Sepulang sekolah, Freya sudah menunggu Rei di depan gerbang. Mereka menaiki angkot untuk sampai ke pasar.
"Kamu naik sepeda ke sekolah, memangnya rumah kamu dekat dari sekolah?" tanya Freya.
"Lumayan sih, enggak jauh-jauh banget."
"Aku juga kadang naik sepeda, tapi sampai sekolah udah keringatan. Rumahku jauh dari sekolah."
Mereka tiba di pasar, tempat yang lebih dulu mereka datangi adalah toko sepeda. Freya memilihkan sepeda yang ada keranjangnya. Setelah itu mereka membeli box kue dan tas untuk Rei.
"Masih ada lebihnya kok," Freya memberi tahu sambil menunjukkan uang itu pada Rei.
Setelah membeli semua kebutuhan yangbdirasa perlu, Freya lalu mengajak Rei makan di warteg.
"Tapi ...."
"Aku yang traktir, anggap aja ini salam kenal dari aku. Kamu kelas berapa?"
"Aku kelas dua, sekelas sama Arby."
"Oh, sekelas sama pasukan kunyuk."
Rei antara ingin tertawa tapi juga meringis. Adik kelasnya ini memang terkenal tak pernah akur dengan senior mereka yang selalu dipuja kaum hawa itu.
"Pilih saja menu yang kamu mau. Aku baru dapat job tambahan, jadi punya uang lebih."
Job tamabahan? Dia tidak bekerja yang aneh-aneh, kan?
Rei lalu memilih nasi putih dengan sayur kangkung dan telur dadar saja.
"Kenapa hanya itu?"
"Iya, gak apa."
"Dah ambil saja ikan, atau kalau kamu alergi ikan, kamu pilih ayam.bJangan sungkan sama aku. Kamu kan senior aku, selama kamu enggak nyari masalah sama aku, aku juga bakalan baik sama kamu."
Rei tersenyum haru. Selama di sekolah, dia memang tak memiliki teman. Kemiskinan membuat dirinya minder, selain itu yangvada dalam pikirannya hanya bekerja dan belajar, agar bisa membahagiakan neneknya yang sakit-sakitan.
"Nanti pulangnya aku antarin, biar enggak ribet bawa belanjaannya."
Rei menggonceng Freya hingga rumahnya.
"Aku tinggal di sini."
Freya melihat kontrakan petakan itu. Pintu dibuka, muncul seorang nenek yang terlihat rapuh.
"Ini nenek aku, aku tinggal berdua saja dengan nenek."
Freya tersenyum pada nenek itu.
"Kamu mau main dulu di sini?"
Entahlah, Rei sangat ingin Freya mau main di rumahnya yang kecil ini. Dia ingin merasakan bagaimana ada seorang teman yang bermain di rumahnya, meski rumahnya kecil.
"Memangnya boleh?"
"Boleh."
Rei mengangguk dengan penuh semangat.
"Ya sudah, tapi tunggu dulu ya, nanti aku ke sini lagi."
Freya lalu berlari pelan. Sekitar dua puluh menit kemudian, dia kembali dengan membawa kantong belanjaan.
"Buat kita ngemil."
Rei jadi merasa malu, seharusnya dia yang menyuguhkan makanan untuk tamunya. Kan dia yang mengundang.
Freya masuk ke dalam kontrakan kecil itu, dilihatnya kasur lipat yang sudah tipis dan usang. Ada kardus yang berisikan baju Rei dan neneknya. Tidak ada kipas angin, apalagi TV.
"Maaf ya, keadaannya seperti ini."
"Enggak apa. Kontrakan aku juga kecil."
Freya tahu Rei tidak ingin dikasihani, sama seperti dirinya.
"Oya, ini sisa uang kamu."
Freya memberikan sisa uang yang dia rampas dari preman tadi. Tangan putihnya lalu merapihkan uang yang lecek itu dan menghitungnya.
"Ada lima ratus delapan puluh tiga ribu."
"Ko banyak?"
"Ya bagus lah, bisa buat kebutuhan kamu dan nenek kamu," jawab Freya enteng.
"Tapi uang ini ...."
"Dah, enggak usah dipikirkan, uang ini juga dia rampas dari orang-orang."
Tidak lama kemudian datang seorang pria.
"Rei, sudah ada uang buat nyicil kontrakan belum?"
"Iya Pak, saya bayar satu bulan dulu ya."
Rei lalu mengambil uang yang tadi di kasih Freya, lalu menambahkan dengan uangnya sendiri.
"Ya sudah, berarti masih nunggak enam bulan, ya."
Rei menunduk malu, karena Freya jadintahu bahwa dia menunggak kontrakan selama enam bulan. Namun Freya terlihat biasa-biasa saja.
Menjelang magrib Freya baru pulang.
"Ini, makanan kamu."
"Buat kamu aja, ribet nanti aku bawanya naik-naik bis."
"Makasih, ya."
"Hm. Oya, kalau ada yang gangguin kamu lagi, bilang saja sama aku."
Selepas kepergian Freya, Rei melihat makanan yang dibeli Freya.
Ada susu kotak berbagai rasa. Roti sobek, wafer, biskuit, permen, mi instan, roti tawar, selai, teh, gula, sosis, nuget, bakso, dan makanan lainnya.
Bukannya tersinggung, Rei justru merasa terharu. Dia menyeka sudut matanya yang basah. Setidaknya dia tidak pusing memikirkan makanan untuk besok. Dia bisa berhemat, dan makanan ini cukup untuk satu minggu ke depan.
Dia lalu melihat tumpukan barang belanjaan yang tadi mereka beli di pasar. Tanpa sepengetahuan Rei, sebenarnya Freya sudah menambahkan uang itu dengan uang Freya.
.
.
.
Rei ingin menegur Freya saat melihat gadis itu. Namun dia merasa canggung saat melihat Frrya bersama sahabat-sahabatnya yang kaya. Bahkan sast ini mereka kembali membuat kerusuhan dengan Arby cs.
Dia dan Freya memang jalan bersama, bahkannFreya kemaren bermain di rumahnya, tapi bukan berarti kini mereka telah berteman, kan? Rei melangkahkan kakinya ke kelas, duduk di pojokan sambil memandang jendela.
Matanya melirik tas yang kemarin dia beli, dalam hatinya dia berjanji akan selalu menyimpan tas itu. Ini sebagai tanda bahwa dia pernah mengajak seseorang ke rumahnya, bukan pacar, melainkan seorang yang dia anggap teman secara sepihak, entah Freya benar-benar menganggapnya teman atau tidak.
🌺🌺🌺
Waktu berlalu, kini dia sudah naik ke kelas tiga. Di depan gerbang, Rei melihat Nuna, Aruna, dan Nania berteriak heboh.
"Freya, kamu ke mana saja?"
"Kami mencarimu ke mana-mana."
Rei tersenyum kecil, negitubkahnrasanya kangen-kangenan setelah tak bertemu dengan sahabat?
Memasuki kelas, dia menghela nafas karena kembali satu kelas dengan Arby dan sahabat-sahabatnya.
.
.
.
Aku harus mencari uang tambahan untuk biaya berobat nenek dan uang kontrakan yang masih menunggak lima bulan.
Sudah tiga minggu Rei menjadi murid kelas tiga, dia sibuk tes ini itu untuk mendapatkan beasiswa kuliah. Sebenarnya Rei juga mendapat beasiswa kuliah di luar negeri, tapi dia tolak karena tidak ingin meninggalkan neneknya yang sakit, juga karena di kuar negeri biaya hidup jauh lebih mahal.
Rei menghela nafas berkali-kali. Hampir delapan belas tahun hidupnya terasa berat. Dia ingin rehat sejenak dari beban yang menggunung.
Brak!
Suara gebrakan membuat kantin mendadak sunyi. Rei melihat Freya yang memandang marah pada Arby, juga pada Nuna sahabat Freya.
Rei menatap dari ujung kantin, sambil memegang air miberal gelas yang dia beli karena kehabisan bekal minumnya. Dilihatnya Freya yang pergi dan disusul oleh Nania saja.
🌺🌺🌺
"Jadi kapan kamu mau bayar uang kontrakan?"
"Iya, nanti saya bayar kalau sudah daoat uang lebih. Nenek saya juga harus verobat ke rumah sakit."
"Itu terus yang kamu bilang. Saya ini sudah bermurah hati, loh, ngurangin uang sewa. Yang lain saja uang sewanya lebih mahal dari kamu. Mau sampai kapan? Saya juga butuh uang!"
"Maaf ya, Pak."
"Maaf mulu ujung-ujungnya, tapi tetap saja enggak lunas-lunas. Dah saya enggak mau tahu, mulai hari ini kamu pergi dari kontrakan saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
Rose Mustika Rini
aga curiga sama Frea, apa pura2 jadi org biasa atau.....
2022-08-05
0
nurjen
masih sangat salut gua
sukses selalu
2022-07-31
0
🐰Far Choinice🐰
Halo kak othoorr.. salam kenal..
marry to me bawa like ama favorit... ^^
2022-03-27
0