"Saya tidak bisa lagi membiarkan kamu dan nenek kamu tinggal di sini. Kalau sebulan dua bulan saya madih bisa toleransi, tapi ini lima bulan, hampir enam bulan."
"Tapi Pak, sebelumnya kan sudah saya cicil, dari tujuh bulan sekarang tinggal lima bulan."
"Sudah, jangan banyak alasan. Kamu bawa semua barang-barang kamu."
Dengan menahan tangis, Rei merapihkan barang-barangnya. Ada yang dimasukkan ke dalam kardus, kantong pelastik, juga tas sekolahnya.
Neneknya hanya bida duduk pasrah tanpa bisa melakukan apa-apa.
Ya Allah, berat sekali ujian yang Kau bebankan kepada cucuku. Kasihanilah dia, dia hanya anak yatim piatu yang tak beruntung. Jika memang lenyakitku ini membebaninya, ambil saja nyawaku. Tolong jaga dan lindungilah dia. Berilah dia keberuntungan dan kebahagiaan yang belum pernah dia dapatkan selama ini.
"Rei!"
Rei melihat seseorang yang memanggilnya.
"Freya?"
Freya datanv dengan membawa beberapa kardus besar.
"Kamu kenapa?"
"Hm, aku ... aku ...."
"Cepat bawa barang-barang kamu, karena sudah ada yang mau mengontrak di rumah ini."
"Kamu diusir?"
Rei mengangguk pelan.
"Ya sudah, aku bantu kamu beres-beres."
Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka merapihkan barang-barang Rei.
"Kamu pasti belum ada tempat tinggal, kan?"
Rei menggeleng, dia sudah sangat bingung sekarang, mau tidur di mana dia dan neneknya.
"Kamu sama nenek ikut aku saja, ayo. Oya, aku pesan mobil dulu."
Sepuluh menit kemudian mobil yang dioesan Feeya tiba, mereka.memasukkan barang-barang itu ke dalam.
"Tadinya aku ke sini mau ngasih peralatan kue aku ke kamu, karena aku udah enggak jualan kue lagi. Bukan barang baru sih, tapi masih bisa dipakai, kok."
Tiga puluh menit kemudian mereka tiba di kontrakan Freya. Kontrakan petakan juga, tapi terlihat lebih bagus karena bangunan baru dan lingkungannya lebih bersih.
"Kamu tinggal di sini saja sama nenek. Jangan pikiran biaya sewa, karena sudah aku bayar. Ini semua isinya juga buat kamu, pakai saja sesuka hati kamu. Aku cuma mau bawa baju sama buku-buku aku aja."
Rei dan nenek melihat isi kontrakan Freya, kasur lantai untuk satu orang, namun sangat tebal. Lemari baju, walaupun lemari pelastik, naum terlihat bagus, kompor, kipas angin, rice cooker, selimut, jemuran, peralatan kue yang kengkap karena ada oven, panci kukus berukuran besar, loyang kue, blender, mixer ....
Pokoknya komplit.
"Ini semua buat kamu."
"Apa? Tapi Freya, ini ...."
"Kamu lebih butuh, lagian kaya yang aku bilang tadi, aku sudah enggak jualan mue lagi."
"Keluarga kamu tinggal di mana?"
"Oh, ada. Dah, jangan kebanyakan mikir."
Rei langsung memeluk Freya, begitu juga nenek yang ikut memeluk gadis muda itu.
Bagi mereka, Freya adalah malaikat tak bersayap.
"Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu, Nak."
"Aamiin."
Rei dapat melihat gurat kesedihan di wajah juniornya itu, namun dia tak ingin bertanya.
"Kamu masuk-masukin aja bajunkamu di lemari," ucap Freya setelah dia sendiri memasukkan buku dan bajunya ke dalam koper.
"Aku mau ke luar sebentar."
Hampir satu jam Freya.baru kembali, dia membawa beras, sayur mentah dan kebutuhan dapur lainnya.
"Ini aku belikan nasi dan lauknya untuk kita makan sekarang. Kelamaan kalau madak dulu, nenek belum makan, kan?"
Sungguh, Rei tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia benar-benar terharu. Mereka baru saja bertemu, dan bukannteman dekat, tapi Freya sudah banyak membantunya. Selalu datang di waktu yang tepat.
"Setelah lulus apa rencanamu?" tanya Freya.
"Aku ingin kuliah dan menjadi arsitek."
"Kamu enak, sebentar lagi lulus. Aku tidak sabar menunggu umurku 18 tahun."
"Memang umurmu sekarang berapa?"
"Baru enam belas."
"Hah, baru enam belas? Pantas, kelihatan muda banget."
Rei senang melihat kasur di rumah ini, setidaknya neneknya tak perlu lagi merasa kedinginan dan badannya sakit-sakit karena tidur di kasur yang sangat tipis dan usang.
"Berapa nomor ponselmu?"
"Aku tidak punya ponsel."
"Oh, ya sudah, kalau nanti kamu butuh apa-apa, kamu bisa mencariku di sekolah."
Rei mengangguk, dia merasa senang Freya peduli padanya, meskipun dia sendiri juga merasa malu karena selalu menyusahkan gadis itu.
Freya, gadis yang terkenal pintar selain kecantikannya, dia juga terkesan cuek denhan sekelilingnya. Ada yang menganggap dirinya sombong dan tak sopan karena sering bertengkar dengan Arby. Namun, sejak kejadian preman itu, apalagi sekarang, bagi Rei, Freya adalah gadis baik walau mukanya terkadang terlihat angkuh.
Memang benar apa kata pepatah, jangan menilai buku dari covernya. Aku sangat bersyukur bisa dipertemukan dengannya. Meski usianya lebih muda dariki, tapi dia bersikap dewasa dan juga sangat mandiri. Jika bisa, aku ingin selalu menjadi temannya, bahkan sahabatnya.
"Kamu sendiri mau jadi apa?"
"Aku ingin menjadi dokter dan pengusaha. Rencanahnya nanti aku kulian ambil dua jurusan. Aku juga sudah mendapat beasiswa sih, untuk kuliah di luar negeri."
Kalau Freya kuliah di.luar negeri, mungkin kami tak lagi bertemu setelah dia lulus sekolah nanti."
🌺🌺🌺
Di sebuah mansion mewah, seorang pria berusia lanjut duduk di tengah anak-anak, para menantu, dan cucu-cucu mereka.
"Jadi kapan, Mar, kamu punya anak? Sudah tiga tahun kamu menikah tapi belum punya anak?"
Marva dan Viola menghela nafas, selalu pertanyaan yang sama yang mereka dengar saat kumpul keluarga seperti ini.
"Bibimu benar, kakek ingin segera menggendong cicit dan mendengar suara tangis bayi."
"Kalau begitu suruh yang lain menikah, Kek. Biar punya cicit."
"Apa yang kamu katakan, mereka masih sekolah."
"Lah itu, cucu kakek yang satu sudah menikah."
"Jangan membahas orang lain, yang kakek bicarakan ini kamu."
Viola merasa tertekan dengan keadaan ini.
"Kalian periksalah ke rumah sakit, apa yang menjadi penyebab kalian belum juga memiliki anak hingga saat ini. Keluarga Arthuro membutuhkan pewaris, dan kakek ingin melihatnya selagi kakek masih hidup."
Acara malam itu kembali dilanjutkan dengan tawa, kecuali Marva dan Viola.
🌺🌺🌺
"Jadi bagaimana, kakek menginginkan kita segera memiliki anak."
"Bilang saja kita sudah periksa ke rumah sakit dan tak ada masalah dalam diri kita."
Viola meringis, sampai saat ini mereka masih tinggal bersama kedua orang tua Marva dan kakeknya. Ruang geraknya terbatas, apalagi mereka selalu dirongrong dengan harus secepatnya memiliki keturunan.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan."
Marva langsung berbaring di atas kasur dsn tak lama kemudian tidur karena lelah setelah acara kumpul keluarga.
.
.
.
"Kapan ya, kita bisa secepatnya memiliki cucu?" tanya Delia pada Carles, orang tua Marva.
"Sabar, mereka baru tiga tahun menikah, Marva juga masih muda, masih 22 tahun."
Carles memang anak laki-laki satu-satunya, saudaranya yang lain perempuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 230 Episodes
Comments
El_Tien
semangat kak Roze
2022-02-10
2
Fitria_194
rei ini kirei y thor?
2022-01-10
0