berganti pakaian.
Setelah itu, ia keluar dari kamar. Ia tertarik dengan kolam renang yang ada di balkon lantai satu penthouse ini. Ia pun membuka pintu kaca, menuju kolam renang dan meneliti kolam renang itu sebentar.
“Suatu hari nanti aku pasti akan berenang disini”. Ia mencelupkan sedikit kakinya ke dalam air.
Setelah puas, ia kembali ke ruang tamu. Belum juga ada tanda-tanda Ed dan Jo kembali. Laura pun memutuskan merebahkan dirinya di atas sofa.
****
Hari ini begitu melelahkan bagi Edward, demi bisa libur di akhir pekan, ia memutuskan untuk melakukan lembur.
Ia dan Johan tiba di penthouse pukul 11 malam. Dan mendapati Laura tidur di sofa.
Tanpa di sadari, senyuman terkembang di wajah tampan Edward. Lelahnya seperti menguap, saat melihat wajah damai Laura.
“Tuan, apa aku harus membangunkan nona? Atau aku gendong nona ke kamar?” Tanya Johan melihat Laura yang tertidur pulas.
“Apa kamu mau aku mutasi jadi OB, Jo ?”
“Tentu tidak, tuan”. Saut Johan cepat. Tentu dia tak mau menjadi OB.
“Kalau tidak, jangan coba-coba menyentuhnya, Jo”.
Johan pun mengangguk, ia mengulum bibirnya. Ingin sekali ia tertawa lebar. Belum apa-apa, Bosnya itu sudah begitu posesif pada Laura.
Edward menghampiri Laura, ia mengangkat tubuh semampai Laura. Sedikit berat, karena Laura memiliki tubuh yang proporsional. Bokong dan dada yang berisi. Dan tinggi badan 165 cm. Laura bukanlah gadis mungil.
Laura merasa tubuhnya melayang, ia membuka matanya, wajah tampan Edward yang pertama ia lihat.
“Ahh.. bahkan aku sampai bermimpi melihatmu tuan” desah Laura.
Edward menyunggingkan bibirnya.
Pintu kamar sedikit terbuka, sehingga dengan kakinya saja Edward sudah bisa membuka pintu menjadi lebih lebar.
Edward meletakan tubuh Laura di atas ranjang. Saat akan menyelimuti Laura, gadis itu membuka matanya dengan sempurna.
“Jadi aku tidak bermimpi?” Gumam Laura
Edward menarik hidung gadis itu.
“Aduh” Laura mengusap hidungnya. “Kenapa menarik hidungku, tuan? Kalau rusak bagaimana?”
“Kalau rusak, aku akan mengganti dengan yang baru!” Kata Edward.
“Berani nya kamu mengira aku ini bayangan dalam mimpimu?” Imbuhnya lagi.
“Aku pikir, aku sedang bermimpi”. Gumam Laura.
Tiba-tiba wajah Edward mendekat. Berada tepat di atas wajah Laura.
Dalam hitungan detik, bibir tebal Edward menempel sempurna di bibir tipis Laura.
Mata Laura membola sempurna. Tanpa ia sadari bibirnya sedikit terbuka. Edward merasa seperti mendapat undangan. Ia pun menekan bibirnya semakin dalam. Meng*hisap dan me****** habis bibir Laura.
‘Astaga, ciuman pertama ku’ batin Laura
‘Gadis ini, apa belum pernah berciuman sebelumnya’ batin Edward
Karena merasa lawannya hanya diam menganga, Edward pun semakin menyerang Laura.
Tangan Edward pun ikut-ikutan bergerak. Meraba lengan Laura, lalu menuju bahu. Saat tangannya hendak meninggalkan bahu, menuju ‘bantal kenyal’, tiba-tiba Laura mendorong tubuh Edward dengan kuat.
“Aduh”. Pria itu jatuh terduduk di lantai. Bo*kongnya menghantam lantai dengan keras.
“Kenapa mendorong ku, Ara?” Ed bangun dengan meringis. Ia mendudukkan bo*kong yang masih berdenyut diatas ranjang.
“Ma-maaf tuan. Aku tidak sengaja. Lagi pula, kenapa tuan menyerang tiba-tiba?” Jawab Laura yang kini telah duduk bersandar di kepala ranjang.
“Itu supaya kamu sadar, kalau aku ini nyata. Bukan mimpi”.
Edward berdiri, masih sedikit meringis, ia berjalan menuju ruang ganti, sambil mengusap bo*kongnya.
“Tuan, biar aku siapkan air hangat untuk mandi. Siapa tau, berendam menggunakan air hangat dapat menghilangkan rasa sakitnya”. Laura berdiri dan menujuk bo*kong Edward.
“Hmm” saut pria itu berlalu meninggalkan Laura.
“Astaga. Dia marah padaku”. Laura pun mengikuti Edward memasuki ruang ganti dan menuju kamar mandi.
*****
Di pagi hari, Laura terbangun dalam dekapan Edward. Semalam setelah insiden ciuman panas yang memakan korban, Laura memutuskan tidur memunggungi pria itu. Karena Edward bersikap ketus padanya.
Namun, saat hendak memejamkan matanya, Edward malah memeluknya dari belakang. Dan Laura membiarkan saja begitu.
Dan kini, ia harus bangun karena pagi telah menyapa. Meski sekarang hari Sabtu, ia libur kuliah dan tidak bekerja, ia tetap bangun pagi.
“Tuan” Laura mengusap lengan Ed yang membelitnya.
“Bangun tuan, ini sudah pagi”. Ucapnya lagi.
“Enghh” pria itu hanya menggeliat, lalu merubah posisi menjadi telentang.
“Mungkin dia lelah. Biarkan saja dia tidur dulu. Dia kan bosnya.” Gumam Laura.
Ia lantas meninggalkan Ed menuju kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.
****
Edward turun menapaki setiap anak tangga dengan bersenandung ria.
Laura yang berada di meja maka, terheran melihatnya.
‘Bukannya tadi aku menyiapkan pakaian kerja untuknya.? Kenapa dia malah menggunakan baju kaos dan blazer? Sebegitu marahnya dia dengan ku, sampai-sampai tidak mau memakai pakaian yang aku siapkan’ batin Laura panjang lebar.
“Nona.. ayo kita sarapan. Kenapa nona melamun?” Suara Johan membuyarkan lamunan Laura.
Dan saat ia tersadar, ia sudah melihat Ed duduk di kursi kebesarannya di meja makan.
Ia lalu menyiapkan makanan untuk Edward. Menu kali ini, nasi goreng seafood. Nasi goreng yang di campur dengan udang.
Edward pun menyantap makanan itu dengan lahap, namun tiba-tiba ia berhenti mengunyah.
“Jo.. apa kamu membeli nasi goreng ini?” Tanya Edward
“Tidak bos”. Jawab Johan
“Kalau tidak beli, kenapa rasanya berbeda? Seperti rasa nasi goreng buatan koki. Tidak seperti nasi goreng yang sering kamu masak”. Ed memasukkan satu sendok nasi ke dalam mulutnya
“Itu masakan nona, bos”.
“Uhuk..Uhuk”
Laura tersedak nasi goreng yang ia makan.
“Kamu kenapa, Ara? Makannya pelan-pelan saja”. Kata Edward sambil menyodorkan segelas air putih kepada Laura.
“Lagi pula, aku yang harusnya tersedak. Bukan kamu”. Imbuh Ed lagi.
“I-tu tuan, pak Jo sudah janji tidak akan mengatakan kalau aku yang memasak”. Jawab Laura terbata. Ia takut Ed marah. Karena yang ia tahu selama di rumah ini, Ed hanya makan masakan Johan.
“Jadi kamu bisa masak?” Tanya Edward
Laura menganggukkan kepalanya.
“Mulai hari ini, kamu dapat tugas tambahan. Saat akhir pekan, kamu yang memasak untuk sarapan”. Perintah Edward
“Tentu tuan”. Laura menjawab dengan tersenyum.
Setelah selesai sarapan, Edward pun berdiri dan meninggalkan ruang makan.
“Tuan, tunggu”. Cegah Laura
“Ada apa, Ara?”
“Itu, tuan kenapa menggunakan pakaian santai? Bukannya aku sudah menyiapkan pakaian kerja?” Tanya Laura
“Apa tuan begitu marah kepadaku? Sampai-sampai pakaian yang aku siapkan, tak mau tuan pakai?” Imbuhnya lagi.
Edward mendekat ke arah Laura, ia merangkul pinggang gadis itu dengan tangan kanannya. Dan tangan kirinya menarik tengkuk Laura.
Sesaat kemudian, pria itu menempelkan bibirnya pada bibir Laura. Dan memagut lembut bibir gadis itu.
Edward merasa gemas dengan gadis ini, karena terlalu banyak bicara. Bagaimana bisa dia berpikir jika Ed masih marah padanya? Padahal semalam mereka tidur berpelukan.
Johan yang hendak ke ruang tamu, mengurungkan niatnya, dan kembali ke arah dapur.
“Sial.. pagi-pagi begini, aku sudah melihat yang panas-panas”. Kesal Johan. Bagaimana bisa bosnya itu bermesraan di ruang terbuka begini.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Yt turtorial
terserah lah jo...dia kan bosnya...rumah dia sendiri pula...kamu terima saja dan biasakan matamu lihat yang panas_panas mulai sekarang ya jo....wes nasib_e dadi asisten...sabarrr jooo....😝🤣🤭
2023-01-22
0
Minthulrawan IR
sabar Jo sabar, emang dh takdir Lo Jo☺️☺️☺️
2022-11-28
1
Imelda*_*
🤭🤭😆😆
2022-11-15
0