Laura membalas pagutan yang Ed berikan. Tanpa sadar ia mengalungkan kedua tangannya di leher Edward.
Hampir 10 menit keduanya saling menyesap, saling bertukar saliva, tak perduli masih ada rasa nasi goreng udang di dalamnya. Hingga Ed mengakhiri pagutan itu. Dahi mereka saling menempel. Mata saling memandang. Dan nafas yang saling tersengal.
Ed mengusap lembut bibir Laura dengan kedua ibu jari tangannya. Hal itu membuat pipi Laura menjadi panas. Ia lalu menggenggam kedua tangan Edward.
“Kenapa kamu jadi cerewet sekali, hem?” Tanya Edward setelah nafas keduanya kembali normal.
“Aku takut tuan marah”. Lirih Laura
“Aku tidak marah, ini akhir pekan. Hari ini aku tidak ke kantor. Aku ada urusan di luar kota”. Kata Edward sambil meremat tangan Laura. Ia menaikan tangan-tangan bertaut itu, lalu mengecupnya.
‘Ada apa dengan pria ini? Apa karena kejadian semalam, dia berubah?’
Laura melihat ke arah tangannya yang di kecup Edward.
“Apa tuan pergi dengan pak Jo ?”
Edward menggeleng. “Aku pergi sendiri”.
“Kapan tuan kembali?” Tanya Laura
“Kenapa? Apa kamu sudah merindukan aku?” Edward menyunggingkan bibirnya.
Laura menggeleng. “Maaf, tidak seharusnya aku bertanya”.
“Hmm. Aku kembali besok sore”.
“Tuan, apa aku boleh-?” Belum selesai Laura berbicara sudah di potong oleh Edward.
“Kamu mau ikut? Ayo kalau kamu mau”.
Laura lagi-lagi menggeleng. “Tidak bukan itu maksudku”.
“Apa aku boleh pulang ke panti hari ini? Aku juga akan kembali besok sore”. Lanjut Laura
“Hmm” Edward mengangguk.
“Tentu. Kamu boleh pulang ke panti. Daripada kamu disini berduaan dengan Johan”.
“Memangnya kenapa dengan pak Jo, tuan?”
“Tidak apa-apa. Hanya saja dia memiliki penyakit menular. Aku tidak mau kamu tertular jika hanya berdua dengannya”.
“Benarkah?” Tanya Laura tak percaya
“Ayo. Aku harus pergi sekarang. Kamu nanti hati-hati di jalan ya. Kabari aku kalau kamu sudah sampai”. Edward mengajak Laura berjalan ke arah pintu dengan jari yang masih bertaut.
“Sampai disini saja. Kamu tidak usah ikut turun”. Ed lalu mencium kening Laura. Hal itu lagi-lagi membuat pipi Laura panas.
“Hati-hati di jalan tuan”.
“Hmm” Edward tersenyum, lalu ia masuk ke dalam lift.
****
“Sudah puas bermesraannya, nona”. Suara Johan mengagetkan Laura yang hendak menaiki tangga.
Ia menoleh ke arah sumber suara, Jo terlihat bersandar di meja mini bar di dekat ruang makan.
“Astaga pak Jo, mengagetkan aku saja. Sejak kapan pak Jo disitu?” Tanya Laura menujuk ke arah Johan.
“Sejak dua orang manusia yang berbeda jenis kelamin, saling berpagutan di sana” tunjuk Johan ke arah dimana Ed dan Laura tadi berciuman.
“Astaga”. Laura meraup pipinya dengan kedua tangannya.
“Pak Jo melihatnya tadi?”
“Tentu. Mata ku masih sehat nona. Orang yang matanya minus pun, bisa melihat apa yang kalian lakukan”. Jawab Johan. Ia menumpahkan kekesalan nya pada Laura. Karena adegan saling sesap itu, Johan harus tertahan beberapa menit di dalam dapur.
“Maaf pak Jo”. Lirih Laura.
“Lain kali kalau kalian ingin bermesraan, lihat-lihat situasi dulu. Baru gas. Aku tau, aku disini hanya menumpang. Tetapi tolong jangan lupakan keberadaan ku”. Wajah Johan terlihat menyedihkan.
“Apa pak Jo marah karena cemburu?” Tanya Laura. Ia pikir, jangan-jangan Johan ada hati dengan Edward karena mereka sudah lama tinggal berdua.
“Astaga nona. Jangan bilang kamu berpikir kalau aku-?” Laura mengangguk. “Aku masih normal nona, aku punya kekasih dan kekasih ku wanita sejati”. Sungut Johan.
“Lalu kenapa pak Jo marah, saat aku dan tuan-?” Laura sengaja menjeda ucapannya, lalu dia menaikan kedua tangannya dan mematukkannya, seperti adegan berciuman.
“Jelas saja aku marah. Aku kan jadi ingin melakukannya juga, tapi tidak ada kekasihku disini”. Gerutu Johan
Laura tersenyum. “Maafkan aku pak Jo”.
*****
Di perjalanan, mobil yang Edward kendarai berjalan dengan santai, tidak terlalu kencang, tapi juga tidak terlalu lambat.
Jalanan ibukota juga sedikit padat, mungkin karena ini akhir pekan. Jadi banyak orang memutuskan untuk keluar rumah sekedar berjalan-jalan.
Edward kembali teringat apa yang terjadi antara dirinya dan Laura. Ia menyunggingkan bibirnya. Belum genap seminggu mereka saling mengenal, mereka malah sudah tidur bersama. Dan parahnya lagi, semalam dan pagi ini mereka berciuman.
Edward menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Laura Anastasia. Bagaimana bisa kamu mencuri hatiku secepat ini?” Gumamnya.
****
“Pak Jo, aku berangkat dulu ya. Aku sudah minta ijin tadi dengan tuan”. Kata Laura yang kini sudah siap untuk pulang ke panti.
“Bagaimana kalau aku antar saja, nona?” Tawar Johan
Laura menggeleng, ia ingat ucapan Edward yang mengatakan kalau Johan memiliki penyakit menular. Tapi Laura tak begitu saja percaya. Mungkin karena Ed tidak mau Laura dekat dengan pria lain. Bagaimana pun juga, pria itu sudah memberinya uang yang banyak. Jadi Laura harus bisa menjaga dirinya.
“Tidak pak Jo, terimakasih”. Tolak Laura secara halus.
“Baiklah, kalau begitu. Hati-hati di jalan, nona”.
“Iya pak Jo”
*****
Setelah hampir dua jam lebih berkendara, mobil mewah yang Edward tiba di depan hunian mewah di pinggiran kota.
Ed menekan klakson mobilnya. Lalu pintu gerbang berwarna putih dengan tinggi menjulang itu terbuka.
Terlihat seorang petugas keamanan memberi hormat kepada Edward. Pria itu tersenyum sebagai balasannya.
Ed melewati halaman rumah yang sangat luas. Dari pintu gerbang menuju pintu utama rumah, berjarak 500 meter.
Puas menikmati teduh nya halaman rumah itu, Edward sampai di depan pintu utama. Seorang asisten rumah tangga wanita yang kebetulan ada di depan pintu. Membukakan pintu utama untuk Edward.
“Silahkan masuk tuan”. Kata asisten itu.
“Hmm. Dimana nyonya?” Tanya Edward, yang kini telah berada di ruang tengah rumah besar itu.
“Nyonya-“. Belum sempat wanita itu berbicara, terdengar seruan seseorang dari dalam rumah.
“Ed…”. Seorang wanita seumuran dengan Edward datang, berlari dan memeluk Edward.
“Aku sangat merindukan mu. Kenapa lama sekali tidak pulang?” Tanya wanita itu dengan manja. Ia masih memeluk mesra Edward.
Asisten rumah yang melihat adegan itu, merasa tak enak hati berada disana, ia memutuskan untuk keluar.
“Maafkan aku, aku begitu sibuk. Hingga lupa waktu. Aku juga merindukan mu”. Jawab Edward, lalu ia mencium hangat kening wanita itu.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Sintia Dewi
Ed ed bisa2nya km cinta pd pandangan pertama sm aramu itu...hem pesona ara semenakutkan itu /Proud/
2025-04-05
0
Ica Snow Kim
EDWARD & LAURA UDAH MULAI KISSEU ☺☺☺
2023-03-19
0
hope
edwerd udh nikah kah
2023-01-29
0