Flo sudah membuka matanya sedari tadi, dia hanya diam terbaring diatas kasurnya tanpa memanggil pelayannya. Dia mengingat dengan samar kejadian kemarin, sesaat sebelum dia tidak sadarkan diri. Dia jelas merasakan seseorang menopang tubuhnya,
Apa benar itu Winter?
Flo menampakkan senyuman getir pada bibirnya, dia merasa lelah jika harus terus berharap Winter akan peduli padanya. Ingatan Flo melayang pada musim dingin beberapa tahun lalu, saat dia berusia 8 tahun dan Winter 12 tahun.
Segala upaya gadis kecil itu lakukan hanya untuk bisa berdekatan dengan Winter, mengajaknya bermain, mengganggu jam belajar Winter, ikut semua kelas keahlian yang Winter ikuti seperti berkuda, kelas musik bahkan kelas seni berpedang.
Namun Winter benar benar mengabaikan Flo sedari kecil, disebut tidak tahu malu oleh Winter mungkin sudah ratusan bahkan ribuan kali Flo dengar.
Tapi Flo cukup gigih dalam mendekati Winter, pernah ada satu kejadian dimana Flo membawa guci yang terbuat dari tanah liat. Flo kecil yang jahil menaruh seekor ular pohon dalam guci itu, tujuannya hanya satu yaitu mengganggu Winter.
Karena Winter tidak pernah menerima semua itikad baik Flo untuk berteman jadi Flo memakai cara lain untuk mendapatkan perhatian Winter.
Dengan riang Flo membawa guci tanah liat itu kearah taman, dia tau di jam jam seperti ini Winter akan berada ditaman bersama guru tata kramanya untuk belajar table manner.
Mata Flo berbinar, Winter sudah selesai dengan kelas tata kramanya. Sekarang bocah lelaki itu hanya sedang menikmati teh sorenya ditemani beberapa pengawalnya.
"Winter!!" Flo berteriak riang.
Winter berdecak, tanpa perlu menoleh dia tau siapa yang datang apalagi memanggilnya tanpa embel embel. Dia adalah calon penerus duke, gelar itu hanya 1 tingkat dibawah posisi raja. Tentu saja seluruh orang menaruh hormat pada Winter meski usianya masih sangat belia.
"Dia tidak pernah bosan!" Gumam Winter kesal.
Baru saja Winter akan beranjak pergi, Flo lebih dulu meletakkan guci kotor itu diatas meja dan mengenai cangkir teh dan piring makanan ringan diatas meja.
"Aku punya hadiah untuk Winter!!" Tanpa peduli perbuatannya yang sangat semberono, Flo hanya tersenyum lebar dan menyuruh Winter memasukkan tangan kedalam gucinya.
"Cepat ambil sendiri hadiah Winter didalam sini!"
Winter mengabaikan Flo dan tetap akan berjalan pergi, namun dengan decakan sebal Flo berhasil menarik tangan Winter dan dipaksakan untuk masuk kedalam guci.
Teriakan histeris dari bocah lelaki itu ketika menyentuh sesuatu yang bersisik, licin dan menggeliat membuat Flo terbahak senang.
Dengan kesal Winter melempar guci itu ketanah dan pergi dari sana setelah memaki Flo.
Flo hanya mengerucutkan bibirnya ketika Winter sudah berlalu. "Tidak seru!"
"Astaga nona Flo!!" Seorang pelayan tua yang ditugaskan untuk merawat Flo datang tergopoh dan bertambah terkejut melihat kaki Flo.
"Nona terluka?!"
Dengan tergesa bibi Maya menggendong Flo menuju kediaman utama untuk mendapat pengobatan, kaki Flo terkena guci yang dibanting oleh Winter. Darah segar mengalir cukup banyak dari balik sepatu kain tutu berwarna putih yang Flo kenakan hingga sepatu itu berwarna merah.
"Aduh nona Flo, masak luka seperti ini kamu juga tidak merasa kesakitan??" Dokter Louis yang merupakan ayah dokter Kevan membalut luka dikaki Flo setelah memberikan dua jahitan kecil untuk luka robeknya.
"Tidak ada yang menyenangkan selain melihat ekspresi Winter, dokter. Wajahnya tadi saat terkejut sangat berharga!" Flo kecil terkikik senang.
Dokter Louis hanya bisa menggeleng melihat tingkah Flo dan membalut perban dikaki mungil wanita itu.
Dan juga akibat perbuatan Winter yang menyebabkan kaki Flo terluka, Winter mendapat hukuman skors dari Michael, semua itu semakin membuat Winter benci pada Flo.
Flo lagi lagi tersenyum getir mengingat masa kecilnya,
Wanita itu menghela nafas panjang. "Mendapat 2 jahitan saja dia tidak peduli, apalagi aku hanya demam seperti ini."
***
Winter duduk dengan perasaan yang tidak menentu diruang kerjanya, setelah kejadian kemarin dia merasa sangat uring uringan namun dia sudah memastikan kesemua pelayan untuk menutup mulut perihal dia yang membawa Flo ke kediaman wanita itu.
"Bagaimana keadaannya??" Akhirnya Winter buka suara.
Ronan yang langsung memahami maksud Winter segera memberi laporan.
"Demam nyonya Flo sudah turun. Beliau hanya masih beristirahat dikediamannya tanpa melakukan kegiatan apapun hari ini."
"Beritahu Agustin untuk memerintakan pada semua pelayan dikediaman wanita itu, jika aku mendengar lagi ada keluhan dan sakit maka aku akan menjatuhi hukuman pada semua pelayan. Ingatkan mereka untuk selalu menjaga wanita itu seperti tubuh mereka sendiri. Aku tidak mau ada terdengar berita seperti ini lagi dan menimbulkan masalah baru untukku." Tegas Winter.
"Baik, saya akan segera menemui tuan Agustin." Ronan segera keluar dan melaksanakan perintah Winter.
Winter menghela nafasnya kasar.
Aku benci! Hanya didekatmu saja aku merasa sesak dan benci!
Aku sudah memberikan posisi duchess yang kamu inginkan, jadi hiduplah seperti penampilan luarmu diposisi itu. Karena hanya itu yang bisa aku berikan.
Tiba tiba pintu ruang kerja diketuk dan Winter hanya menyahut singkat untuk masuk.
Ethan muncul dengan senyuman lebarnya,
"Hai Winter! Ah maaf, tuan grand duke Winter!" Ethan membungkuk memberi salam hormat khas kerajaan.
Winter menatap malas Ethan,
"Ada urusan apa kau kemari Ethan?"
"Kenapa begitu dingin padaku? Aku jadi sedih." Bahkan tanpa dipersilahkan duduk dengan sendirinya Ethan mencari posisi nyamannya diatas sofa.
"Maaf aku belum sempat menyapa dengan benar sedari kepulanganku kembali satu minggu yang lalu. Kau pasti juga sudah tau kan kalau aku menduduki posisi direksi utama pada salah satu perusahaan keluarga ini."
"Jangan berbasa basi lagi. Katakan tujuanmu Ethan." Decak Winter kesal dan masih saja berkutat dengan dokumennya.
Ethan terkekeh senang, sedari dulu memang dia paling senang menggoda Winter. Mereka seperti dua kutub yang saling berlawanan, Winter yang pendiam dan kaku sedangkan Ethan dengan pembawaannya yang selalu ceria dan murah senyum.
"Aku hanya ingin bertanya, apa benar yang kemarin itu Flo? Flo kecil kita? Flo yang usil dan selalu mengikutimu kemana mana??"
Winter langsung menatap Ethan dengan tatapan yang tidak suka yang kental.
"Apa maumu??"
"Kenapa? Kamu mulai mencurigaiku Winter?? Flo sudah menjadi istrimu dan aku adalah adik sepupumu secara gamblang! Mana mungkin aku berani bersikap macam macam." Ethan tertawa seakan itu lucu.
"Aku hanya ingin bertegur sapa lagi dengannya, kami kan sudah lama sekali tidak bertemu." Ucap Ethan pada akhirnya setelah tau Winter akan meledak jika melanjutkan gurauannya lagi.
"Kemarin dia sakit yah?" Ethan memasang wajah tak berdosa.
"Urus urusanmu sendiri Ethan!" Winter kembali berkutat dengan dokumen dimejanya.
"Aku tidak peduli apa yang akan kau lakukan, tapi jika ada rumor beredar kau akan tau sendiri akibatnya."
Ethan tertawa kembali sebelum dia meninggalkan ruang kerja Winter.
"Kamu tidak perlu terlalu cemas, bagaimanapun perasaannya padamu tidak akan pernah berubah bukan? Terimakasih waktu bercakap cakapnya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Kadek Pinkponk
berpalinglah pada ethan flo.. biar dia tau rasa
2022-05-09
0
Kaa Yeoja
Tulisan nya bagus, i like..
2022-01-15
1