Mother
"Nek, Rei pergi dulu ya."
"Iya, hati-hati ya, di jalan."
Reinata mengayuh sepeda bututnya, di keranjang sepedanya ada beberapa kotak yang berisikan kue yang nantinya akan dia titipkan di warung-warung. Ada tiga kotak yang akan dia titipkan, setelah itu dia akan ke sekolah.
"Bu, ini kuenya. Kotak yang kemarin saya titip lagi ya, nanti pulang sekolah saya ambil."
"Ya, belajar yang rajin, ya," ucap ibu pemilik warung. Setiap harinya Rei memang menitip kue, kotak kue hari ini akan diganti dengan kotak kue besok, dengan jenis kue-kue yang berbeda tiap harinya, agar pembeli tak merasa bosan.
Di depan gerbang, dia melihat seorang murid perempuan yang turun dari ojol, dia adalah Freya, cewek populer yang menjadi idola cowok-cowok. Satu kesamaan dia dan Freya, sama-sama berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Sesekali juga Freya akan menjual kue di sekolah, namun kue itu langsung habis dibeli oleh sahabat-sahabatnya.
Jima Freya adalah murid tenar, dengan segudang prestasi, maka dia bagai murid tak kasat mata. Meskipun merema sekolah di sini sama-sama karena beasiswa, tapi nasib mereka berbeda. Freya selalu dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya yang kaya itu, yang datang ke sekolah dengan mobil mewah, dan barang-barang branded.
Reinata juga murid beasiswa, namun bukan yang paling pintar di sekolahnya, termasuk di kelasnya.
"Anjir, Freya masukin kecoak di dalam tasku," ucap Arby.
Ya, selalu hal yang sama yang dia dengar, keributan antara geng Freya dan geng Arby. Padahal Freya dan sahabat-sahabatnya itu meruoakan junior Arby, tapi mereka tak pernah takut akan hukuman. Mungkin karena Nania, Aruna dan Nuna anak-anak orang kaya, sehingga tak takut mendapatkan hukuman dan dikeluarkan dari sekolah.
Ada rasa iri pada diri Reinata. Dia ingin memiliki sahabat dan bergaul layaknya anak sekolah.
Namun tuntutan hidup yang keras membuatnya tak punya banyak waktu untuk bermain. Sepulang sekolah, dia akan menggoreng kacang, lalu membungkusnya dan dititipkan di warung-warung. Jika ada tetatangga yang menitipkan balitanya, maka dia akan menjadi babby sitter dadakan dengan upah seadanya, kadang hanya diberi nasi bungkus satu porsi yang akan dia bagi dua bersama neneknya.
Reinata anak yatim piatu. Bapaknya meninggal saat dia dalam kandungan, rumah yang dulu dimiliki oleh orang tuanya terpaksa harus dijual untuk biaya operasi bapaknya, namun bapaknya meninggal dua hari setelah operasi. Keuangan mereka semakin memburuk karena tulang punggung keluarga tak ada lagi.
Karena tak memiliki biaya, saat melahirkan Reinata, ibunya hanya dibawa ke dukun beranak, bukan bidan apalagi rumah sakit, karena tak memiliki uang. Reinata menjadi anak yatim piatu, karena ibunya meninggal setelah melahirkannya, karena mengalami pendarahan.
Dia hanya dibesarkan oleh neneknya, dan tinggal di kontrakan petakan hingga saat ini.
Tok
Tok
Tok
Seseorang mengetuk mejanya, membuyarkan lamunannya.
"Ambil tugas di ruang guru, sana!" ucap Arby.
Rei mengangguk, lalu berdiri.
"Ar, kamu enggak ke ruang guru?" tanya Ikmal.
"Sudah aku suruh Rai buat ambil."
"Rai? Siapa Rai?"
"Itu, yang rambut pendek, duduknya di pojok belakang."
"Hmm, Rei kali maksudnya?"
"Iya, kali. Terserahlah, mau Rei kek, Rai kek, Roi kek."
Reinata masih mendengarkan percapakan itu, sebelum suara itu menghilang.
Benar, dia memang bukan murid populer, bahkan ketua kelas di kelasnya saja tidak mengingat namanya. Dia hanya seorang murid beasiswa yang beruntung bisa sekolah di sini. Murid biasa yang juga memiliki rasa minder, saat teman-temannya di antar jemput dengan mobil mewah, namun dia datanng dengan sepeda butut yang dia tiripkan di warung seberang sekolah.
Mana mungkin sepeda bututnya bersanding dengan deretan mobil mewah dengan warna mencolok dan mengkilap. Bahkan, satpam di sekolahnya saja menggunakan motor dengan tahun terbaru.
Tidak ada lahan untuk sepedanya. Di sisi sebelah kanan, parkiran mobil untuk murid-murid, sebelah kirinya, parkiran mobil untuk guru-guru, sedikit ke dalam, ada parkiran motor, untuk guru juga murid, walau tak sebanyak mobil yamg terparkir.
Saat melihat Freya yang menggunakan ojek online, dia berpikir, mungkin sebaiknya dia juga mrnggunakan jasa transportasi itu. Namun kembali lagi ke kenyataan, dia tak punya cukup uang, bahkan untuk membayar angkot.
🌸🌸🌸
Pintu ruang tamu kontrakan Rei diketok dengan cukup keras.
"Mana uang kontrakan?" tanya pak Bambang, pemilik kontrakan.
"Maaf Pak, tapi saya belum punya uang."
"Terus, kapan kamu punya uangnya?"
"Belum tahu, Pak. Nanti kalau sudah ada, saya cicil."
"Ya sudah. Jangan lupa, sudah enam bulan kamu belum bayar uang kontrakan."
"Iya, Pak. Maaf dan terima kasih ya, Pak, atas pengertiannya."
"Hm."
Pemilik kontrakan itu menuju pintu sebelah, untuk menagih. Kontrakan berpintu sepuluh ini, dimiliki oleh pak Bambang. Kata orang-orang, dia juga masih punya kontrakan lain yang entah ada berapa pintu. Air di kontrakan ini menggunakan toran, yang listriknya dibayar secara patungan. Sampah dibakar, jika tak ingin membayar iuran sampah. Untung saja tak ada iuran keamanan, jika tidak, maka Rei akan semakin terbebani.
"Ayo Nek, makan dulu."
Rei menyendok nasi ke piring neneknya, lalu mengambilkan tiga potong tempe. Sedangkan untuk durinya sendiri, dia hanya mengambil sepotong tempe.
Dia harus berhemat sebaik mungkin, untuk pengobatan neneknya yang sering sakit, membayar kontrakan, dan makan.
Sejak sering sakit, beneknya tak lagi bekerja, dan tanggung jawab sepenuhnya jatuh pada Rei. Dia sudah mengumpulkan uang kontrakan, namun tiba-tiba neneknya sakit dan harus di bawa ke rumah sakit.
Di malam yang sepi, sesekali dia akan menangis, mengharapkan kehidupan yang lebih baik. Dia merindukan kasih sayang orang tua, yang tak oernah dia rasakan bahkan sejak dia lahir. Satu-satunya keluarga yang dia miliki hanya neneknya, yang dulu bekerja sebagai asisten rumah tangga.
.
.
.
Selesai mengerjakan PR, dia memasukkan buku-bukunya ke dalam tas yang telah usang. Tas itu dia dapatkan dari anak majikan neneknya lima tahun yang lalu, itu pun bukan tas baru saat dia mendapatkannya.
Rei lalu membuka buku-buku arsitektur yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah. Dia ingin menjadi seorang arsitek, agar bisa membuat rumah yang layak untuk tempat tinggal dia dan neneknya.
Saat hujan, apalagi jika deras, maka air akan menetes dari atap. Dia tak punya nyali untuk meminta dioerbaiki oleh pemilik kontrakan, karena dia sadar diri jika dia madih menunggak selama enam bulan. Tidak di usir saja, dia sudah bersyukur.
Dia kembali memerikda isi tasnya. Buku-buku untuk pelajaran besok sudah dia masukkan ke dalam tas, begitu juga dengan peralatan tulis. Dia tak menggunakan kotak pensil, untuk memoertajam pensil, dia menggunakan silet, sedangkan untuk penghapus, dia menggunakan karet gelang yang dia ikat di bagian kepala pensil.
Ya, sekecil apapun dia akan berhemat, hal-hal yang tak biasa orang-orang lakukan untuk berhemat, maka Rei melakukannya.
Reinata, gadis remaja yang berjuang di tengah kerasnya hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Mampir
2024-08-06
1
Z@in@ ^ €£ QULUB
mampir ya
2023-07-03
1
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu, searchnya pakek tanda kurung biar gak melenceng yaa
2022-12-11
0