Jam pulang kampus telah tiba. Setelah tadi pagi memastikan ijin dari Edward, kini Laura melajukan mobil tuanya ke arah Yulia’s kitchen, tempat ia bekerja.
“Selamat siang, mbak”. Sapa Laura memasuki ruang kerja Yulia yang pintunya terbuka lebar.
Yulia menoleh, “Lala…” sontak ia bangun dari duduknya dan menghampiri Laura.
“La… kamu baik-baik saja? Kamu masih ‘utuh’ kan ?” Tanya Yulia menekankan kata ‘utuh’ nya.
Laura mengerti apa yang Yulia maksud. Ia pun mengangguk. “Aku masih utuh mbak. Ya, setidaknya untuk tadi malam. Tak tau apa yang terjadi di malam-malam berikutnya”. Laura berkata lirih.
Mau tidak mau, siap tidak siap, dia harus menyerahkan ‘diri’ kepada Edward, demi untuk membayar hutangnya.
“Ayo duduk, cerita sama mbak apa yang terjadi”.
“Tapi mbak, aku kesini mau bekerja”. Kata Laura.
“Bekerja..?” Tanya Yulia dengan dahi berkerut.
“Kamu masih boleh bekerja disini?” Tanyanya lagi.
“Iya mbak. Dia mengijinkan aku tetap bekerja setelah pulang kuliah. Asalkan aku kembali ke rumahnya sebelum ia tidur”. Jawab Laura
“Astaga. Syarat yang benar-benar berbeda. Biasanya pria-pria seperti itu akan melarang tawanannya untuk berkeliaran”. Kata Yulia menerawang.
“Aku pikir juga begitu mbak. Tapi tidak. Dia benar-benar hanya menjadikan aku teman tidurnya”.
“Mbak jadi penasaran, siapa pria itu?”
“Mbak mau tau? Nanti kalau mbak tau, mbak kaget lagi?” Kata Laura terkekeh.
“Katakan saja, La. Mbak tak akan mengambilnya. Suami mbak mau di kemanain”.
Laura tersenyum mendengar ucapan Yulia. “Dia,, Edward Alexander Hugo, mbak.”
“Apa?” Yulia kaget. “Ed-Edward,,, Alexander Hugo?” Tanya Yulia terbata. Dan Laura mengangguk.
“Kamu tidak mimpi kan La?” Yulia menguncang tubuh Laura.
“Tidak mbak. Aku serius. Bahkan kami semalam tidur seranjang.” Laura mengeluarkan dompetnya, ia mengambil tiga kartu yang Ed berikan. “Ini bahkan ia memberiku kartu-kartu ini. Disini ada namanya kan?” Laura menujuk kartu itu.
“Astaga Laura Anastasia, mimpi apa kamu dalam hidupmu? Beruntung sekali kamu”. Yulia tentu tau siapa pria itu.
“Apanya yang beruntung mbak? Apa guna semua ini, jika harus aku tukar dengan tubuhku?”
“Kamu yang sabar, mbak yakin, ini sudah menjadi takdir kamu di kehidupan ini”. Yulia mengusap punggung Laura.
“Oh ya La, kalau begitu, kamu hamil saja anak dia La. Lumayan kan kamu punya anak sultan. Anak kamu dan dia pasti akan menjadi pewaris kerajaan bisnis Hugo”. Mata Yulia berbinar.
“Hah” Laura kaget dengan ucapan Yulia.
“Mbak, bukannya kata mbak kemarin, jangan sampai aku hamil? Dia akan membuang ku setelah puas kan?” Laura mengingat ucapan Yulia.
“Ya, itu kemarin kan mbak belum tau, siapa pria yang memberimu uang.”
“Jika aku hamil, dan dia membuang ku, bagaimana mbak?”
“Kamu gunakan anak itu untuk memerasnya. Dia kan orang kaya”. Kata Yulia terkekeh.
Laura terdiam, apa nasibnya akan seperti yang Yulia katakan?
“Hei, kenapa melamun? Jangan kamu pikirkan ucapan mbak tadi. Mbak tidak serius. Prinsip mbak masih sama. Jangan sampai kamu hamil anaknya. La, ingat dia itu orang kaya. Kita hanya orang pinggiran. Kasta kita berbeda dengannya.” Yulia menghela nafasnya.
“Bukannya mbak mendoakan mu buruk, tapi cepat atau lambat ia pasti akan melakukan ‘itu’ padamu. Jadi mbak mohon, jaga dirimu jangan sampai kamu hamil, ya. Kamu mengerti maksud mbak, kan ?”
“Iya mbak aku mengerti”. Laura mengangguk. Mereka berpelukan sebentar. Kemudian Laura berpamitan untuk bekerja.
Di restoran ini, Laura mengambil pekerjaan serabutan. Ia akan bekerja dimana pun tenaganya dibutuhkan. Kadang membantu menghidangkan makanan, kadang ikut menyajikan makanan ke meja tamu bahkan sampai mencuci piring.
Sebenarnya Yulia meminta Laura bertugas sebagai pramusaji, tapi karena Laura yang tak bisa diam, akhirnya Yulia mengijinkan Laura bekerja dimana-mana.
*****
Waktu menunjukkan pukul 9 malam. Pekerjaan Laura telah usai, ia pamit pada teman-temannya yang masih bekerja untuk pulang.
Dengan kecepatan sedang ia mengemudikan mobil tuanya. Hingga tiba di pelataran basemen gedung penthouse Edward.
Saat sudah berada di luar mobil, dan hendak masuk lift, perhatian Laura tertuju pada deretan mobil mewah milik Edward. Seketika ucapan Yulia kembali terngiang.
‘Ya…kasta kita memang jauh berbeda, tuan’ batin Laura.
*****
“Selamat malam nona”. Johan menyambut Laura dengan ramah
“Astaga.. pak Jo?” Laura mengusap dadanya karena kaget.
Johan terkekeh melihatnya.
“Nona sudah makan malam?” Tanya Johan
“Sudah tadi di resto, pak Jo. Apa pak Jo menunggu kedatangan ku?”
“Iya nona”.
“Ah, lain kali tidak usah menunggu ku pak. Aku sudah membawa kartu akses”. Kata Laura tak enak hati. Siapa dia sampai harus di tunggu kedatangannya.
“Tidak masalah nona. Sudah menjadi tugasku menjaga keselamatan nona”. Johan menutup pintu dan menguncinya.
“Ah ya pak Jo, dimana tuan Ed ?” Laura celiingak-celinguk mencari Edward di seluruh penjuru ruang tamu.
“Bos ada di ruang kerjanya, nona?”
“Dimana?” Tanya Laura lagi.
“Diatas, pintu putih di sebelah kiri kamar bos itu, ruangan kerja”. Kata Jo menujuk lantai dua.
Laura mengangguk paham.
“Kalau begitu, aku permisi naik ke atas pak Jo”. Laura pamit. Jo mengangguk, setelah Laura menghilang di ujung tangga, Jo mematikan lampu ruang tamu, dan memasuki kamarnya.
*****
Laura membersihkan diri, dan berganti pakaian. seperti biasa ia selalu menggunakan pakaian tidur berbahan rayon.
Karena belum mengantuk, Laura memainkan ponselnya. Asyik berselancar di dunia maya, Laura tak menyadari kedatangan Edward.
“Kenapa belum mengganti ponselmu?” Tanya Edward melihat ponsel warna putih milik Laura.
“Hah” Laura terkejut.
“Tuan. Sejak kapan berada disini?”
“Sejak kamu senyum-senyum melihat foto laki-laki plastik itu”. Tunjuk Ed ke arah ponsel Laura.
Laura mencebikan bibirnya. Sembarangan saja Ed mengatakan idolanya laki-laki plastik.
“Kenapa belum mengganti ponselmu?” Tanya Ed lagi.
“Aku belum sempat tuan. Pulang kuliah tadi siang, aku langsung ke restoran untuk bekerja”. Jawab Laura.
“Besok ijin dari tempat kerja mu, beli ponsel yang baru, aku tidak mau melihat ponsel jelek mu lagi. Membuat mataku sakit saja”. Kata Edward sambil berlalu menuju ruang ganti.
“Sombong sekali dia” ingin sekali Laura melempar Edward dengan bantal. Tapi ia tak berani melakukannya.
*****
Edward telah kembali dari ruang ganti, penampilannya pun telah berubah. Kini ia hanya menggunakan baju kaos putih dan celana boxer hitam.
Ia berjalan menuju sisi sebelah kanan tempat tidur. Menyibakan selimut, lalu menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.
“Kenapa belum tidur?” Tanya Edward melihat Laura masih duduk.
“Aku menunggu tuan tidur duluan”. Jawab Laura.
“Kenapa menunggu aku tertidur? Kamu takut aku ‘memakan’ mu ?” Tanya Edward terkekeh.
“Tidak. Tuan tidak mungkin melakukan itu kan?”
“Kenapa kamu berpikir begitu? Kamu kira aku bukan pria normal?”
“Siapa tau saja begitu. Buktinya sampai sekarang, tuan masih melajang.” Upss.. Laura menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Bodoh.. kenapa dia mengatakan hal itu.
“Jadi kamu pikir aku bukan pria normal? Karena itu kamu menggoda ku dengan dadamu itu?” Tunjuk Edward ke arah dada Laura.
Laura lalu menutup dadanya dengan bantal.
“Apa maksud tuan?”
“Aku tau.. kamu menggoda ku.. karena itu kamu sengaja kan tak menggunakan pakaian dalam di dadamu itu?”
“Hah”
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
MBAK YULIA NASIHATIN LAURA SOAL BEDA KASTA 😓😓😓
2023-03-19
1
nuna❤️
ngakak Wee setelah tau prianya adalah kolong merak malam disuruh hamil aja
ada GK yg baca novel ini ditahun 2023
2023-02-09
1
Minthulrawan IR
nah mesumx dh muncul DECH😅😅😅😅
2022-11-28
1