Warning! Area 21+
Yang tidak berkenan bisa skip. Harap bijak, terutama dalam berkomentar.🙏
...🌸🌸🌸...
Viola melihat Marva yang memasuki kamar Rei, tanpa ada basa-basi kepadanya.
Apa seperti ini rasanya menjadi istri yang terabaikan?
Marva mendekati Rei yang sedang membaca buku-bukunya. Dia memegang pundak gadis itu, dan begitu Rei menghadapnya, dia langsung menyium Rei tanpa peringatan.
Awalnya hanya menempel saja, namun lama kelamaan menjadi sebuah *******. Marva menggigit pelan bibir Rei, membuat gadis itu meringis pelan. Dia mencoba mendorong tubuh Marva, namun pria itu menahan tengkuk Rei dan memperdalam ciumannya. Jantung Rei berdetak kencang, antara takut, bingung, malu, dan segala perasaan yang berkecamuk.
Ini hal yang pertama baginya, jangankan berciuman, bergandengan tangan dengan oria saja dia tidak pernah.
Marva menggendong tubuh Rei ke kasur, tanpa melepas ciuman itu. Perlahan, bibir Marva turun ke leher putih milik Rei, menggigit, dan segala bermain bibir dan lidah ia lakukan di leher itu, membuat bekas merah di seluruh area leher Rei.
Lalu dia beralih ke leher sebelahnya, melakukan hal yang sama, bahkan lebih lagi. Tidak hanya itu, tangannya juga menjalar ke mana-mana. Dari membelai rambut Rei, mengusap pipinya, mengelus lehernya, juga memainkan dua gunung kembar milik Rei meski masih dari luar.
Rei melenguh, merasakan sensasi aneh yang ada dalam dirinya. Tangannya mencengkram lengan Marva, sedangkan badannya menggeliat pelan.
Tangan Marva kini masuk ke dalam baju Rei, mengelus pelan perut itu, mamainkan ibu jarinya di sekitar pusar Rei, mengusap pingganya, yang membuat Rei merasa geli hingga menyebabkan semakin melenguh dan bergerak gelisah, membuat lutut Rei menyentuh bagian Marva yang sudah sangat menegang.
Merasakan juniornya tersentuh tanpa sengaja, membuat Marva semakin tak terkendali. Perlahan tangannya mulai naik ke atas, merasakan dua gundukan yang hangat dan lembit, meski masih tertutup dengan kain, namin kulit Rei sangat terasa di tangannya.
Marva menekan tangannya di bagian itu, perlahan dan lembut, bermain-main di sana, membuat gerakan-gerakan abstrak di kedua bagian Rei, sedangkan bibirnya sendiri masih menempel erat di bibir Rei.
Rasanya Marva sudah tidak tahan, tapi dia sendiri juga tak ingin terburu-buru. Disobeknya kaos Rei, dan terpampanglah apa yang tadi dia sentuh dengan kedua tangannya. Bibir Marva kini bertamu di area itu, mengigit, mengelum, menghisap, apa pun dia lakukan, hingga kembali meninggalkan bercak merah yang sangat tebal.
Rei mendesah, tangannya mencengkram seprei, kepalanya mendongak kiri kanan. Seluruh tubuh bagian atasnya sudah basah karena keringat dan bibir Marva. Marva melepas kaosnya, dan mengarahkan tangan Rei ke badannya, menuntun tangan itu agar menyentuh perut kotak-kotak miliknya.
Bahkan dia juga menuntun tangan Rei ke bagian dadanya.
Marva menurunkan wajahnya ke bagian perut Rei, menghirup dalam-dalam perut Rei yang wangi, sedangkan tangannya sudah menyingkap rok Rei dan mengelus paha itu.
Rei benar-benar merasa sangat malu di tengah hasratnya. Sudah benar-benar tidak ada jalan untuk mundur. Dia akan mekakukan dua kewajiban dalam satu kegiatan. Kewajiban sebagai istri dan kewajiban untuk menepati kesepakatan.
Marva membuka rok Rei, dan kini hanya menyisakan kain segitiga berwarna hitam, senada dengan warna bra Rei yang kontras dengan warna putihnya.
Kini bibir Marva mengabsen area itu, mengecup paha mulus dan meninggalkan bekas di sana, sedangkan tanganya mengusap satu-satunya bagian yang masih tertutup kain segitiga itu.
Dengan pelan, Marva membalik tubuh Rei, melihat tubuh bagian belakang Rei yang ternyata benar-benar putih dan mulus. Jari telunjuknya menyentuh tengkuk Rei, lalu turun ke pundak, dan tak hanya itu, telapak tangannya kini mengusap semuanya, seperti orang yang sedang mengurut.
Rasanya tak puas jika Marva hanya meninggalkan jejak merah di bagian depan saja. Dia ingin semua tubuh Rei ada jejak kepemilikannya. Sementara bibirnya bekerja di bagian belakang, tangannya menyusup ke bagian depan, ke arah daging yang menggumpal itu, memainkannya dari arah belakang. Membuat sensasi berbeda bagi keduanya. Keduanya terengah, padahal baru seperti ini saja. Marva membangunkan tubuh Rei dari belakang, lalu memeluknya tetap dari arah belakang, memainkan tangannya di dua benda empuk itu. Dia menyium tengkuk Rei, lalu leher Rei dari samping, kemudian menuju bibir gadis itu, membuat kepala Rei harus mendongaknke samping. Tangan Rei kini ada di atas tangan Marva yang masih sibuk di bagian dadanya. Mencoba menahan pergerakan tangan Marva, namun tentu saja tidak berhasil.
Rei mengecup pundak Rei, sedangkan Rei menggigit bibirnya, berusaha tidak mengeluarkan suara yang bisa membuat dirinya malu.
Tangan Rei kini mengelus perut Rei, lalu turun ke bawah sedikit, marasakan kain segitiga yang terasa sangat lembab, lalu menyusup ke dalamnya, dan merasakan sesuatu yang basah.
Rei juga nerasakan sesuatu yang sangat keras dan menekan pinggulnya. Marva melepaskan cekana lanjangnya dengan sangat cepat, dan kini Rei semakin meraskan sesuatu yang keras itu.
Keadaan mereka kini sama, sama-sama hanya memakai kain segitiga tiga saja. Perlahan tangan bermain-main di area yang sangat sensitif untuk kaum perempuan.
Marva membalik tubuh Rei untuk mengadap dirinya. Dilihatnya wajah Rei yang sudah sangat merah, dengan mata yang berkabut. Dilihatnya Rei yang mengigit bibirnya.
"Jangan ditahan dan jangan digigit!" bisik Marva dengan suara serak tepat di telinga Rei, kembali membuat Rei mengedikkan bahunya karena sensasi geli yang dia rasakan.
Marva mengankat sedikit tubuh Rei, mendudukan tubuh itu di atas pangkuannya. Memainkan bagian depan Rei dengan kedua tangannya, dan mempertemukan bibir keduanya.
Tangan Marva kembali menuntun tangan Rei ke pundaknya. Antara sadar dan tidak sadar, Rei menyematkan jari-jarinya di rambur Marva, sedikit menariknya, lalh menekan kepala Marva yang berada di bagian dadanya. Lidah Marva semakin membasahi kedua gundukan itu, menggigit pelan dan bermain-main di sana.
Sungguh, Rei rasanya sudah tidak kuat lagi untuk menahannya. Ingin meminta lebih dan segera dituntaskan, tapi dia sangat malu.
Hawa semakin panas, meski di luar hujan turun dengan deras.
Marva membaringkan Rei dengan pelan, mulai membuka kain segitiga itu dan melemlarnya begitu saja. Dia juga membuka miliknya, dan melemparnya. Kini mereka berdua sudah sama-sama naked.
Rei melihat tubuh polos Marva. Untuk yang pertama kalinya dia melihat pria yang seperti ini. Marva kini mengarahkan wajahnya ke area sensitif Rei, membuat Rei kaget dan ingin mencegah, namun tangan dan kakinya ditahan oleh Marva.
Rei mendesah tertahan, rasanya dia benar-benar menggila. Tangannya hanya bisa menyisir rambut Marva dengan kasar, dan bibirnya hanya bisa meracau tidak jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
ajiu jiu
tumben banget adegan MP ny bisa hot 😃😃😃😃
2022-08-22
0
Rose_Ni
akhirnya
2022-08-09
0
Cucut Hayati
kwkwkw
2022-08-07
0