Denting gelas keramik yang beradu dengan sendok terdengar indah dipagi hari ini. Flo duduk menikmati teh pagi di taman sebelah utara istana, sinar matahari masih bersinar lembut dan semilir angin musim semi berhembus pelan.
Flo selalu disana setiap pagi, duduk menikmati teh di taman yang menghadap langsung pada jendela ruang kerja Winter. Jika pria itu selalu menolak untuk bertatap muka padanya maka Flo yang akan mencarinya untuk hanya sekedar menatap Winter dan itu sudah cukup baginya.
Winter duduk dalam ruang kerja sambil menghembus nafasnya kasar, sesekali dia melelirik malas kearah jendela yang dengan jelas bisa memperlihatkan Flo duduk dengan anggun disana.
"Apa yang terjadi kemarin??" Winter tidak mengalihkan pandangannya dari setumpuk dokumen diatas mejanya.
Winter selalu sibuk bekerja, bahkan malam setelah pernikahannya juga dilalui dengan bekerja tanpa menghiraukan Flo yang sudah resmi menjadi istrinya.
Ronan serta Dylan yang merupakan tangan kanan Winter dengan segera maju mendekat kearah meja kerja Winter.
"Nyonya Flo kemarin memberi pelajaran pada pelayan nona Olivia, hanya karena pelayan nyonya Flo tidak sengaja menyenggol nona Olivia."
Ronan menjelaskan dengan terperinci kejadian kemarin malam pada Winter karena kejadian itu cukup membuat heboh seluruh istana dimana hukuman menggunakan cambuk sudah lama sekali tidak ada.
"Apa kami harus melakukan sesuatu tuan Winter?" Dylan bertanya dengan sopan.
Pria itu menghela nafas dan tersenyum sinis, dia jelas tau bagaimana keluarga besar Ferkalon memusuhi Flo dan berusaha menjatuhkan wanita itu. Dan sudah jelas bahwa Winterpun ikut membenci Flo, namun kasih sayang yang besar dari ayahnya pada Flo membuat banyak sekutu tidak berkutik. Tapi itu semua tidak akan terjadi lagi, karena pernikahan kemarin antara Winter dan Flo kini menjadikan Winter sebagai kepala keluarga besar Ferkalon menggantikan ayahnya.
"Dengan sifat yang kasar dan arogan seperti itu bagaimana dia bisa menjadi seorang nyonya Ferkalon?" Decih Winter sinis.
"Biarkan saja dia melakukan apa yang dia suka, karena itu pasti tidak akan berlangsung lama."
Dylan dan Ronan hanya mengangguk kecil mendengar penuturan Winter. Mereka berdua juga menyetujui ucapan tuannya karena memang benar itu semua mungkin tidak akan berlangsung lama. Karena tuan Michael, ayah Winter. Minggu depan sudah akan pindah ke pinggir kota, villa sederhana yang mendukung masa pensiunnya dengan tenang disana. Dan itu berarti tidak ada lagi orang yang akan mendukung Flo terkecuali 4 pelayan milik wanita itu.
Flo mengaduk tehnya dan tetap berfokus pada jendela ruang kerja Winter berharap dia bisa melihat pria itu hari ini, tak lama kemudian Winter muncul di depan jendela membuat senyum Flo merekah namun secepat itu juga Winter menatapnya tajam kemudian menyibak tirai jendelanya hingga tertutup sempurna.
Flo menggigit bibirnya keras dan menghentakkan kakinya marah,
"Kenapa teh ini rasanya tidak enak??!" Wanita itu melempar semua cangkir dan teko yang berada diatas meja hingga pecah.
"Apa kalian sudah tidak becus bekerja?!!"
Flo berdiri dan mendorong Gloria, Gemma, Altez dan Nora yang memasang wajah sendu lalu bergegas pergi dari taman itu.
****
Seminggu berlalu begitu cepat dan besok adalah hari kepindahan Michael. Flo berjalan tergesa menuju rumah utama tempat Michael tinggal, meski selalu mendapat tatapan sinis dibelakang namun Flo tidak sedikitpun peduli dengan seluruh penghuni keluarga Ferkalon dirumah utama.
"Dimana ayah??" Flo bertanya pada Agustin kepala pelayan dirumah utama.
"Tuan besar sedang berada ditaman belakang, tapi.."
Mengabaikan Agustin yang belum selesai berbicara, Flo langsung masuk dan berjalan menuju taman belakang.
"Ayah!" Flo akhirnya bisa mengucapkan kata ayah lagi setelah bertahun tahun lamanya hidup sebatang kara tanpa orang tua.
"Flower anakku." Wajah Michael yang sudah tak muda lagi nampak tersenyum senang ketika tau Flo datang menghampiri dirinya.
Namun senyum Flo tertahan karena dia mendapati disana ada beberapa paman Winter dan istri mereka yang berarti sekutu keluarga Ferkalon yang juga membenci dirinya.
"Saya memberi hormat pada seluruh paman dan bibi." Flo menundukkan hormat meski enggan.
"Flo setelah aku pindah besok, kamu harus baik baik dan menuruti perkataan semua paman dan bibimu." Michael membelai sayang kepala Flo.
"Kakak tenang saja, kami akan menjaga Flo juga seperti anak kami sendiri." Paman Osbert dan istrinya tersenyum pada Flo, diikuti oleh paman lainnya.
Flo tersenyum miring sesaat, "Terimakasih aku sangat tersanjung paman dan bibi memperhatikan aku sampai seperti ini. Kelak aku akan mencari kalian jika membutuhkan bantuan, namun status nyonya Ferkalon yang aku sandang rasa rasanya aku bisa berdiri dengan baik dengan kedua kakiku sendiri tanpa harus bertumpu pada kalian. Ahh bahkan aku sampai lupa, apa kalian punya kewenangan disini untuk membantu aku??"
Wajah paman Osbert dan istrinya mengeras sesaat, jelas saja Flo mengetahui tipu dan akal bulus kedua pasangan suami istri ini yang merupakan orang tua dari Olivia.
Mereka menjilati Winter dengan maksud untuk mendapatkan harta dan properti keluarga Ferkalon padahal mereka hanya kerabat jauh dari Eliz, istri dari Michael dan mendiang ibu Winter.
"Kau..?!" Paman Osbert mulai tidak terlalu sabar menghadapi sifat Flo yang selalu bersikap kurang ajar pada seluruh senior dikeluarga ini.
"Flo, kamu.." Michael dengan sabar mencoba untuk menengahi.
"Lancang sekali kamu bersikap kurang ajar pada paman dan bibi?!" Suara berat dan dingin itu mengalihkan pandangan Flo.
"Winter.." Flo menggigit kecil bibir bawahnya melihat sosok pria yang sudah dia rindukan karena seminggu ini pergi dinas keluar kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Sulati Cus
oh ternyata g suka perempuan sadis kau hrs licik flo jgn main kasar main cantik ae abaikan aja si winter
2022-12-10
0