Winter menghindari pergumulan bibir mereka, melepaskan tangan Flo dari bahunya, dan mengcengkram erat lengan kecil Flo yang sangat kontras dengan tangan Winter yang besar lalu menghempasnya kasar.
"Mundur!" Ucapnya dengan tatapan datar.
Flo sedikit tergelak namun juga tidak menggerakkan badannya.
"Aku bilang mundur!!" Tegas Winter sekali lagi.
Flo melangkahkan kakinya untuk mundur satu langkah dari Winter karena terkejut dengan bentakkan pria itu.
"Betapa sangat tidak tahu malu dan lancangnya dirimu, dengan berani menyentuhku!"
Winter tersenyum sinis menatap Flo, dia memang akui wanita dihadapannya sangat cantik melebihi standart wanita pada umumnya.
"Jika lain kali kamu berani menyentuhku, akan aku pastikan kamu mendapat hukuman cambuk dengan tanganku sendiri!"
Flo menurunkan pandangannya menatap lantai, hatinya sakit akan ucapan Winter. Namun sekuat tenaga juga dia menahan amarahnya.
"Mungkin memang statusmu saat ini adalah grand Duchess namun camkan ini baik baik, semudah menghancurkan kertas semudah itu juga aku melenyapkan dirimu dengan gelar bodoh yang kamu impi impikan itu. Karena bagiku gelar itu bagaikan sampah sama seperti dirimu!"
"Sebenarnya dengan sifatmu yang kasar itu aku sangat ingin mencabut gelarmu itu, semua ini hanya karena aku memandang ayahku saja!"
Bibir Flo sedikit bergetar, "Jadi maksud Winter, dengan gelar ini aku tetap tidak akan menjadi satu satunya wanitamu untuk selamanya?"
Pria itu berdecih, "Dengarlah, bahkan dari dulu hingga saat ini. Tidak pernah sekalipun aku menganggap kamu sebagai wanitaku dan kamu tidak akan pernah bisa menjadi wanitaku!"
Kalimat dan tatapan tajam dari Winter begitu menghujam bagi Flo, meski sangat dan selalu ingin menangis akibat perlakuan Winter namun Flo tidak akan pernah bisa melakukan itu. Menunjukkan kelemahan dirinya akan membuat dirinya semakin jauh dari Winter.
"Kamu tidak bisa berbuat seperti ini padaku."
"Kamu mau bertaruh??" Winter tersenyum sinis dan bangkit berdiri.
"Lebih baik kamu besok menghadap ke kediaman paman Osbert dan bibi Leana untuk meminta maaf dengan benar. Dan juga hentikan semua spekulasimu tentang siapa yang akan menjadi wanitaku."
Usai mengatakan hal yang menyakitkan itu Winter berlalu dari tempat kediaman Flo.
..
'PRAAAANNGG!!' Flo melempar semua cangkir teh yang disajikan tadi untuk Winter.
"Kamu menyebut sampah seperti ini teh??! Bahkan Winter tidak minum setegukpun!!!!" Flo menjambak dan mengguncang guncang tubuh Gemma.
"Siapa yang menyajikan teh ini?!!!!" Jerit Flo.
Nora, Altez dan Gloria meringis takut dipojok kamar Flo, meski Flo sudah terbiasa bersikap kasar dan melampiaskan marah pada mereka namun mereka berempat masih selalu saja takut ketika amarah Flo meledak ledak seperti saat ini.
"Tidak ada yang mau mengaku??!!!" Flo menatap tajam keempat pelayannya yang sudah saling memeluk satu sama lain.
Namun begitu Flo lengah, mereka berempat langsung berlari keluar dari kamar Flo untuk kabur karena membiarkan Flo sendiri saat dia bersikap kasar seperti ini adalah yang terbaik.
"Kemari kalian!!!! Dasar!! Aaaghh!!" Kesal Flo melihat keempat pelayannya yang sudah melarikan diri dari amukannya.
Flo meringis kesal dan membanting vas bunga dikamarnya. Dia menatap datar bunga bunga yang indah itu berhambur dilantai, lalu Flo menginjak bunga bunga itu.
"Kalian tidak bisa melawan kan? Tidak bisa menjeritkan kata sakit ketika terinjak. Makanya kalian akan selalu diinjak oleh orang."
Flo mengepalkan tangannya kuat kuat.
****
Esoknya sesuai perintah Winter, pagi pagi Flo sudah pergi berjalan kaki dengan keempat pelayannya untuk berkunjung kebagian Luckingham tempat Osbert, Leana dan Olivia tinggal.
Saat ini Flo hanya bisa menuruti semua kemauan Winter agar pria itu setidaknya bisa menempati Flo dalam sudut hatinya.
"Apa semalam tadi tuan besar memanggil wanita lain ke kamarnya??" Flo bertanya pada keempat pelayannya sebagai sumber informasinya.
"Tidak nyonya Flo. Tidak ada wanita lain yang masuk kedalam kamar tuan besar." Altez yang lebih sering keluar masuk di kediaman utama memberi info.
"Namun.."
Flo menghentikan langkah kakinya dan berbalik menatap Altez. "Namun kenapa??"
Altez, Nora, Gemma dan Gloria menunduk bersamaan dan terlihat ragu untuk memberi informasi.
"Katakan padaku!" Geram Flo.
"Ada tamu tuan Winter, seorang wanita, anak dari keluarga Grace. Semalam tuan besar pergi mengunjungi kamar nona itu." Ucap Altez terbata.
"Siapa namanya? Dan seperti apa wajahnya??"
"Summer. Nona Summer Grace." Altez menatap Flo. "Wajahnya.. sehangat musim panas."
..
Leana tersikap ketika pelayannya menyampaikan informasi bahwa Flo datang mengunjungi kediamannya.
Osbert saat ini tidak ada ditempat, dan Leana sedang minum teh pagi berbincang dengan putri semata wayangnya, Olivia.
"Ternyata dia benar benar takut pada Winter." Decih Leana.
Olivia juga terkekeh mendemgar penuturan ibunya, jelas dia sudah mendemgar semua ceritanya dari sang ibu kemarin.
Leana meletakkan cangkir teh proselen itu, "Bagaimanapun kedudukanku lebih tinggi darinya."
Leana menatap pelayannya, "Sampaikan padanya, aku sedang bersama dengan Olivia dan terlibat pembicaraan yang penting. Jika dia ingin menemui aku untuk meminta maaf, suruhlah dia untuk berlutut dan menungguku di depan pintu sebagai bukti ketulusannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Kadek Pinkponk
wih pada jahat semua pantaslah flo bersikap keras biar ngga di injak" Tpi kasian juga pelayannya yang jdi pelampiasan emosinya flo
2022-05-09
0
komang Budiasa
kira2 winer bkal bucin gc ya?
2022-01-11
0