Hari berikutnya berjalan seperti hari kemarin. Di pagi hari, sebelum berangkat kuliah Laura akan menyiapkan pakaian kerja untuk Edward.
Setelah itu, Laura akan turun lebih dulu.
Ini adalah hari keempat Laura berada di penthouse mewah milik Edward.
Saat menuruni tangga, ia mendapati seorang wanita, yang kira-kira beberapa tahun lebih tua darinya. Sedang menata sarapan di meja makan.
“Selamat pagi”. Sapa Laura kepada wanita itu.
“Selamat pagi. Maaf anda siapa ya ?” Tanya wanita itu.
‘Astaga.. aku harus menjawab apa? Tidak mungkin kan, aku mengatakan kalau aku ini teman tidur tuan Edward?’ Batin Laura
“Ekhm.. selamat pagi nona?” Sapa Johan yang tiba-tiba muncul dari dapur.
“Pagi pak Jo”.
“Nona mau sarapan duluan? Ini aku sudah siapkan nasi goreng special untuk nona”. Johan menyodorkan piring berisi nasi goreng, dengan telur mata sapi di atasnya.
“Wah.. terima kasih pak Jo” mata Laura berbinar menerima piring tersebut.
“Selamat menikmati nona”. Johan sedikit membungkuk, lalu undur diri dari sana.
“Kamu ikut saya”. Bisiknya pada wanita yang masih setia berada disana.
*****
“Putri, saya harap kamu tidak terlalu kepo, tentang urusan orang di rumah ini”. Johan memulai pembicaraan setelah mereka berada di dapur.
“Maksud bapak apa?” Wanita bernama Putri itu bertanya.
“Ya, yang seperti tadi. Saya tau kamu pasti bertanya-tanya siapa gadis itu”.
Putri mengangguk.
“Dia adalah kekasih tuan Edward. Jadi saya harap, kamu bisa menjaga sikap dan tidak terlalu ikut campur masalah disini”.
Johan mengatakan kalau Laura adalah kekasih Edward, agar lebih mudah ia menjelaskan. Ia juga tak mengerti hubungan apa yang bosnya dan gadis itu miliki. Bukan pasangan, tetapi mereka tidur bersama.
“Ingat, kamu disini hanya bertugas membersihkan penthouse ini”. Kata Johan lagi.
“Iya pak, saya mengerti”.
‘Beruntung sekali gadis itu. Apa benar dia kekasih tuan Edward?’ Batin Putri.
*****
Hari ini berjalan dengan lancar, jam kuliah kembali seperti sebelum nya. Tepat pukul 1 siang, Laura sudah tiba di Yulia’s kithchen.
Ia bekerja seperti biasanya. Membantu disana, sini.
Saat ini, ia diminta mengantar makanan ke meja tamu, yang berada di taman belakang restoran.
Dengan senang hati Laura melakukannya. Ia menyajikan makanan di meja, dan mempersilahkan tamu untuk.
Ketika hendak berbalik ke arah dapur, seseorang memanggilnya.
“Laura..?” Terdengar suara seorang wanita dewasa. Dan Laura pun menoleh ke arah suara tersebut.
“Iya nyonya”. Jawab Laura, matanya berbinar melihat salah seorang donatur panti asuhannya ada disana. Ia pun menghampiri wanita dewasa itu.
“Laura, apa kabar kamu, nak?” Wanita itu merangkul bahu Laura, mereka berpelukan sebentar.
“Kabar ku baik, nyonya”. Laura membalas pelukan itu.
“Ayo, kita duduk dulu. Kita ngobrol sebentar”.
Laura merasa tak enak hati, bagaimana pun ini masih jamnya bekerja. Tidak mungkin ia duduk, sementara teman-temannya sedang bekerja.
“Aku berdiri saja nyonya, tak enak jika dilihat oleh teman-teman ku yang lain”. Tolak Laura.
“Tetapi, tidak sopan loh, kamu berbicara sambil berdiri seperti itu. Ayo duduklah dulu. Jika ada yang keberatan, katakan padaku. Biar aku yang mengurusnya”. Paksa wanita itu.
Dengan berat hati, Laura mendudukkan tubuhnya di kursi bersebelahan dengan wanita dewasa itu.
“Kamu sudah makan siang?” Tanya wanita itu lagi.
“Sudah tadi, setelah keluar kelas nyonya”. Jawab Laura.
Wanita itu tersenyum manis. Ia sangat suka dengan Laura.
“Nyonya Samantha, apa yang nyonya lakukan di kota? Apa ada pekerjaan ?” Tanya Laura.
Wanita dewasa yang Laura ketahui bernama Nyonya Samantha itu menganggukkan kepalanya.
“Iya, aku ada pekerjaan disini. Sembari mengunjungi putraku”.
“Oh” Laura mengangguk paham. Yang ia ketahui, nyonya Samantha ini, tinggal di kota yang sama dengan panti asuhannya. Hanya saja berbeda lingkungan. Nyonya Samantha tinggal di perumahan elite, sementara panti asuhan berada di daerah pinggiran. Wanita paruh baya ini katanya tinggal dengan anak perempuan nya. Sementara anak laki-lakinya bekerja di ibukota.
Nyonya Samantha adalah salah satu donatur di panti asuhannya, tetapi tidak ada seorang pun yang tau tentang latar belakang keluarganya. Ia selalu menggunakan nama ‘Hamba Tuhan’ di setiap donasinya.
“Jadi kamu bekerja di restoran ini?” Tanya nyonya Samantha sambil meneliti setiap penjuru restoran.
“Iya nyonya. Lumayan untuk aku mengisi waktu kosong, setelah pulang kuliah”.
Mereka pun terlibat obrolan yang panjang, karena terlalu lama duduk, Laura semakin tak enak hati dengan teman-temannya. Ia pun pamit undur diri untuk kembali bekerja.
“Maaf nyonya., sebaiknya aku permisi dulu. Ini sudah terlalu lama kita mengobrol. Aku tak enak dengan yang lainnya”.
“Ah ya. Berbicara dengan mu memang menyenangkan La. Aku juga harus pergi sekarang. Aku ada janji dengan putra ku. Lain kali, aku akan mengenalkan mu pada putra ku. Kalian pasti cocok. Sama-sama pekerja keras”. Seloroh nyonya Samantha.
Memang nyonya Samantha sangat menyukai Laura. Karena itu, Setiap berkunjung ke panti, ia selalu saja mengatakan kalau ia ingin Laura menjadi menantunya.
*****
Di waktu yang bersamaan, tetapi di lain tempat. Tepatnya di Hugo Tower. Edward disibukkan dengan banyaknya pekerjaan.
Terlihat ia sedang fokus dengan komputer lipatnya.
Ketukan di pintu, membuyarkan fokus Edward.
“Masuk” serunya dari dalam.
“Bos..” Johan datang dengan membawa kotak makanan.
“Makan siang dulu, bos. Ini sudah hampir lewat jam makan siang”. Jo meletakan kotak makanan itu di hadapan Edward.
“Hah” Ed mendesah kasar.
“Kemana saja kamu, kenapa baru membawakan ku makan siang? Kamu mau aku kena penyakit asam lambung, Jo?”
Bukannya mengucapkan terima kasih, Ed malah memarahi Johan.
“Bukannya bos sendiri yang menolak ajakan ku makan siang tadi? Dan menyuruh ku membelikan nasi Bali?”
Dasar Johan memang asisten tak berakhlak, ia malah menyahuti panjang lebar ucapan atasannya demi membela diri.
“Dasar kamu Jo”. Gerutu Ed sambil membuka kotak makanannya.
Johan pun terkekeh, ia pamit kembali ke ruangannya, bagaimana pun, pekerjaan Johan juga masih banyak.
Edward menyantap nasi Bali pesanannya dengan lahap. Sudah lama ia tak berkunjung ke pulau dewata tersebut. Dengan memakan nasi Bali, setidaknya bisa sedikit mengobati rindunya.
Saat sedang asyik menyantap makanannya, ponsel yang berada di atas meja, di samping laptopnya bergetar. Tanda sebuah pesan masuk.
‘Kapan kamu pulang? Apa tidak merindukan aku? Aku sangat merindukanmu’
Tanpa membuka, Edward dapat membaca pesan yang terlihat di layar depan ponselnya. Ia menyunggingkan bibirnya. Ya, sudah terlalu lama ia tidak pulang. Lalu ia membuka pesan itu dan membalasnya.
‘Aku juga sangat merindukanmu. Besok akhir pekan, aku akan pulang. Siapkan makanan kesukaan ku.’
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Ica Snow Kim
NYONYA SAMANTHA IBUNYA EDWARD KAH 🤔
2023-03-19
0
Maghfirah Azizah
emaknya babang ed kali yak??
2022-11-26
1
Srie wibi
jangan2 nyonya Samantha hugo, ibu dr Edward
2022-11-18
0