FOMC 16

"Nona Amel sudah keluar dari beberapa menit yang lalu Tuan," jelas Arya yang sudah mengetahui arti dari tatapan Azka pada pintu ruang kerja Amel.

Azka yang mendengar itu pun begegas pergi ke parkiran. Amel yang sedang menunggu Azka, memilih duduk berjongkok di parkiran.

"Sudah lama menunggu, ya?" tanya Azka tiba-tiba, yang sudah berdiri di depan Amel.

Menurutmu? Kamu tahu tidak, cacing di dalam perutku ini telah mendemo dari tadi gara-gara menunggumu. Makanku jadi tertunda karenamu. ketus Amel dalam hati.

Amel berdiri dari duduknya dan memberikan setengah senyumannya pada Azka. "Eh, tidak kok Pak." Bohong Amel.

Kruukk ... kruukk ... kruukk

"Nyatanya perutmu lebih jujur dari mulutmu," ejek Azka.

"Hehehe," kekeh Amel.

"Ayo ikut saya!" seru Azka.

Azka berjalan menuju mobil lamborghini hitam miliknya diikuti Amel yang mengekorinya dari belakang. Setelah sampai di dekat mobil.

"Beneran Pak kita pakai mobil ini?" tanya Amel berhenti sejenak tidak percaya.

Azka berhenti. "Terus?" tanya Azka datar.

"Bagaimana kalau pakai motor saya saja?" ucap Amel memberi saran.

"Kamu tidak sakit, kan?" tanya Azka heran seakan tidak percaya dengan saran yang Amel berikan.

Azka Pratama Abraham diajak naik motor. Mau taruh di mana wajahku yang tampan ini, huh. protes Azka dalam hati.

"Emang apa salahnya, Pak?" ucap Amel polos. Amel yang baru sadar dengan apa yang diucapkannya.

Ya ampun. Aku lupa dia 'kan seorang Presdir. Mana mau dia naik ojek, butut pula lagi," batin Amel menepuk jidatnya pelan.

"Maaf Pak. Saya lupa!" ucap Amel cengengesan.

"Ya sudah naik! Mau pergi makan saja, harus ribet," ucap Azka datar.

Azka masuk ke dalam mobilnya dan duduk di kursi pengemudi sedangkan Amel masuk dan duduk di kursi belakang.

"Hei, apa yang sedang kamu lakukan?" ucap Azka. Azka membelalakkan matanya melirik Amel dari kaca spion.

"Duduk Pak," ucapnya serius menatap Azka.

"Cepat duduk di depan! Kamu pikir saya supirmu apa!" tegas Azka.

"Sekali-sekalilah Pak, jadi supir tampan dikit napa sih!" ucap Amel yang belum bergerak turun.

"Enak saja kamu, cepat turun!" ucap Azka sedikit membentak.

"Iya deh Pak, tidak usah ngegas juga kale," sindir Amel. Amel bergegas turun pindah tempat duduk di samping Azka.

Amel memasang sabuk pengaman tetapi tidak bisa-bisa juga. Azka yang melihat Amel kesulitan memasang sabuk pengaman pun meraih sabuk pengaman dari tangan Amel dan memasangnya.

"Pasang sabuk pengaman saja lama," ketus Azka memandang wajah Amel.

"Ma--Maaf Pak, habisnya susah," ucap Amel memandang wajah Azka.

Deg!

Jantung keduanya berdesir sangat cepat. Mereka berdua bertatapan hampir semenit dan dikagetkan dengan suara perut Amel.

Krukk ... krukk ... krukk

"Tuh, urusin cacingmu yang sudah mendemo," ujar Azka mengerutkan alisnya.

"Bapak sih! Kelamaan jalannya, harus inilah harus itulah," ucap Amel kesal.

"Kamu mulai berani ya sama saya?" gertak Azka.

"Iya deh Pak. Maaf," ucap Amel mengalah.

Mobil lamborghini milik Azka meluncur melewati jalan perkotaan. Amel hanya diam memalingkan wajahnya keluar jendela.

"Kenapa kamu diam?" tanya Azka memecah keheningan.

"Karena saya sudah sangat-sangat-sangat lapar Pak dan sekarang saya hampir K.O." Amel memalingkan wajahnya ke arah Azka yang sedang mengemudi, setelah itu memalingkan wajahnya kembali keluar jendela.

Huh, makanya jadi orang itu jangan sedingin Bongkahan Es dong! umpat Amel dalam hati.

Azka yang melirik Amel sekilas, melihat Amel hanya memandang keluar jendela.

"Ya sudah, kamu pilih saja tempat yang akan kita singahi untuk makan. Nanti saya yang traktir, bagaimana?" bujuk Azka dengan datarnya, seakan tahu kalau Amel sedang merajuk.

"Beneran nih, Pak? Bapak tidak sedang becanda, kan?" tanya Amel berbinar menatap Azka.

"Emang tampang saya seperti becanda apa?" bukan menjawab pertanyaan Amel, Azka malah balik bertanya.

"Eh tidak kok Pak. Saya hanya heran saja sama Bapak. Tapi, beneran ya Pak, Bapak mau ikut saya makan di tempat yang saya tentukan?" tanya Amel tersenyum manis.

"Iya. Jadi bagaimana? Mau makan di Restoran atau di Cafe?" tanya Azka.

"Bapak tenang saja. Tempat yang saya rekomendasikan sangatlah murah dan tidak menguras kantong Bapak," ucap Amel terkekeh.

"Tapi beneran ya, Pak?" tanya Amel lagi.

"Jangan sampai saya menarik kata-kata saya tadi," ancam Azka.

"Ja--Jangan dong Pak. Oke-oke saya sudah milih tempatnya. Tapi Bapak janji tidak boleh nolak, ya?"

"Iya. Saya tidak akan menjilat ludah saya sendiri."

"Di depan belok kiri ada tempat penjualan pedagang kaki lima Pak. Nah, kita berhenti di situ saja, Pak!" ucap Amel serius.

Apa aku tidak salah dengar?" batin Azka.

"Kamu serius makan di situ?" tanya Azka tanpa ekspresi.

"Iya Pak, emang kenapa? Saya pengen banget Pak makan di situ," ucap Amel dengan mata berbinar.

"Bapak sendiri sudah janji, kan? Jadi tidak boleh menjilat ludahnya sendiri," ucap Amel mengingatkan Azka dengan apa yang Azka ucapkan.

Pintar merekam juga ya kamu? batin Azka.

Akhirnya mereka sampai juga di area tempat penjualan pedagang kaki lima. Mobil mewah Azka menjadi pusat perhatian para pengunjung di tempat itu. Azka memarkirkan mobilnya di tempat yang tidak di larang parkir.

"Ayo kita turun Pak!" seru Amel.

"Sebentar!" Azka mengambil kacamata hitam dan memakainya.

"Sudah 'kan, Pak? Ayo kita turun!" ucap Amel tak sabar. Amel melepas sabuk pengaman dan turun dari mobil.

Semangat amat. batin Azka mengikuti Amel turun dari mobil.

"Hei, lihat sana! Jarang-jarang orang kaya makan di tempat seperti ini," bisik salah satu pengunjung. Sedangkan pengunjung yang lain hanya mengiyakan.

Azka yang sudah turun dari mobilnya tidak bergeming untuk berjalan.

Seumur hidup baru pertama kali bagiku makan di tempat seperti ini. Bahkan ini akan menjadi yang pertama kalinya aku menginjakkan kaki di sini. Azka apa yang terjadi padamu?" batin Azka.

Azka susah payah menelan ludahnya tampak keraguan dan penyesalan di wajah tampannya. Amel yang melihat Azka sedang melamun dan tidak bergeming dari tempatnya, segera menghampirinya dan menarik pergelangan tangan Azka.

"Ayo jalan Pak! Jangan bengong saja!" ucap Amel menuntun Azka agar masuk ke dalam warung sederhana itu.

"B--Baiklah." Azka luluh dengan sentuhan tak sengaja yang Amel berikan padanya.

Azka hanya mengikuti Amel, menikmati sentuhan tangan Amel di pergelangan tangannya. Azka yang melihatnya sedikit menyunggingkan senyuman tipis di bibirnya.

Amel menuntun Azka memasuki salah satu warung bakso yang ada di situ. Amel memilih tempat yang tidak ada pengunjung lain di dalamnya. Amel takut Azka tidak nyaman berada di dalam jika ada pengunjung lain, karena melihat tatapan para pengunjung saat mereka turun dari mobil membuat Azka agak risih.

Setelah mereka duduk. "Bang, baksonya 2 dan es tehnya 2, ya!" ucap Amel ramah.

"Baik Neng," ucap pedagang itu tersenyum.

"Bapak, tidak apa-apa 'kan makan di tempat seperti ini?" tanya Amel yang melihat Azka sedang termenung.

Azka sedari tadi hanya diam karena Amel belum juga melepaskan genggaman tangannya. Amel yang sadar dengan apa yang dilakukan olehnya langsung secepat kilat melepaskan genggaman tangannya dari tangan Azka.

"Ma--Maaf Pak," ucap Amel tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

"Habisnya saya sudah tidak sabar, karena cacing di perut saya sudah mendemo, Pak. Hehe," sambungnya lagi tersenyum canggung.

"Iya. Tidak apa-apa," ucap Azka santai.

Mau genggam semaumu juga tidak apa-apa, batin Azka.

Dia memang kejam, tapi sejauh ini dia lumayan baik padaku, batin Amel tampak kekaguman di wajahnya.

"Pesanannya sudah siap, Neng," ucap pedagang itu ramah. Pedangang itu meletakan bakso dan teh di meja mereka.

"Makasih ya, Bang." Amel tersenyum.

Amel mengambil satu mangkok bakso dan mulai mencampurkan bahan-bahannya. Azka yang melirik dengan kacamata hitamnya bingung dengan apa yang Amel lakukan pada bakso itu.

"Ini buat Bapak!" ucap Amel menyodorkan semangkuk bakso di depan Azka. Amel lalu mengambil mangkuk bakso untuk dirinya dan mencampurkan bahannya. Setelah itu, Amel memakannya dengan lahap.

Amel melihat Azka belum makan. "Makan saja Pak. Dijamin enak kok dan tentunya tidak ada racun di dalamnya," ucap Amel dengan mulut yang penuh makanan. Amel mengacungkan tangan memperlihatkan ibu jarinya pertanda bahwa bakso itu memang sangatlah enak.

Amel yang melihat Azka tidak ada pergerakan untuk memakan baksonya, berinisiatif mengambil garpu dan langsung menusuk pada bulatan bakso yang ada di mangkuk Azka. Setelah itu Amel segera bersiap menyuapi Azka.

"Buka mulut Pak. Nanti saya suapin. Aaaa," ucap Amel menyodorkan bakso ke mulut Azka. Azka refleks membuka mulutnya dan memakan bakso yang disuapi oleh Amel.

Hm ... enak, batin Azka.

Azka menikmati setiap kunyahan bakso dalam mulutnya.

"Enak 'kan Pak? Nah, sekarang makan sendiri!" ucap Amel. Amel menaruh kembali garpu ke mangkuk Azka dan meneruskan makannya lagi.

Bersambung❣

Terpopuler

Comments

gah ara

gah ara

🤣🤣🤣🤣cari mati

2022-10-17

0

Ryta Maya

Ryta Maya

😂

2022-10-12

0

ww

ww

semoga yg di mksd lamborghini urus

2022-10-06

0

lihat semua
Episodes
1 Pengumuman!
2 Visual Tokoh
3 FOMC 1
4 FOMC 2
5 FOMC 3
6 FOMC 4
7 FOMC 5
8 FOMC 6
9 FOMC 7
10 FOMC 8
11 FOMC 9
12 FOMC 10
13 FOMC 11
14 FOMC 12
15 FOMC 13
16 FOMC 14
17 FOMC 15
18 FOMC 16
19 FOMC 17
20 FOMC 18
21 FOMC part 19
22 FOMC part 20
23 FOMC part 21
24 FOMC part 22
25 FOMC part 23
26 FOMC part 24
27 FOMC part 25
28 FOMC part 26
29 FOMC part 27
30 FOMC part 28
31 FOMC part 29
32 FOMC part 30
33 FOMC part 31
34 FOMC part 32
35 FOMC part 33
36 FOMC part 34
37 FOMC part 35
38 FOMC part 36
39 FOMC 37
40 FOMC 38
41 FOMC 39
42 FOMC 40
43 FOMC 41
44 FOMC 42
45 FOMC 43
46 FOMC 44
47 FOMC 45
48 POV AUTHOR
49 FOMC 46
50 FOMC 47
51 FOMC 48
52 FOMC 49
53 FOMC 50
54 FOMC 51
55 FOMC 52
56 FOMC 53
57 POV AUTHOR
58 FOMC 54
59 FOMC 55
60 FOMC 56
61 FOMC 57
62 FOMC 58
63 FOMC 59
64 FOMC 60
65 FOMC 61
66 FOMC 62
67 FOMC 63
68 FOMC 64
69 FOMC 65
70 FOMC 66
71 FOMC 67
72 FOMC 68
73 FOMC 69
74 POV AUTHOR
75 FOMC 70
76 FOMC 71
77 FOMC 72
78 FOMC 73
79 FOMC 74
80 FOMC 75
81 FOMC 76
82 FOMC 77
83 FOMC 78
84 FOMC 79
85 FOMC 80
86 FOMC 81
87 FOMC 82
88 FOMC 83
89 FOMC 84
90 FOMC 85
91 FOMC 86
92 FOMC 87
93 FOMC 88
94 FOMC 89
95 FOMC 90
96 FOMC 91
97 FOMC 92
98 FOMC 93
99 FOMC 94
100 POV AUTHOR
101 FOMC 95
102 FOMC 96
103 FOMC 97
104 FOMC 98
105 FOMC 99
106 FOMC 100
107 FOMC 101
108 FOMC 102
109 FOMC 103
110 FOMC 104
111 FOMC 105
112 FOMC 106
113 FOMC 107
114 FOMC 108
115 FOMC 109
116 FOMC 110
117 FOMC 111
118 Promosi ( Jangan di Skip)
119 FOMC 112
120 FOMC 113
121 FOMC 114
122 FOMC 115
123 FOMC 116
124 FOMC 117
125 FOMC 118
126 FOMC 119
127 FOMC 120
128 FOMC 121
129 FOMC 122
130 FOMC 123
131 FOMC 124
132 FOMC 125
133 FOMC 126
134 FOMC 127
135 FOMC 128
136 FOMC 129
137 FOMC 130
138 131. Rumah Sakit.
139 FOMC 132
140 FOMC 133
141 FOMC 134
142 FOMC 135
143 FOMC 136
144 FOMC 137
145 FOMC 138
146 FOMC 139
147 FOMC 140
148 FOMC 141
149 FOMC 142
150 FOMC 143
151 FOMC 144
152 FOMC 145
153 FOMC 146
154 FOMC 147
155 FOMC 148
156 FOMC 149
157 FOMC 150
158 FOMC 151
159 FOMC 152
160 Epilog
161 Author Menyapa!
162 Novel terbaru Author!!!
Episodes

Updated 162 Episodes

1
Pengumuman!
2
Visual Tokoh
3
FOMC 1
4
FOMC 2
5
FOMC 3
6
FOMC 4
7
FOMC 5
8
FOMC 6
9
FOMC 7
10
FOMC 8
11
FOMC 9
12
FOMC 10
13
FOMC 11
14
FOMC 12
15
FOMC 13
16
FOMC 14
17
FOMC 15
18
FOMC 16
19
FOMC 17
20
FOMC 18
21
FOMC part 19
22
FOMC part 20
23
FOMC part 21
24
FOMC part 22
25
FOMC part 23
26
FOMC part 24
27
FOMC part 25
28
FOMC part 26
29
FOMC part 27
30
FOMC part 28
31
FOMC part 29
32
FOMC part 30
33
FOMC part 31
34
FOMC part 32
35
FOMC part 33
36
FOMC part 34
37
FOMC part 35
38
FOMC part 36
39
FOMC 37
40
FOMC 38
41
FOMC 39
42
FOMC 40
43
FOMC 41
44
FOMC 42
45
FOMC 43
46
FOMC 44
47
FOMC 45
48
POV AUTHOR
49
FOMC 46
50
FOMC 47
51
FOMC 48
52
FOMC 49
53
FOMC 50
54
FOMC 51
55
FOMC 52
56
FOMC 53
57
POV AUTHOR
58
FOMC 54
59
FOMC 55
60
FOMC 56
61
FOMC 57
62
FOMC 58
63
FOMC 59
64
FOMC 60
65
FOMC 61
66
FOMC 62
67
FOMC 63
68
FOMC 64
69
FOMC 65
70
FOMC 66
71
FOMC 67
72
FOMC 68
73
FOMC 69
74
POV AUTHOR
75
FOMC 70
76
FOMC 71
77
FOMC 72
78
FOMC 73
79
FOMC 74
80
FOMC 75
81
FOMC 76
82
FOMC 77
83
FOMC 78
84
FOMC 79
85
FOMC 80
86
FOMC 81
87
FOMC 82
88
FOMC 83
89
FOMC 84
90
FOMC 85
91
FOMC 86
92
FOMC 87
93
FOMC 88
94
FOMC 89
95
FOMC 90
96
FOMC 91
97
FOMC 92
98
FOMC 93
99
FOMC 94
100
POV AUTHOR
101
FOMC 95
102
FOMC 96
103
FOMC 97
104
FOMC 98
105
FOMC 99
106
FOMC 100
107
FOMC 101
108
FOMC 102
109
FOMC 103
110
FOMC 104
111
FOMC 105
112
FOMC 106
113
FOMC 107
114
FOMC 108
115
FOMC 109
116
FOMC 110
117
FOMC 111
118
Promosi ( Jangan di Skip)
119
FOMC 112
120
FOMC 113
121
FOMC 114
122
FOMC 115
123
FOMC 116
124
FOMC 117
125
FOMC 118
126
FOMC 119
127
FOMC 120
128
FOMC 121
129
FOMC 122
130
FOMC 123
131
FOMC 124
132
FOMC 125
133
FOMC 126
134
FOMC 127
135
FOMC 128
136
FOMC 129
137
FOMC 130
138
131. Rumah Sakit.
139
FOMC 132
140
FOMC 133
141
FOMC 134
142
FOMC 135
143
FOMC 136
144
FOMC 137
145
FOMC 138
146
FOMC 139
147
FOMC 140
148
FOMC 141
149
FOMC 142
150
FOMC 143
151
FOMC 144
152
FOMC 145
153
FOMC 146
154
FOMC 147
155
FOMC 148
156
FOMC 149
157
FOMC 150
158
FOMC 151
159
FOMC 152
160
Epilog
161
Author Menyapa!
162
Novel terbaru Author!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!