Dengan terburu-buru aku meninggalkan panti, mengendarai mobil tuaku kembali ke arah kota. Tujuan ku sekarang hanya satu, bank swasta, ya aku harus segera sampai di bank, aku akan meminjam uang dengan menggadaikan bpkb mobil tuaku.
Sesampainya di parkiran sebuah bank swasta ternama di negara ini, aku pun keluar dari mobilku, berjalan tanpa memperhatikan sekitarku, karena tujuanku hanya satu, yaitu cepat mendapatkan UANG.
Bugh...
"aduh... maaf aku tidak sengaja". Saking terburu-burunya, aku sampai menabrak orang yang datang dari arah berlawanan denganku.
"Anda tidak apa-apa nona ?" Tanya seorang pria dengan sopan.
"Iya, aku baik-baik saja, maaf aku sedang terburu-buru". Aku mengatupkan tangan di dadaku. Kulihat ada dua orang pria di depanku. ‘Tampan sekali’. Batinku, saat melihat salah satu dari mereka, seorang pria dewasa dengan setelan kerja berwarna coklat muda.
‘Ah tidak-tidak’ aku menggelengkan kepalaku.
"Anda kenapa nona ?” Tanya pria yang ku tabrak, ku perhatikan sepertinya dia lebih muda dari pria yang satunya.
"Tidak... maaf aku sedang terburu-buru, aku harus cepat masuk sebelum banknya tutup". Gumam ku
Aku meninggalkan dua orang pria itu begitu saja, dan aku merasa salah satu dari mereka terus memperhatikan ku. Ah tetapi bukan itu yang penting sekarang. Aku pun melangkah dengan pasti.
*****
"Maaf nona, kami tidak bisa memberikan pinjaman sebanyak itu, jaminan yang anda bawa hanya cukup untuk pinjaman sebesar 50 juta saja". Jelas pegawai bank yang aku temui.
"Hah..." aku menghela nafas kasar.
Aku pun permisi, keluar dari bank itu. Tidak ada gunanya aku memohon, toh juga aku tidak akan mendapatkan uang yang aku butuhkan.
"Aku harus kemana...?" Aku berjalan gontai sambil berpikir. Dan... ya dealer mobil. Ya aku akan kesana.
"Ayah, maafkan aku menjual mobil peninggalan mu". Desahku sedih.
*****
Sama seperti pegawai bank tadi, pegawai dealer ini pun meminta maaf padaku, karena hanya bisa membayar mobilku seharga 50 juta saja.
Percuma juga uang segitu, aku membutuhkan 300 juta. Untuk membayar bunganya saja tidak cukup. Dan jika aku hanya membayar segitu, suatu hari nanti bunganya akan bertambah lagi. Dan rentenir itu akan semakin kaya. Aku keluar dari dalam dealer tersebut.
"Astaga... Ayah... Ibu... aku harus apa ? Aku harus kemana lagi...?" Tolong aku Yah... Bu.."
Langkah ku semakin gontai, kepalaku terasa berputar.
Dan..
Bugh...
"Kita bertemu lagi nona". Suara seorang pria yang menangkap tubuhku.
Aku buru-buru berdiri tegak, kulihat pria yang menolong ku, astaga.. dia salah satu pria yang tadi aku tabrak di depan bank. Tepatnya pria yang lebih muda.
"Terimakasih telah menolongku pak". Ucap ku tulus.
"Sama-sama nona, sepertinya kamu sedang dalam situasi sulit ? Apa ada yang bisa aku bantu ?" Tanya nya sembari tersenyum manis.
‘Apa aku harus bercerita kepada orang asing ini..? Apa aku harus meminta bantuan padanya..? Tidak..tidak.. aku bahkan tidak mengenalnya’. Batinku
"Kenalkan nona, namaku Johan", nona bisa memanggil ku Jo". Dia mengulurkan tangan, seolah tau apa yang aku pikirkan.
Dengan ragu aku menyambut uluran tangannya. "Aku Laura, anda bisa memanggil ku Lala".
"Kita sudah saling kenal bukan, maka ceritakan masalah mu padaku nona, siapa tau aku bisa membantumu". Dia lagi-lagi tersenyum manis kepadaku.
"Ekhmm.."
Seseorang seolah memberi interupsi, dan kami pun menoleh ke arah yang sama,.
Wah.. pria tampan itu lagi, aku menatapnya kagum.
"Ah, nona.. bagaimana kalau kamu ikut dengan kami, kita mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol, mungkin sambil minum kopi". Tawarnya padaku.
Astaga.. mendengar kata minum, aku baru sadar kalau aku belum makan siang.
"Ya.. kebetulan pak, aku belum makan siang". Jawabku malu-malu, lebih tepatnya tak tau malu.
Pria itu melihat ke arah pergelangan tangannya yang dilingkari jam tangan mewah.
"Astaga nona, ini sudah lewat dari jam makan siang, kenapa kamu melawati jam makan siangmu? Sepertinya masalah yang kamu hadapi begitu besar sehingga kamu lupa makan siangmu". Dan tebakannya memang benar.
"Ikut kami nona, kami akan mentraktir mu makan siang". Pria tampan yang tadi hanya diam tiba-tiba bersuara.
"Baiklah..." aku rasa memang aku perlu makan untuk saat ini, aku tidak mau terjadi sesuatu padaku, siapa nanti yang akan membantu ibu Maria jika aku sampai sakit. Aku pun berjalan ke arah mobilku.
Ku lihat dua pria itu masuk kedalam sebuah mobil mewah, pak Johan membuka pintu penumpang bagian belakang mobil itu, dan pria tampan itu pun masuk lalu pak Johan menutupnya, ku lihat pak Johan memutari mobil itu dan masuk ke tempat supir. Dapat ku pastikan, kalau pak Johan adalah asisten pria tampan yang tidak aku ketahui namanya itu.
Perlahan mobil mewah itu berjalan keluar areal dealer, diikuti oleh mobil tua milikku.
Laura's POV end
.
.
.
Edward's POV
Hari Sabtu merupakan hari pendek bagi ku untuk bekerja. Ya, aku hanya ke kantor sampai jam makan siang, setelah itu pulang. Tetapi hari Sabtu ini, aku mendapatkan undangan jamuan makan siang dari seorang teman ku disalah satu bank swasta di kota ini. Mau tidak mau aku pun datang menghadiri undangan tersebut, hitung-hitung makan gratis pikirku.
"Bos.. setelah ini kita mau kemana lagi ?" Tanya asisten ku yang bernama Johan.
Kami berjalan beriringan menuju pintu keluar bank. "Pulang saja lah Jo, aku lelah". Jawabku sambil memakai kaca mata hitamku.
Pintu bank terbuka, seorang satpam memberi hormat padaku, dan ku balas dengan anggukan kepala. Saat di halaman parkir bank, belum juga sampai di mobil, tiba-tiba seseorang menabrak asisten ku dari arah depan.
Bugh....
"Aduh...maaf aku tidak sengaja". Suaranya sangat lembut, aku pun memperhatikannya.
"Anda tidak apa-apa nona ?" Jo bertanya kepadanya.
"Iya, aku baik-baik saja, maaf aku sedang terburu-buru". Dia mengatupkan tangannya di dada. Dia melihat ke arah ku dan Johan bergantian. Lalu ku lihat dia menggelengkan kepalanya.
"Anda kenapa nona ?” Tanya Jo lagi padanya.
"Tidak... maaf aku sedang terburu-buru, aku harus cepat masuk sebelum banknya tutup". Dia pun pergi meninggalkan kami.
Aku terus memperhatikannya sampai dia memasuki bank. Ah dia manis sekali.
Jo melihat aneh kepadaku, aku tau dia memperhatikan kemana arah pandang ku. "Apa kita jadi pulang bos ?" Tanyanya lagi. Ah dia memang asisten andalanku, dia selalu bisa membaca pikiran orang.
"Kamu memang cenayang Jo, kita masuk dulu ke mobil, kita tunggu sampai dia keluar". Aku pun masuk ke mobil ku dan mendudukkan badan ku yang lelah.
Setelah beberapa menit menunggu, "Bos, nona itu sudah keluar bos". Jo memberitahu ku.
"Ikuti dia Jo, kita harus mendapatkannya".
"Kita atau kamu bos ?" Ah dasar Jo, ingin sekali aku menggeplak kepalanya dari belakang.
Gadis manis itu, dia mengendarai mobil sedan tua, entah ada urusan apa dia ke bank dengan terburu-buru, dia juga pergi meninggalkan bank dengan terburu-buru.
Ah.. baru kali ini aku seperti orang gila, mengejar seorang gadis yang bahkan aku tidak tau siapa namanya.
"Bos.. nona itu pergi ke dealer mobil bos". Jo memberitahu lagi.
"Masuk ke halaman dealer Jo, kita tunggu dia disana".
"Apa bos sedang jatuh cinta pada pandangan pertama bos ?" Jo bertanya sambil menaik turunkan alisnya.
"Tutup mulutmu Jo, aku hanya penasaran kenapa gadis itu begitu terburu-buru, seperti nya dia ada masalah keuangan".
"Sebelumnya kita juga bertemu dengan orang yang terburu-buru, dan punya masalah keuangan tapi bos tidak perduli".
"Bicara sekali lagi, ku potong lidahmu Jo". Dari belakang Aku menendang jok yang Jo duduki. Dan Johan pun terbahak. Memang dasar asisten tidak punya akhlak, sedikitpun tidak memiliki rasa hormat pada atasan. Namun begitu aku sangat menyayangi nya, dia sudah ku anggap seperti adikku sendiri.
Setelah beberapa menit, aku melihat dia keluar dari dalam dealer. Ku lihat dia berjalan dengan lemas, dan sepertinya dia sedikit limbung.
"Jo, cepat keluar sepertinya dia akan jatuh"
"Baik bos.."
Johan pun menangkap tubuh semampai itu,. Ah sial, kenapa bukan aku saja yang turun. Awas saja kamu Jo, kalau sampai mengambil kesempatan dalam kesempitan, ku habisi dirimu.
Entah apa yang Jo dan gadis itu bicarakan, sampai ku lihat mereka berjabat tangan. Johan benar-benar ya. Aku harus menghampiri mereka.
"Ekhmmm..." aku berdehem, menginterupsi dan mereka pun berbalik melihatku.
"Ah, nona.. bagaimana kalau kamu ikut dengan kami, kita mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol, mungkin sambil minum kopi". Entah Jo serius, atau sekedar basa-basi.
Ku lihat dia sedikit berpikir.
"Ya.. kebetulan pak, aku belum makan siang". Jawabnya sambil menunduk. Astaga gadis ini, sudah jam berapa ini ? Kenapa dia sampai melewatkan makan siangnya.
"Astaga nona, ini sudah lewat dari jam makan siang, kenapa kamu melawatkan jam makan siangmu? Sepertinya masalah yang kamu hadapi begitu besar sehingga kamu lupa makan siangmu". Johan apa dia seorang peramal, dia seperti mewakilkan aku berbicara.
"Ikut kami nona, kami akan mentraktir mu makan siang". Aku pun berbicara tanpa menunggu jawaban darinya.
"Baiklah..." dia menjawab singkat.
Aku pun berlalu menuju mobilku, diikuti Jo, yang kemudian membukakan ku pintu penumpang di bagian belakang dan dia ke bagian depan, duduk di belakang kemudi.
Aku menoleh ke belakang, melihat gadis itu masuk ke mobilnya, setelah mobilku berjalan, dia pun mengikuti kami.
"Kita makan dimana bos". Tanya Johan, membuatku kembali menghadap ke depan.
"Ke tempat kita biasa makan saja Jo".
"Siap bos".
Edward's POV end.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Riri Lala
jngan ngulang lah langsung cerita
bab nya jdi sama ceritanya
2024-11-19
0
Ass Yfa
pov author lbh nyaman, nggk diulangi terus ..
2023-10-24
0
Eddy Junaedi
waduh pak edward ky'a yg bakal tolong laura di dlm mslh keuangan yg di hadapi laura saat ini deh
2023-10-23
0