Pagi menjelang, matahari pun sudah mulai menampakkan diri. Orang-orang pun telah memulai aktifitasnya.
Berbeda dengan dua manusia berbeda usia yang masih setia bergelung dibawah selimut.
Ya, Edward dan Laura masih berada dibawah selimut, dengan posisi Edward memeluk tubuh Laura, dan kepalanya tepat berada di atas dada Laura.
Edward menggeliat, ia merasa bantalnya sedikit keras dan kenyal. ‘Tunggu apa ini kenyal’. Ia mulai membuka matanya, dan ia sedikit terkejut mendapati kepalanya tidur berbantalkan dadanya Laura.
Edward tersenyum kecil, pantas saja tidurnya sangat nyenyak, dia ada dalam pelukan seorang gadis manis, yang baru 2 hari ia kenal.
Laura menggeliat kecil, dengan hati-hati Edward meletakan kembali kepalanya di dada Laura. Ia berpura-pura memejamkan matanya.
“Hah” mata Laura membola sempurna. Pantas saja dada Laura terasa berat. Ternyata kepala Edward ada di atasnya.
“Tu-tuan” Laura mengusap lengan Edward. Namun Edward masih setia tertidur. Bahkan ia mengeratkan pelukannya.
“Astaga, tuan. Tuan.. bangun tuan”. Laura kembali mengusap lengan Edward yang melingkari perutnya.
“Enghh” Edward pun mengakhiri sandiwaranya, dengan menggeliat dan menguap lebar. Seolah ia baru saja bangun tidur.
“Sudah jam berapa ini”. Suara Edward terdengar serak.
Laura melirik jam dinding di atas televisi. Dan sudah menunjukkan pukul 6 pagi.
“Sudah jam 6 tuan”. Dan Laura sontak terkejut.
“Astaga, sudah jam 6? Aku bisa terlambat ke kampus”. Laura mendorong tubuh Edward, membuat pria itu terlentang di atas ranjang.
“Hah” Edward terkejut
“Ma-maaf tuan. Aku harus mandi tuan, aku ada kuis pagi ini”. Laura bangun dari ranjang dan terburu-buru ke kamar mandi.
“Dasar gadis nakal” Edward tersenyum melihat tingkah Laura.
Setelah selesai bersiap-siap, Laura keluar dari ruang ganti. Ia masih melihat Edward di atas ranjang sedang memegang ponselnya.
“Tuan, aku duluan ya, aku juga sudah menyiapkan pakaian kerja mu di ruang ganti. Maaf karena aku lancang”. Kata Laura berdiri menghadap ke arah Edward. Ia sebenarnya takut berbicara menatap Edward tapi jika ia menunduk, Ed juga tidak suka.
“Kamu menyiapkan pakaianku ? Terimakasih, Ara. Apapun yang kamu siapkan, pasti aku pakai”. Ed lalu beranjak dari tempat tidur, menuju kamar mandi.
Saat hendak keluar kamar, Laura kembali berbalik.
“Maaf tuan?” Suara Laura menghentikan langkah Edward.
“Ada apa lagi, Ara? Kamu perlu uang jajan? Kamu bisa gunakan kartu yang aku beri. PIN nya juga sudah aku kirim, kan ?”.
“Bukan itu tuan. Tapi aku mau meyakinkan, apa benar aku masih bisa bekerja setelah pulang kuliah?” Tanya Laura memastikan.
“Tentu saja, Ara. Kamu bebas melakukan apapun setelah kamu pulang kuliah. Asal kamu kembali sebelum aku tidur. Ingat, aku hanya membutuhkan mu saat aku tidur. Jadi kembalilah sebelum aku tidur”. Jawab Edward
“Tentu tuan, aku janji akan kembali sebelum tuan tidur. Terimakasih tuan Edward”. Laura tersenyum tulus. Ia pikir, Edward akan membatasi ruang geraknya, tapi tidak. Ed membebaskan Laura melakukan apa saja di luar sana. Asal Laura pulang sebelum ia tidur.
*****
Saat sampai di lantai satu penthouse ini, Laura kembali terkejut. Ia mendapati Johan sedang menata sarapan di meja makan.
Dengan tersenyum riang Laura menghampiri Johan.
“Selamat pagi pak Jo”
“Pagi nona”. Johan membalas dengan senyuman manis juga. “Bagaimana tidurnya semalam nona? Apa nyenyak?” Jo menaik turunkan alisnya.
“Awalnya sih aku tidak bisa tidur pak, tapi mungkin karena lelah, aku tertidur juga akhirnya”. Kata Laura sambil duduk dikursi meja makan.
“Wow.. sandwich..” mata Laura berbinar melihat menu sarapan yang tersaji. “Bapak ternyata bisa masak segala menu ya?”
“Ya hanya yang simple nona”. Johan terkekeh. “Oh ya, bos sudah bangun nona? Kenapa dia belum turun?” Tanya Jo penasaran. Apa mungkin bosnya kelelahan karena semalam tidur dengan seorang gadis? Pikiran Jo mulai berkelana.
“Itu, tuan masih mandi”. Laura membalik piring makannya, “pak, aku boleh sarapan duluan? Aku ada kuliah pagi hari ini”.
“Tentu saja, nona”. Jo mempersilahkan
*****
Johan mengantar Laura ke basemen, ia memastikan kalau gadis bosnya aman.
“Nona, gunakan saja salah satu mobil punya bos” Johan menunjuk ke bagian parkiran disebelah kanannya.
Mata Laura membola, ada 5 mobil mewah disana, yang semuanya berwarna hitam dan abu-abu.
Laura menggelengkan kepalanya “tidak pak Jo, mobil-mobil itu terlalu mahal. Nanti kalau terjadi sesuatu, aku tak sanggup mengganti ruginya”.
Johan terkekeh, gadis ini benar-benar berbeda. Tidak matre seperti kebanyakan gadis di luar sana.
*****
Setelah berkendara selama 20 menit, Laura tiba di kampus tempat ia menimba ilmu. Setelah Ia memarkirkan mobil tuanya, ia berjalan menuju kelasnya.
“Lala….” Seruan keras terdengar dari belakang. Sontak membuat Laura berbalik. Terlihat temannya mendekat dan merangkul bahunya.
“Lala, kamu datang darimana? Aku ke kontrakanmu tadi. Sepi seperti kuburan”. Cerocos teman Laura yang bernama Melani.
“Aku… aku pindah Mel”. Sahut Laura
“Hah.. pindah kemana? Kamu pulang ke panti?” Tanya Melani, ia tau latar belakang Laura.
Laura menggeleng, “nanti aku ceritakan, sekarang kita masuk dulu”.
“Siap Bu bos”.
*****
“Uhukk..uhukk”
Melani tersedak mie mendengar cerita Laura. Tidak ada yang Laura tutupi dari Melani, karena mereka sudah berteman sejak SMA. Begitu juga Melani, tidak ada yang ditutupi dari Laura.
“La.. kamu serius? Tapi kamu tidak di apa-apa kan oleh pria-pria tampan itu kan?” Tanya Melani sambil menyendok kembali mie ayamnya. Kini mereka sedang makan di kantin kampus.
“Tidak Mel. Sepertinya dia memang membutuhkan seseorang untuk memeluknya saat ia tidur. Mungkin karena mimpi buruknya”. Saut Laura sambil menyeruput es teh manisnya.
“Eh.. ngomong-ngomong, nama pria itu siapa, La ?” Melani memasukkan gulungan mie ke dalam mulutnya.
“Kamu mau tau?” Tanya Laura
Melani mengangguk. “Dia, Edward Alexander Hugo”. Jawab Laura
“Uhuk..uhuk”
Melani kembali tersedak mie, tangannya terangkat meraih gelas es teh di depannya. Ia terbatuk sampai matanya mengeluarkan air.
“Pelan-pelan Mel, dari tadi kamu tersedak terus”. Laura menepuk pungggung Melani dari samping.
“La..kamu serius?” Dia kembali bertanya setelah kondisinya membaik.
“Aku serius, Mel. Untuk apa aku bohong”.
“La… dia itu seorang crazy rich lho. Kampus ini juga kan salah satu miliknya”.
“Uhuk..uhuk” kini giliran Laura yang tersedak.
“Mel…kamu serius? Kampus ini punya keluarga Hugo”.
Melani mengangguk. “Iya.. kamu kemana saja sih, La?”.
‘Astaga.. ternyata aku memang tak bisa lari darinya’
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Eddy Junaedi
Laura laura knapa baru sadar c pria yg bersama km itu orang kaya
2023-10-23
0
Ica Snow Kim
LAURA CERITA SOAL MASALAH PADA MELANI 😅😅😅
2023-03-19
0
Ismuto'ati Ismuto'ati
sepertinya ceritanya menarik
aku mulai suka
2022-10-16
0